Program Mobil Listrik

Jum'at, 09 Februari 2018 - 07:15 WIB
Program Mobil Listrik
Program Mobil Listrik
A A A
Terobosan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur yang akan menjadikan mobil listrik sebagai kendaraan dinas, pa­tut diapresiasi. Selain sebagai upaya untuk mengurangi po­lusi udara, kebijakan tersebut merupakan cara yang strategis un­tuk mendorong anak bangsa agar lebih kreatif. Pemerintah pusat wa­jib mendukung terutama dari segi regulasinya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini telah menggandeng Ins­ti­tut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk me­m­buat­kan mobil listrik. Targetnya September mendatang, mobil buat­an mahasiswa tersebut sudah diparkir di depan Balai Kota. Ke­bijakan mobil listrik ini merupakan bagian dari program Risma yang akan menjadikan Surabaya sebagai smart city yang nyaman b­a­gi penghuninya.

Kebijakan Pemkot Surabaya ini sudah seharusnya mendapat du­kungan dari semua pihak, karena bagaimanapun langkah be­ra­ni ini seiring dengan program listrik yang sedang dijalankan pe­me­rintahan Joko Widodo. Apalagi pada Desember 2017, mobil lis­trik buatan ITS ini sudah diuji sendiri oleh Presiden Jokowi.

Saat itu Kepala Negara mencoba mobil listrik Ezzy II buatan ma­ha­siswa ITS Surabaya tersebut di gerbang tol (GT) Warugunung, Su­ra­baya, Jawa Timur. Meski masih perlu perbaikan, Jokowi sem­pat memuji mobil listrik buatan ITS tersebut.

Kebijakan Risma ini awal yang baik untuk mendorong per­ce­pat­an implementasi rencana pemerintah pusat dalam mem­ba­ngun program mobil listrik di Tanah Air. Di Indonesia, mobil li­s­trik masih menjadi sesuatu yang asing. Banyak pihak masih me­nunggu karena dari segi komersial masih belum tampak.

Karena itu, dibutuhkan langkah konkret pemerintah untuk segera me­wu­judkan impian tersebut. Apalagi, pemerintah memiliki target bah­wa tahun 2025, 20% populasi mobil di Indonesia adalah mobil lis­trik. Kalau tidak dimulai sekarang, target tersebut akan sulit un­tuk dicapai.
Membangun program mobil listrik di Indonesia memang bu­kan hal mudah untuk dilakukan. Ada sejumlah tantangan yang ­cu­kup besar.

Pertama, program mobil listrik ini merupakan hal yang baru sehingga untuk mewujudkannya kita harus mulai dari nol. Infrastruktur pendukungnya juga masih belum ada baik yang be­rupa fisik seperti tempat pengisian baterai listrik maupun re­gu­lasi yang menjadi payung hukumnya.

Kedua, persaingan mobil listrik di tingkat global sudah se­ma­kin sengit. Hampir tiap pabrikan mobil telah memiliki varian mo­bil listrik yang canggih. Bahkan, banyak di antaranya telah dijual di pasaran. Sebut saja Nissan Leaf yang saat ini merupakan mobil lis­trik terlaris dengan terjual 300.000 unit di seluruh dunia. Ada ju­ga Tesla dan masih banyak lagi.

Di Indonesia, program mobil listrik baru saja dimulai. Se­be­nar­nya sudah banyak mobil listrik besutan anak bangsa. Namun, se­muanya masih prototipe yang belum siap dipasarkan secara mas­sal. Secara teknologi, masih banyak yang perlu ditingkatkan se­hingga saat masuk pasar mereka bisa bersaing.

Intinya, berbagai tantangan di atas perlu segera direspons pe­m­­e­­rintah dengan langkah yang nyata. Untuk menjadikan prog­ram mobil listrik ini sukses, keberpihakan pemerintah terhadap krea­si anak bangsa harus diutamakan. Karena itu, langkah maju Pem­kot Surabaya perlu segera direspons pemerintah dengan me­nge­luarkan regulasi agar mobil listrik bisa segera mengaspal di ja­lan­an umum.

Inspirasi ini juga bisa menjadi contoh agar pemerintah daerah lain­nya juga mendukung mobil listrik di daerahnya masing-masing. Karena selain ITS, banyak perguruan tinggi lain telah ju­ga punya teknologi mobil listrik. Tinggal saat ini bagaimana pe­me­rintah memberikan kesempatan kepada mereka untuk me­wu­jud­kannya menjadi kendaraan yang siap diproduksi massal.

Di tingkat pusat, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi kini juga telah mengembangkan mobil listrik nasional (Molina) dengan menggandeng lima perguruan tinggi, yakni ITB, UI, UNS, UGM, dan ITS. Yang jelas, semakin banyak yang ikut terlibat da­lam pengembangan mobil listrik, tentu akan positif. Jangan sam­pai kita kehilangan momentum ini sehingga Indonesia hanya men­jadi penonton dan pasar bagi mobil-mobil listrik buatan ne­gara lain.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7708 seconds (0.1#10.140)