GBK dan Harapan Baru Olahraga Indonesia
A
A
A
MEGAH dan indah. Dua kata ini tepat menggambarkan kondisi terkini Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta. Stadion kebanggaan masyarakat Indonesia ini diresmikan penggunaannya tadi malam setelah mengalami proses renovasi untuk menyambut pelaksanaan Asian Games 2018. Seiring peresmian wajah baru GBK tadi malam, digelar pertandingan ekshibisi antara timnas Indonesia melawan timnas Islandia.
Heimir Hallgrimsson, arsitek tim nasional Islandia, termasuk yang terpesona dengan kemegahan stadion yang dibangun saat Indonesia menyambut Asian Games Jakarta pada 1965. Mengagumi kapasitas atau daya tampung GBK, secara berseloroh pelatih Islandia tersebut menyatakan seluruh penduduk negaranya bahkan dapat masuk di dalamnya.
Ada sejumlah perubahan yang dilakukan pada stadion berkapasitas 80.000 ini sehingga membuatnya tampak lebih modern dari sebelumnya. Dimulai dari penataan kursi penonton yang kini tak lagi memanjang, melainkan diubah menjadi single seat .
Hal lain adalah kualitas pencahayaan dengan lampu berkekuatan 3.500 lux. Lampu yang digunakan bukan lagi konvensional, melainkan menggunakan LED. Cahaya yang dihasilkan pun kini tiga kali lebih terang dari sebelumnya dengan tetap hemat energi listrik hingga 50%.
Bench tim juga dibangun layaknya stadion-stadion di Eropa dengan tempat duduk ofisial tim dan pemain cadangan layaknya jok mobil sport. Tak ketinggalan, ruang untuk konferensi pers yang kursinya dibuat bersusun layaknya bioskop dengan kursi yang empuk.
Singkatnya, GBK kini menjadi ikon baru olahraga Indonesia dan patut untuk dibanggakan. Perubahan wajah stadion yang dibangun era pemerintahan Presiden Soekarno ini juga sekaligus menunjukkan keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games yang akan dibuka pada 18 Agustus 2018.
Tidak hanya GBK, venue cabang olahraga lain juga sejak lama bersolek menyambut pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia ini. Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang dikucurkan untuk merenovasi sejumlah fasilitas olahraga di Jakarta dan Palembang mencapai ratusan miliar rupiah.
Sebagai tuan rumah, Indonesia tentu ingin mencapai hasil yang membanggakan pada Asian Games kali ini. Tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan, namun juga sukses dalam prestasi. Cabang olahraga yang diikuti oleh atlet-atlet Indonesia diharapkan mampu menyumbangkan medali sesuai yang ditargetkan pada cabang masing-masing.
Prestasi atlet pada ajang ini tentu sangat diharapkan karena itu sekaligus akan menjadi kado ulang tahun bagi Republik Indonesia yang berulang tahun ke-73 pada 17 Agustus nanti. Tersisa tujuh bulan menjelang pembukaan Asian Games. Hal yang juga penting diperhatikan adalah semua sarana dan fasilitas perlu dipastikan siap, terutama sarana pertandingan di Kota Palembang,Sumatera Selatan.
Berbeda dengan Jakarta, kesiapan venue di Palembang lebih jarang disoroti media. Sebagaimana Jakarta, Palembang juga harus segera dipastikan siap menggelar cabang olahraga.
Membangun prestasi olahraga memang tidak mudah. Untuk mengangkat prestasi olahraga Indonesia, baik di level ASEAN, Asia, maupun dunia melalui olimpiade ataupun kejuaraan dunia, membutuhkan kerja keras dan pengorbanan. Namun, paling tidak itu bisa dilakukan melalui beberapa langkah.
Pertama, sudah saatnya pemerintah memberikan keberpihakan berupa pengalokasian anggaran yang besar, baik untuk membangun infrastruktur maupun pembinaan atlet. Kedua, program pembinaan usia dini harus berjalan intensif dan berkesinambungan.
Ketiga, para atlet perlu diberi banyak pengalaman dengan berlatih maupun mengikuti kompetisi di luar negeri. Keempat, perlu penghargaan yang lebih kepada mantan atlet berprestasi.
