Stok Obat Menipis, Kondisi Rumah Sakit di Gaza Memprihatinkan
A
A
A
JAKARTA - Rumah sakit di seantero Gaza bisa dibilang menjadi rumah sakit dengan fasilitas yang paling menyedihkan. Stok obat-obatan menipis tanpa ada kabar kapan akan ada stok baru, listrik hanya menyala tak lebih dari 2 jam sehari, kuantitas dokter yang tak sebanding dengan jumlah pasien yang terus membeludak.
Bahkan yang lebih buruk, tak ada pilihan menu makanan apa pun yang sempat disiapkan rumah sakit di Gaza untuk para pasiennya. Jangankan untuk menuntut memenuhi kebutuhan gizi, menyiapkan seporsi nasi dengan lauk apa adanya pun sulit untuk dilakukan.
Mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengabarkan langsung dari Gaza, tentang kondisi terkini beberapa rumah sakit yang tersebar di seantero Gaza. Kabarnya, sudah sejak beberapa bulan terakhir, ratusan rumah sakit di Gaza tak bisa memenuhi permintaan untuk menyiapkan menu-menu makan untuk pasien.
"Kondisi ekonomi semakin sulit. Pendataan kami menunjukkan sedikitnya ada delapan rumah sakit di Gaza tak bisa lagi menyediakan makan untuk para pasiennya. Selama proses penyembuhan si pasien tidak ada asupan gizi yang bisa disuplai oleh sumber daya di rumah sakit," ujar Abu Muhammad (nama disamarkan,red) mitra ACT di Gaza, Kamis (28/12/2017).
Menjadi inisiator Dapur Indonesia untuk Gaza, sudah sejak Senin (25/12/2017), puluhan relawan ACT menyiapkan tak kurang 1.000 paket makanan siap santap bagi setiap rumah sakit (3x sehari). Makanan siap santap ditujukan khusus untuk pasien dan karyawan rumah sakit.
Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR)-ACT menjelaskan, setiap harinya tak kurang 1.000 paket makanan sebanyak tiga kali sehari, disiapkan masing-masing untuk tiap rumah sakit dari dapur umum ACT di Gaza.
"Dapur ACT di Gaza menyiapkan 1.000 paket makanan untuk pasien dan staf di Rumah Sakit Kamal Naser Khanyounis, juga 1.000 paket makanan lagi untuk European Hospital di Southern Governate Gaza," pungkasnya.
Bahkan yang lebih buruk, tak ada pilihan menu makanan apa pun yang sempat disiapkan rumah sakit di Gaza untuk para pasiennya. Jangankan untuk menuntut memenuhi kebutuhan gizi, menyiapkan seporsi nasi dengan lauk apa adanya pun sulit untuk dilakukan.
Mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengabarkan langsung dari Gaza, tentang kondisi terkini beberapa rumah sakit yang tersebar di seantero Gaza. Kabarnya, sudah sejak beberapa bulan terakhir, ratusan rumah sakit di Gaza tak bisa memenuhi permintaan untuk menyiapkan menu-menu makan untuk pasien.
"Kondisi ekonomi semakin sulit. Pendataan kami menunjukkan sedikitnya ada delapan rumah sakit di Gaza tak bisa lagi menyediakan makan untuk para pasiennya. Selama proses penyembuhan si pasien tidak ada asupan gizi yang bisa disuplai oleh sumber daya di rumah sakit," ujar Abu Muhammad (nama disamarkan,red) mitra ACT di Gaza, Kamis (28/12/2017).
Menjadi inisiator Dapur Indonesia untuk Gaza, sudah sejak Senin (25/12/2017), puluhan relawan ACT menyiapkan tak kurang 1.000 paket makanan siap santap bagi setiap rumah sakit (3x sehari). Makanan siap santap ditujukan khusus untuk pasien dan karyawan rumah sakit.
Andi Noor Faradiba dari Tim Global Humanity Response (GHR)-ACT menjelaskan, setiap harinya tak kurang 1.000 paket makanan sebanyak tiga kali sehari, disiapkan masing-masing untuk tiap rumah sakit dari dapur umum ACT di Gaza.
"Dapur ACT di Gaza menyiapkan 1.000 paket makanan untuk pasien dan staf di Rumah Sakit Kamal Naser Khanyounis, juga 1.000 paket makanan lagi untuk European Hospital di Southern Governate Gaza," pungkasnya.
(nag)