Dapat Nomor 11, PSI Komitmen Perangi Korupsi dan Intoleransi
A
A
A
JAKARTA - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendapat nomor 11 dalam pengundian dan penetapan nomor urut peserta Pemilu 2019 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Minggu 18 Februari 2018 malam.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PSI Grace Natalie menyatakan, PSI telah membuktikan mampu melewati tahapan-tahapan verifikasi.
"Persyaratan maha berat, yang dibuat oleh para senior di parlemen, berhasil kami patahkan. Akhirnya kami berhasil menjadi peserta pemilu," kata Grace disambut riuh para hadirin.
"Terima kasih buat para pengurus dari Sabang sampai Merauke yang telah bekerja keras untuk mewujudkan ini semua. Mereka 70 persen masih di bawah 35 tahun," kata Grace.
PSI sendiri berpolitik dengan maksud memerangi dua masalah utama bangsa. "Pertama, korupsi dan kedua intoleransi," ujar Grace.
Grace menyatakan, para kader PSI telah meninggalkan zona nyaman masing-masing untuk memperbaiki Indonesia. "Tapi kami bukan tipe politisi yang meminta suara rakyat, memohon-mohon suara rakyat, tapi ketika sudah berada di dalam malah membangun benteng dari rakyat," lanjut Grace.
PSI menawarkan pembaruan dalam politik Indonesia. Misalnya dengan melakukan proses rekrutmen bakal calon legislatif (bacaleg) secara terbuka.
"Para kandidat kemudian diuji para panelis independen, yang rekam jejak mereka bisa dicek semua orang," lanjut mantan jurnalis dan penyiar TV tersebut.
"Para bacaleg tidak perlu datang ke kami dengan membawa apel Malang atau apel Washington," tambahnya.
PSI menyadari mustahil menghindari politik. Selama masih hidup, kita pasti akan berurusan dengan politik. Hal yang bisa kita lakukan adalah memasukkan orang-orang baik dan kompeten ke politik.
"Bro dan Sis di seluruh Indonesia, berbanggalah. Dengan nomor 11, kami siap memenangkan Pemilu, dengan mengisi kursi-kursi parlemen. Kami tidak akan merampok uang rakyat dan tidak akan membentengi diri dari kritik," tandas Grace.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PSI Grace Natalie menyatakan, PSI telah membuktikan mampu melewati tahapan-tahapan verifikasi.
"Persyaratan maha berat, yang dibuat oleh para senior di parlemen, berhasil kami patahkan. Akhirnya kami berhasil menjadi peserta pemilu," kata Grace disambut riuh para hadirin.
"Terima kasih buat para pengurus dari Sabang sampai Merauke yang telah bekerja keras untuk mewujudkan ini semua. Mereka 70 persen masih di bawah 35 tahun," kata Grace.
PSI sendiri berpolitik dengan maksud memerangi dua masalah utama bangsa. "Pertama, korupsi dan kedua intoleransi," ujar Grace.
Grace menyatakan, para kader PSI telah meninggalkan zona nyaman masing-masing untuk memperbaiki Indonesia. "Tapi kami bukan tipe politisi yang meminta suara rakyat, memohon-mohon suara rakyat, tapi ketika sudah berada di dalam malah membangun benteng dari rakyat," lanjut Grace.
PSI menawarkan pembaruan dalam politik Indonesia. Misalnya dengan melakukan proses rekrutmen bakal calon legislatif (bacaleg) secara terbuka.
"Para kandidat kemudian diuji para panelis independen, yang rekam jejak mereka bisa dicek semua orang," lanjut mantan jurnalis dan penyiar TV tersebut.
"Para bacaleg tidak perlu datang ke kami dengan membawa apel Malang atau apel Washington," tambahnya.
PSI menyadari mustahil menghindari politik. Selama masih hidup, kita pasti akan berurusan dengan politik. Hal yang bisa kita lakukan adalah memasukkan orang-orang baik dan kompeten ke politik.
"Bro dan Sis di seluruh Indonesia, berbanggalah. Dengan nomor 11, kami siap memenangkan Pemilu, dengan mengisi kursi-kursi parlemen. Kami tidak akan merampok uang rakyat dan tidak akan membentengi diri dari kritik," tandas Grace.
(maf)