Tak jarang kita mendengar cerita miris dan memilukan akan nasib mantan atlet karena kurang mendapat perhatian pemerintah. Belum terlambat untuk berbenah. Semoga ajang Asian Games ini jadi tonggak bagi kebangkitan olahraga Indonesia.
Heimir Hallgrimsson, arsitek tim nasional Islandia, termasuk yang terpesona dengan kemegahan stadion yang dibangun saat Indonesia menyambut Asian Games Jakarta pada 1965. Mengagumi kapasitas atau daya tampung GBK, secara berseloroh pelatih Islandia tersebut menyatakan seluruh penduduk negaranya bahkan dapat masuk di dalamnya.
Ada sejumlah perubahan yang dilakukan pada stadion berkapasitas 80.000 ini sehingga membuatnya tampak lebih modern dari sebelumnya. Dimulai dari penataan kursi penonton yang kini tak lagi memanjang, melainkan diubah menjadi single seat .
Hal lain adalah kualitas pencahayaan dengan lampu berkekuatan 3.500 lux. Lampu yang digunakan bukan lagi konvensional, melainkan menggunakan LED. Cahaya yang dihasilkan pun kini tiga kali lebih terang dari sebelumnya dengan tetap hemat energi listrik hingga 50%.
Bench tim juga dibangun layaknya stadion-stadion di Eropa dengan tempat duduk ofisial tim dan pemain cadangan layaknya jok mobil sport. Tak ketinggalan, ruang untuk konferensi pers yang kursinya dibuat bersusun layaknya bioskop dengan kursi yang empuk.
Singkatnya, GBK kini menjadi ikon baru olahraga Indonesia dan patut untuk dibanggakan. Perubahan wajah stadion yang dibangun era pemerintahan Presiden Soekarno ini juga sekaligus menunjukkan keseriusan Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan Asian Games yang akan dibuka pada 18 Agustus 2018.
Tidak hanya GBK, venue cabang olahraga lain juga sejak lama bersolek menyambut pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia ini. Tidak tanggung-tanggung, anggaran yang dikucurkan untuk merenovasi sejumlah fasilitas olahraga di Jakarta dan Palembang mencapai ratusan miliar rupiah.
Sebagai tuan rumah, Indonesia tentu ingin mencapai hasil yang membanggakan pada Asian Games kali ini. Tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan, namun juga sukses dalam prestasi. Cabang olahraga yang diikuti oleh atlet-atlet Indonesia diharapkan mampu menyumbangkan medali sesuai yang ditargetkan pada cabang masing-masing.
Prestasi atlet pada ajang ini tentu sangat diharapkan karena itu sekaligus akan menjadi kado ulang tahun bagi Republik Indonesia yang berulang tahun ke-73 pada 17 Agustus nanti. Tersisa tujuh bulan menjelang pembukaan Asian Games. Hal yang juga penting diperhatikan adalah semua sarana dan fasilitas perlu dipastikan siap, terutama sarana pertandingan di Kota Palembang,Sumatera Selatan.
Berbeda dengan Jakarta, kesiapan venue di Palembang lebih jarang disoroti media. Sebagaimana Jakarta, Palembang juga harus segera dipastikan siap menggelar cabang olahraga.
Membangun prestasi olahraga memang tidak mudah. Untuk mengangkat prestasi olahraga Indonesia, baik di level ASEAN, Asia, maupun dunia melalui olimpiade ataupun kejuaraan dunia, membutuhkan kerja keras dan pengorbanan. Namun, paling tidak itu bisa dilakukan melalui beberapa langkah.
Pertama, sudah saatnya pemerintah memberikan keberpihakan berupa pengalokasian anggaran yang besar, baik untuk membangun infrastruktur maupun pembinaan atlet. Kedua, program pembinaan usia dini harus berjalan intensif dan berkesinambungan.
Ketiga, para atlet perlu diberi banyak pengalaman dengan berlatih maupun mengikuti kompetisi di luar negeri. Keempat, perlu penghargaan yang lebih kepada mantan atlet berprestasi.
Tak jarang kita mendengar cerita miris dan memilukan akan nasib mantan atlet karena kurang mendapat perhatian pemerintah. Belum terlambat untuk berbenah. Semoga ajang Asian Games ini jadi tonggak bagi kebangkitan olahraga Indonesia.
(whb)