Datang ke Pesantren, Panglima TNI Minta Doa Ulama dan Kiai
A
A
A
JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bertemu dengan para ulama dan kiai Jawa Timur di Pondok Pesantren An-Nur 1, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (30/1/2018).
Dalam pertemuan itu, sekitar 70 ulama dan kiai menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kerukunan masyarakat.
Panglima TNI datang bersama Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono dan jajaran TNI lainnya. Hadi mengakui bahagia bisa bertemu dengan para kiai.
“Kami sangat berharap doa dari para kiai agar kami TNI bisa menjalankan amanah sebaik-baiknya untuk menjaga NKRI,” ucapnya.
Dia mengatakan, TNI dan ulama memiliki semangat yang sama, yakni menjaga kerukunan seluruh elemen Bangsa Indonesia.
Kerukunan itu, sambung dia, sudah terbukti bisa diwujudkan melalui rasa saling menghargai dan menghormati antarsesama elemen bangsa.
Dalam pertemuan tersebut, Hadi juga menegaska antara TNI dan Polri terus menjaga perdamaian dan kerukunan, untuk kepentingan bersama.
“Kita terus membangun kebersamaan. TNI dan Polri, kalau atasnya rukun, tentunya bawahnya diminta untuk terus rukun,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan tentang pentingnya kerukunan TNI dan Polri. Baginya, hal itu penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Setiap dari kami TNI dan Polri memiliki keinginan untuk rukun. Makanya sekali diajak rukun langsung bisa rukun,” kata Hadi.
Dia menegaskan Indonesia sangat membutuhkan kerukunan untuk mewujudkan keamanan, ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
“Kalau tawuran terus, pastinya banyak negara lain yang akan senang. Bahkan mereka berharap kita terus tawuran, dan NKRI bubar. Tetapi kita tidak menginginkannya, kita akan bersama-sama menjaga keselamatan NKRI,” tandas Hadi.
Ajakan untuk terus menjaga kerukunan antarelemen bangsa disambut positif oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut.
“Kewajiban umat Islam adalah menjaga negaranya. Tanggung jawab ini sudah kita laksanakan sejak lahirnya Indonesia, karena kita ikut membidani lahirnya negara ini,” tegas Rois Suryah Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Anwar Iskandar.
Pertemuan antara ulama dan Panglima TNI tersebut, diakuinya sangat penting dari aspek historis, dan masa depan Bangsa Indonesia.
Menurut dia, pertemuan tersebut juga menjadi momentum memperbaharui dan menguatkan komitmen bersama untuk menjaga keselamatan NKRI.
Hadi mengatakan, NU, santri, dan TNI harus tetap satu barisan dalam menjaga keselamatan NKRI. Apabila kebersamaan dan persatuan itu dapat terus dijaga maka tidak akan ada yang bisa mengganggu NKRI.
"Kita jaga sampai kapan pun NKRI ini, kita bertanggung jawab untuk terus menjaga keselamatan negara, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren An Nur 1, KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, pertemuan para ulama se-Jawa Timur dengan Panglima TNI sangat penting dalam upaya terus menjaga tali silaturahmi sesama elemen anak bangsa.
Pertemuan ini, menjadi bagian penting untuk meneguhkan komitmen menjaga NKRI. “Kita menginginkan bangsa kita dalam kondisi kondusif, aman, dan damai. Apalagi, saat ini sudah memasuki tahun politik, yang pastinya banyak isu yang berpotensi memecah kesatuan antar elemen bangsa,” katanya.
Dalam pertemuan itu, sekitar 70 ulama dan kiai menegaskan komitmennya untuk terus menjaga kerukunan masyarakat.
Panglima TNI datang bersama Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono dan jajaran TNI lainnya. Hadi mengakui bahagia bisa bertemu dengan para kiai.
“Kami sangat berharap doa dari para kiai agar kami TNI bisa menjalankan amanah sebaik-baiknya untuk menjaga NKRI,” ucapnya.
Dia mengatakan, TNI dan ulama memiliki semangat yang sama, yakni menjaga kerukunan seluruh elemen Bangsa Indonesia.
Kerukunan itu, sambung dia, sudah terbukti bisa diwujudkan melalui rasa saling menghargai dan menghormati antarsesama elemen bangsa.
Dalam pertemuan tersebut, Hadi juga menegaska antara TNI dan Polri terus menjaga perdamaian dan kerukunan, untuk kepentingan bersama.
“Kita terus membangun kebersamaan. TNI dan Polri, kalau atasnya rukun, tentunya bawahnya diminta untuk terus rukun,” ucapnya.
Dia juga mengungkapkan tentang pentingnya kerukunan TNI dan Polri. Baginya, hal itu penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Setiap dari kami TNI dan Polri memiliki keinginan untuk rukun. Makanya sekali diajak rukun langsung bisa rukun,” kata Hadi.
Dia menegaskan Indonesia sangat membutuhkan kerukunan untuk mewujudkan keamanan, ketentraman, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
“Kalau tawuran terus, pastinya banyak negara lain yang akan senang. Bahkan mereka berharap kita terus tawuran, dan NKRI bubar. Tetapi kita tidak menginginkannya, kita akan bersama-sama menjaga keselamatan NKRI,” tandas Hadi.
Ajakan untuk terus menjaga kerukunan antarelemen bangsa disambut positif oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut.
“Kewajiban umat Islam adalah menjaga negaranya. Tanggung jawab ini sudah kita laksanakan sejak lahirnya Indonesia, karena kita ikut membidani lahirnya negara ini,” tegas Rois Suryah Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Anwar Iskandar.
Pertemuan antara ulama dan Panglima TNI tersebut, diakuinya sangat penting dari aspek historis, dan masa depan Bangsa Indonesia.
Menurut dia, pertemuan tersebut juga menjadi momentum memperbaharui dan menguatkan komitmen bersama untuk menjaga keselamatan NKRI.
Hadi mengatakan, NU, santri, dan TNI harus tetap satu barisan dalam menjaga keselamatan NKRI. Apabila kebersamaan dan persatuan itu dapat terus dijaga maka tidak akan ada yang bisa mengganggu NKRI.
"Kita jaga sampai kapan pun NKRI ini, kita bertanggung jawab untuk terus menjaga keselamatan negara, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika,” tegasnya.
Pengasuh Pondok Pesantren An Nur 1, KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan, pertemuan para ulama se-Jawa Timur dengan Panglima TNI sangat penting dalam upaya terus menjaga tali silaturahmi sesama elemen anak bangsa.
Pertemuan ini, menjadi bagian penting untuk meneguhkan komitmen menjaga NKRI. “Kita menginginkan bangsa kita dalam kondisi kondusif, aman, dan damai. Apalagi, saat ini sudah memasuki tahun politik, yang pastinya banyak isu yang berpotensi memecah kesatuan antar elemen bangsa,” katanya.
(dam)