Program Mobil Listrik
A
A
A
Terobosan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur yang akan menjadikan mobil listrik sebagai kendaraan dinas, patut diapresiasi. Selain sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara, kebijakan tersebut merupakan cara yang strategis untuk mendorong anak bangsa agar lebih kreatif. Pemerintah pusat wajib mendukung terutama dari segi regulasinya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk membuatkan mobil listrik. Targetnya September mendatang, mobil buatan mahasiswa tersebut sudah diparkir di depan Balai Kota. Kebijakan mobil listrik ini merupakan bagian dari program Risma yang akan menjadikan Surabaya sebagai smart city yang nyaman bagi penghuninya.
Kebijakan Pemkot Surabaya ini sudah seharusnya mendapat dukungan dari semua pihak, karena bagaimanapun langkah berani ini seiring dengan program listrik yang sedang dijalankan pemerintahan Joko Widodo. Apalagi pada Desember 2017, mobil listrik buatan ITS ini sudah diuji sendiri oleh Presiden Jokowi.
Saat itu Kepala Negara mencoba mobil listrik Ezzy II buatan mahasiswa ITS Surabaya tersebut di gerbang tol (GT) Warugunung, Surabaya, Jawa Timur. Meski masih perlu perbaikan, Jokowi sempat memuji mobil listrik buatan ITS tersebut.
Kebijakan Risma ini awal yang baik untuk mendorong percepatan implementasi rencana pemerintah pusat dalam membangun program mobil listrik di Tanah Air. Di Indonesia, mobil listrik masih menjadi sesuatu yang asing. Banyak pihak masih menunggu karena dari segi komersial masih belum tampak.
Karena itu, dibutuhkan langkah konkret pemerintah untuk segera mewujudkan impian tersebut. Apalagi, pemerintah memiliki target bahwa tahun 2025, 20% populasi mobil di Indonesia adalah mobil listrik. Kalau tidak dimulai sekarang, target tersebut akan sulit untuk dicapai.
Membangun program mobil listrik di Indonesia memang bukan hal mudah untuk dilakukan. Ada sejumlah tantangan yang cukup besar.
Pertama, program mobil listrik ini merupakan hal yang baru sehingga untuk mewujudkannya kita harus mulai dari nol. Infrastruktur pendukungnya juga masih belum ada baik yang berupa fisik seperti tempat pengisian baterai listrik maupun regulasi yang menjadi payung hukumnya.
Kedua, persaingan mobil listrik di tingkat global sudah semakin sengit. Hampir tiap pabrikan mobil telah memiliki varian mobil listrik yang canggih. Bahkan, banyak di antaranya telah dijual di pasaran. Sebut saja Nissan Leaf yang saat ini merupakan mobil listrik terlaris dengan terjual 300.000 unit di seluruh dunia. Ada juga Tesla dan masih banyak lagi.
Di Indonesia, program mobil listrik baru saja dimulai. Sebenarnya sudah banyak mobil listrik besutan anak bangsa. Namun, semuanya masih prototipe yang belum siap dipasarkan secara massal. Secara teknologi, masih banyak yang perlu ditingkatkan sehingga saat masuk pasar mereka bisa bersaing.
Intinya, berbagai tantangan di atas perlu segera direspons pemerintah dengan langkah yang nyata. Untuk menjadikan program mobil listrik ini sukses, keberpihakan pemerintah terhadap kreasi anak bangsa harus diutamakan. Karena itu, langkah maju Pemkot Surabaya perlu segera direspons pemerintah dengan mengeluarkan regulasi agar mobil listrik bisa segera mengaspal di jalanan umum.
Inspirasi ini juga bisa menjadi contoh agar pemerintah daerah lainnya juga mendukung mobil listrik di daerahnya masing-masing. Karena selain ITS, banyak perguruan tinggi lain telah juga punya teknologi mobil listrik. Tinggal saat ini bagaimana pemerintah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewujudkannya menjadi kendaraan yang siap diproduksi massal.
