Siswa Berbaju Pramuka Kibarkan Bendera Huruf Arab, Adhyaksa Dault Angkat Bicara
A
A
A
JAKARTA - Beredar di media sosial (medsos) video siswa berbaju Pramuka mengibarkan bendera bertuliskan huruf Arab yang diduga terjadi di sekolah Pekanbaru, Riau. Pasalnya, Video berdurasi 38 detik itu kemudian oleh beberapa akun medsos dan website menyebut hal tersebut sebagai kampanye Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Gerakan Pramuka dan membuat Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault angkat bicara.
Adhyaksa Dault menjelaskan, pertama kegiatan di Gerakan Pramuka menggunakan kacu merah putih, sementara di video tersebut hanya berbaju Pramuka. Kemudian, kata dia, pembinanya juga tidak berseragam Pramuka.
"Saya berkali-kali menegaskan, agar siswa tidak perlu diwajibkan berseragam Pramuka kalau yang bersangkutan bukan anggota Gerakan Pramuka. Sebab, jika mereka melakukan hal-hal yang diduga atau terbukti bertentangan dengan norma dan Undang-Undang yang berlaku akan berdampak buruk pada nama baik Gerakan Pramuka," tegas Adhyaksa Dault dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Sabtu 10 Februari 2018.
Adhyaksa Dault mengaku pernah melihat foto siswa boncengan bertiga naik motor tanpa helm dengan baju Pramuka. Dia mengatakan, ini jelas melanggar Undang-undang lalu lintas, lalu beberapa orang menyalahkan pembina Gerakan Pramuka, padahal mereka hanya berseragam Pramuka, namun bukan Pramuka aktif.
"Saya menjamin bahwa mereka yang Pramuka aktif dan lulus SKU (Syarat Kecakapan Umum), SKK (Syarat Kecakapan Khusus) dan tanda-tanda kecakapan lainnya tidak ada yang terlibat narkoba, tawuran, LGBT (lesbian, gay, bisexual and transgender), apalagi kegiatan-kegiatan seperti dalam video tersebut tidak ada dalam kurikulum dasar kepramukaan," jelasnya.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini melanjutkan, kedua ada ribuan kegiatan Pramuka setiap minggunya diadakan oleh Gerakan Pramuka dari berbagai tingkatan di seluruh Indonesia, dan kegiatan tersebut tidak mudah karena umumnya dilaksanakan di luar ruangan.
"Kami tidak bersedih meskipun jarang kegiatan tersebut, maupun kegiatan kerelawanan Pramuka lainnya yang diliput media. Kami beruntung berkat pendidikan yang diberikan senior-senior Gerakan Pramuka terdahulu, kami memiliki Kakak-Kakak pembina yang ikhlas meluang waktu, pikiran dan tenaga. Tujuannya satu, yaitu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup," tuturnya.
Gerakan Pramuka di 34 Provinsi dan 514 Kota/Kabupaten terlibat aktif dalam gotong-royong mewujudkan cita-cita besar Indonesia. Bahkan, kata Adhyaksa Dault, pihaknya juga sudah lama merumuskan dan mensosialisasikan 10 Tugas Pramuka di media sosial yang pada tugas keempat berbunyi: Membela dan mengamalkan Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta merawat harmoni dan solidaritas antarwarga di media sosial.
"Ketiga, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dan teman-teman semua atas masukannya terhadap Gerakan Pramuka. Jangan sungkan langsung tabayyun, jangan ragu langsung konfirmasi ke kami jika ada hal-hal yang perlu ditanyakan terkait Gerakan Pramuka. Kami sangat terbuka berdialog dengan Bapak/Ibu dan teman-teman untuk kemajuan Gerakan Pramuka. Mari kita bekerjasama untuk kaum muda mewariskan yang terbaik bagi bangsa," pungkasnya.
Adhyaksa Dault menjelaskan, pertama kegiatan di Gerakan Pramuka menggunakan kacu merah putih, sementara di video tersebut hanya berbaju Pramuka. Kemudian, kata dia, pembinanya juga tidak berseragam Pramuka.
"Saya berkali-kali menegaskan, agar siswa tidak perlu diwajibkan berseragam Pramuka kalau yang bersangkutan bukan anggota Gerakan Pramuka. Sebab, jika mereka melakukan hal-hal yang diduga atau terbukti bertentangan dengan norma dan Undang-Undang yang berlaku akan berdampak buruk pada nama baik Gerakan Pramuka," tegas Adhyaksa Dault dalam keterangan tertulisnya kepada SINDOnews, Sabtu 10 Februari 2018.
Adhyaksa Dault mengaku pernah melihat foto siswa boncengan bertiga naik motor tanpa helm dengan baju Pramuka. Dia mengatakan, ini jelas melanggar Undang-undang lalu lintas, lalu beberapa orang menyalahkan pembina Gerakan Pramuka, padahal mereka hanya berseragam Pramuka, namun bukan Pramuka aktif.
"Saya menjamin bahwa mereka yang Pramuka aktif dan lulus SKU (Syarat Kecakapan Umum), SKK (Syarat Kecakapan Khusus) dan tanda-tanda kecakapan lainnya tidak ada yang terlibat narkoba, tawuran, LGBT (lesbian, gay, bisexual and transgender), apalagi kegiatan-kegiatan seperti dalam video tersebut tidak ada dalam kurikulum dasar kepramukaan," jelasnya.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini melanjutkan, kedua ada ribuan kegiatan Pramuka setiap minggunya diadakan oleh Gerakan Pramuka dari berbagai tingkatan di seluruh Indonesia, dan kegiatan tersebut tidak mudah karena umumnya dilaksanakan di luar ruangan.
"Kami tidak bersedih meskipun jarang kegiatan tersebut, maupun kegiatan kerelawanan Pramuka lainnya yang diliput media. Kami beruntung berkat pendidikan yang diberikan senior-senior Gerakan Pramuka terdahulu, kami memiliki Kakak-Kakak pembina yang ikhlas meluang waktu, pikiran dan tenaga. Tujuannya satu, yaitu membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup," tuturnya.
Gerakan Pramuka di 34 Provinsi dan 514 Kota/Kabupaten terlibat aktif dalam gotong-royong mewujudkan cita-cita besar Indonesia. Bahkan, kata Adhyaksa Dault, pihaknya juga sudah lama merumuskan dan mensosialisasikan 10 Tugas Pramuka di media sosial yang pada tugas keempat berbunyi: Membela dan mengamalkan Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, serta merawat harmoni dan solidaritas antarwarga di media sosial.
"Ketiga, saya ucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dan teman-teman semua atas masukannya terhadap Gerakan Pramuka. Jangan sungkan langsung tabayyun, jangan ragu langsung konfirmasi ke kami jika ada hal-hal yang perlu ditanyakan terkait Gerakan Pramuka. Kami sangat terbuka berdialog dengan Bapak/Ibu dan teman-teman untuk kemajuan Gerakan Pramuka. Mari kita bekerjasama untuk kaum muda mewariskan yang terbaik bagi bangsa," pungkasnya.
(mhd)