Dirikan Difa City Tour, Bentuk Bakti Triyono pada Keluarga
Dirikan Difa City Tour, Bentuk Bakti Triyono pada Keluarga
A
A
A
POLIO menyerang Triyono saat usianya menginjak dua tahun. Sejak saat itu, kakinya tidak dapat lagi digunakan. Namun, justru dengan bangga Tri malah menyebut kakinya ada enam. "Ada ibu, bapak, adik, bulik, dan paklik. Ke mana-mana saya ada yang antar," ucap Tri.
Di sisi lain, ada yang membuat Tri bersedih karena di luar sana para difabel banyak yang tidak seberuntung dirinya. "Saat sudah SMA saja semua diatur. Uang jajan saya dilebihkan untuk naik taksi kalau orang tua saya tidak bisa jemput. Mereka semua perhatian dengan saya," kenangnya, penuh haru.
Ibunda Tri juga kerap mengajaknya ke pasar untuk berdagang. Tidak tega membiarkannya sendiri di rumah. Tri selalu ada dalam gendongan ibu atau neneknya saat di pasar. Rutinitas tersebut membuatnya akrab dengan suasana pasar dan aktivitas jual-beli.
Alhasil, saat beranjak besar, keinginan Tri untuk memiliki usaha pun muncul. Jiwa sosial ditambah dengan impiannya untuk berdikari, mendorong lelaki 36 tahun ini menciptakan bisnis yang dapat membantu mereka yang tidak seberuntung dirinya, terutama para penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga prasejahtera.
(Baca Juga: Pendiri Difa City Tour Triyono, Berdikari Bersama Kaum Difabel
Selain pekerjaan sebagai driver ojek wisata, Tri tidak lupa memberikan pelatihan bahasa kepada kaum difabel untuk bekal mereka ketika bertemu dengan turis asing. Tidak selesai sampai di situ, mereka juga diajarkan untuk merencanakan keuangan agar kelak memiliki kehidupan yang layak karena pintar mengatur penghasilan yang diterima.
Satu lagi, Tri juga kerap menularkan semangat untuk berbakti pada keluarga kepada para karyawannya itu. "Sekarang saatnya untuk membalas setiap kebaikan yang diberikan keluarga kepada kalian. Meskipun ada keluarga yang pernah menelantarkan, jangan ada dendam, balas dengan kebaikan. Dengan ekonomi yang bagus, kita bisa membantu keluarga," itulah kata-kata yang selalu disampaikan Tri kepada karyawan difabelnya.
Menurut Tri, apa yang dilakukannya sekarang merupakan bentuk bakti dia kepada keluarga.
![Dirikan Difa City Tour, Bentuk Bakti Triyono pada Keluarga]()
Di sisi lain, ada yang membuat Tri bersedih karena di luar sana para difabel banyak yang tidak seberuntung dirinya. "Saat sudah SMA saja semua diatur. Uang jajan saya dilebihkan untuk naik taksi kalau orang tua saya tidak bisa jemput. Mereka semua perhatian dengan saya," kenangnya, penuh haru.
Ibunda Tri juga kerap mengajaknya ke pasar untuk berdagang. Tidak tega membiarkannya sendiri di rumah. Tri selalu ada dalam gendongan ibu atau neneknya saat di pasar. Rutinitas tersebut membuatnya akrab dengan suasana pasar dan aktivitas jual-beli.
Alhasil, saat beranjak besar, keinginan Tri untuk memiliki usaha pun muncul. Jiwa sosial ditambah dengan impiannya untuk berdikari, mendorong lelaki 36 tahun ini menciptakan bisnis yang dapat membantu mereka yang tidak seberuntung dirinya, terutama para penyandang disabilitas yang berasal dari keluarga prasejahtera.
(Baca Juga: Pendiri Difa City Tour Triyono, Berdikari Bersama Kaum Difabel
Selain pekerjaan sebagai driver ojek wisata, Tri tidak lupa memberikan pelatihan bahasa kepada kaum difabel untuk bekal mereka ketika bertemu dengan turis asing. Tidak selesai sampai di situ, mereka juga diajarkan untuk merencanakan keuangan agar kelak memiliki kehidupan yang layak karena pintar mengatur penghasilan yang diterima.
Satu lagi, Tri juga kerap menularkan semangat untuk berbakti pada keluarga kepada para karyawannya itu. "Sekarang saatnya untuk membalas setiap kebaikan yang diberikan keluarga kepada kalian. Meskipun ada keluarga yang pernah menelantarkan, jangan ada dendam, balas dengan kebaikan. Dengan ekonomi yang bagus, kita bisa membantu keluarga," itulah kata-kata yang selalu disampaikan Tri kepada karyawan difabelnya.
Menurut Tri, apa yang dilakukannya sekarang merupakan bentuk bakti dia kepada keluarga.
(amm)
Explore More