Di tingkat pusat, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi kini juga telah mengembangkan mobil listrik nasional (Molina) dengan menggandeng lima perguruan tinggi, yakni ITB, UI, UNS, UGM, dan ITS. Yang jelas, semakin banyak yang ikut terlibat dalam pengembangan mobil listrik, tentu akan positif. Jangan sampai kita kehilangan momentum ini sehingga Indonesia hanya menjadi penonton dan pasar bagi mobil-mobil listrik buatan negara lain.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menggandeng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk membuatkan mobil listrik. Targetnya September mendatang, mobil buatan mahasiswa tersebut sudah diparkir di depan Balai Kota. Kebijakan mobil listrik ini merupakan bagian dari program Risma yang akan menjadikan Surabaya sebagai smart city yang nyaman bagi penghuninya.
Kebijakan Pemkot Surabaya ini sudah seharusnya mendapat dukungan dari semua pihak, karena bagaimanapun langkah berani ini seiring dengan program listrik yang sedang dijalankan pemerintahan Joko Widodo. Apalagi pada Desember 2017, mobil listrik buatan ITS ini sudah diuji sendiri oleh Presiden Jokowi.
Saat itu Kepala Negara mencoba mobil listrik Ezzy II buatan mahasiswa ITS Surabaya tersebut di gerbang tol (GT) Warugunung, Surabaya, Jawa Timur. Meski masih perlu perbaikan, Jokowi sempat memuji mobil listrik buatan ITS tersebut.
Kebijakan Risma ini awal yang baik untuk mendorong percepatan implementasi rencana pemerintah pusat dalam membangun program mobil listrik di Tanah Air. Di Indonesia, mobil listrik masih menjadi sesuatu yang asing. Banyak pihak masih menunggu karena dari segi komersial masih belum tampak.
Karena itu, dibutuhkan langkah konkret pemerintah untuk segera mewujudkan impian tersebut. Apalagi, pemerintah memiliki target bahwa tahun 2025, 20% populasi mobil di Indonesia adalah mobil listrik. Kalau tidak dimulai sekarang, target tersebut akan sulit untuk dicapai.
Membangun program mobil listrik di Indonesia memang bukan hal mudah untuk dilakukan. Ada sejumlah tantangan yang cukup besar.
Pertama, program mobil listrik ini merupakan hal yang baru sehingga untuk mewujudkannya kita harus mulai dari nol. Infrastruktur pendukungnya juga masih belum ada baik yang berupa fisik seperti tempat pengisian baterai listrik maupun regulasi yang menjadi payung hukumnya.
Kedua, persaingan mobil listrik di tingkat global sudah semakin sengit. Hampir tiap pabrikan mobil telah memiliki varian mobil listrik yang canggih. Bahkan, banyak di antaranya telah dijual di pasaran. Sebut saja Nissan Leaf yang saat ini merupakan mobil listrik terlaris dengan terjual 300.000 unit di seluruh dunia. Ada juga Tesla dan masih banyak lagi.
Di Indonesia, program mobil listrik baru saja dimulai. Sebenarnya sudah banyak mobil listrik besutan anak bangsa. Namun, semuanya masih prototipe yang belum siap dipasarkan secara massal. Secara teknologi, masih banyak yang perlu ditingkatkan sehingga saat masuk pasar mereka bisa bersaing.
Intinya, berbagai tantangan di atas perlu segera direspons pemerintah dengan langkah yang nyata. Untuk menjadikan program mobil listrik ini sukses, keberpihakan pemerintah terhadap kreasi anak bangsa harus diutamakan. Karena itu, langkah maju Pemkot Surabaya perlu segera direspons pemerintah dengan mengeluarkan regulasi agar mobil listrik bisa segera mengaspal di jalanan umum.
Inspirasi ini juga bisa menjadi contoh agar pemerintah daerah lainnya juga mendukung mobil listrik di daerahnya masing-masing. Karena selain ITS, banyak perguruan tinggi lain telah juga punya teknologi mobil listrik. Tinggal saat ini bagaimana pemerintah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewujudkannya menjadi kendaraan yang siap diproduksi massal.
Di tingkat pusat, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi kini juga telah mengembangkan mobil listrik nasional (Molina) dengan menggandeng lima perguruan tinggi, yakni ITB, UI, UNS, UGM, dan ITS. Yang jelas, semakin banyak yang ikut terlibat dalam pengembangan mobil listrik, tentu akan positif. Jangan sampai kita kehilangan momentum ini sehingga Indonesia hanya menjadi penonton dan pasar bagi mobil-mobil listrik buatan negara lain.
(nag)