Kemhan-TNI Evaluasi Kelayakan Alutsista
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertahanan dan TNI memastikan akan mengevaluasi kelayakan seluruh alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang dimiliki TNI menyusul terjadi dua insiden kecelakaan alutsista TNI beberapa waktu lalu.
Kecelakaan pertama terjadi saat tank M113A1 milik TNI AD tenggelam di Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah. Padahal, alutsista tersebut tengah dipakai out bond bersama 20 anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK Sindurjan.
Dalam insiden itu dua orang penumpang tewas, yakni satu personel TNI Pratu Randi Suryadi dan kepala PAUD yang mendampingi siswa, Iswandari. Insiden kedua terjadi saat kapal motor cepat (KMC) AD- 16-05 milik Kodam Jaya tenggelam di perairan Kepulauan Seribu. Sebanyak 65 penumpang kapal berhasil diselamatkan.
“Ya pastilah, semua kejadian kecelakaan tersebut akan dievaluasi,” tegas Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Ryamizard menjelaskan, pihaknya telah menerima laporan terkait sejumlah kecelakaan alutsista selama sepekan terakhir ini.
Namun, dia belum mengetahui secara pasti penyebab kecelakaan sejumlah alutsista tersebut. “Nanti saya cek dulu tuh, kenapa bisa tenggelam,” jelasnya. Hal senada disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Dia mengungkapkan bahwa sampai saat ini jajarannya masih melakukan proses penyelidikan dan investigasi atas dua kecelakaan yang menimpa alutsista milik TNI. “Saat ini masih dalam proses penyelidikan dan investigasi,” kata Hadi.
Hadi melanjutkan, proses penyelidikan dan investigasi itu dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari dua insiden tersebut, terutama untuk mencari pasti apakah kejadian itu memang kesa-lahan teknis atau human error. “Tim investigasi tengah mencari tahu penyebab-penyebabnya apa, baik itu di Bogowonto maupun di Pulau Seribu.
Apakah ini permasalahan human error, atau apakah permasalahan mekanik, itu nanti setelah ada hasilnya dari tim investigasi,” jelasnya. Investigasi itu dilakukan agar tidak ada lagi kejadian seperti ini terulang kembali ke depan.
“Tentunya kami tidak menginginkan kecelakaan seperti ini terjadi di kemudian hari,” ungkapnya. Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengakui pemerintah perlu melakukan modernisasi alutsista untuk mendukung kekuatan TNI. Bahkan, pemerintah mempertimbangkan masukan berbagai pihak yang memiliki keinginan untuk melakukan modernisasi alutsista.
“Sejak saya jadi panglima dulu, semangat untuk modernisasi sudah ada, dan kebijakan untuk modernisasi alutsista juga menjadi tujuan dari negara,” katanya. Namun, menurut Wiranto, pemerintah saat ini masih terkendala biaya sebab dana negara juga perlu dialokasikan untuk mendukung pembangunan di daerah-daerah. (Binti Mufarida)
Kecelakaan pertama terjadi saat tank M113A1 milik TNI AD tenggelam di Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah. Padahal, alutsista tersebut tengah dipakai out bond bersama 20 anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK Sindurjan.
Dalam insiden itu dua orang penumpang tewas, yakni satu personel TNI Pratu Randi Suryadi dan kepala PAUD yang mendampingi siswa, Iswandari. Insiden kedua terjadi saat kapal motor cepat (KMC) AD- 16-05 milik Kodam Jaya tenggelam di perairan Kepulauan Seribu. Sebanyak 65 penumpang kapal berhasil diselamatkan.
“Ya pastilah, semua kejadian kecelakaan tersebut akan dievaluasi,” tegas Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Ryamizard menjelaskan, pihaknya telah menerima laporan terkait sejumlah kecelakaan alutsista selama sepekan terakhir ini.
Namun, dia belum mengetahui secara pasti penyebab kecelakaan sejumlah alutsista tersebut. “Nanti saya cek dulu tuh, kenapa bisa tenggelam,” jelasnya. Hal senada disampaikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Dia mengungkapkan bahwa sampai saat ini jajarannya masih melakukan proses penyelidikan dan investigasi atas dua kecelakaan yang menimpa alutsista milik TNI. “Saat ini masih dalam proses penyelidikan dan investigasi,” kata Hadi.
Hadi melanjutkan, proses penyelidikan dan investigasi itu dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari dua insiden tersebut, terutama untuk mencari pasti apakah kejadian itu memang kesa-lahan teknis atau human error. “Tim investigasi tengah mencari tahu penyebab-penyebabnya apa, baik itu di Bogowonto maupun di Pulau Seribu.
Apakah ini permasalahan human error, atau apakah permasalahan mekanik, itu nanti setelah ada hasilnya dari tim investigasi,” jelasnya. Investigasi itu dilakukan agar tidak ada lagi kejadian seperti ini terulang kembali ke depan.
“Tentunya kami tidak menginginkan kecelakaan seperti ini terjadi di kemudian hari,” ungkapnya. Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengakui pemerintah perlu melakukan modernisasi alutsista untuk mendukung kekuatan TNI. Bahkan, pemerintah mempertimbangkan masukan berbagai pihak yang memiliki keinginan untuk melakukan modernisasi alutsista.
“Sejak saya jadi panglima dulu, semangat untuk modernisasi sudah ada, dan kebijakan untuk modernisasi alutsista juga menjadi tujuan dari negara,” katanya. Namun, menurut Wiranto, pemerintah saat ini masih terkendala biaya sebab dana negara juga perlu dialokasikan untuk mendukung pembangunan di daerah-daerah. (Binti Mufarida)
(nfl)