Ini Sikap PB IKA PMII Terkait Klaim AS Atas Yarusalem

Senin, 11 Desember 2017 - 16:10 WIB
Ini Sikap PB IKA PMII Terkait Klaim AS Atas Yarusalem
Ini Sikap PB IKA PMII Terkait Klaim AS Atas Yarusalem
A A A
JAKARTA - Klaim sepihak atas Yerusalem sebagai Ibukota Isarel oleh Presiden AS Donald Trump, memicu keresahan, kemarahan, dan mengusik ketenangan warga dunia, terutama umat Islam.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA-PMII) Akhmad Muqowam menegaskan, klaim sepihak tersebut membuktikan arogansi dan kecongkakan Donald Trump, sekaligus sikap meniadakan keberadaan negara-negara lain di dunia.

Dia mengatakan, negara dan seluruh rakyat Indonesia, apapun agamanya, harus mengecam dan menentang sikap Amerika Serikat yg angkuh, arogan, tidak menghargai keberadaan negara-negara lain, dan memacing munculnya instabilitas baru di dunia.

Hal ini harus menjadi cara pandang keindonesiaan sebagai bangsa yang beragama dalam kerangka menjaga NKRI dan merawat kebhinekaan. "Untuk kepentingan dan masa depan Negara dan Bangsa Indonesia, kami mendukung sikap tegas Presiden Jokowi yang menolak penetapan Yerusalem sebagai ibukota Israel," terang Muqowam melalui pesan elektronik yang diterima SINDOnews, Senin (11/12/2017).

Dirinya menilai, Presiden sangat memahami, menghayati dan menghormati kebatinan masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam dan menjadikan keberagamaan sebagai faktor pemersatu Bangsa Indonesia.

"Kami meminta kepada Presiden Jokowi agar atas nama negara, bangsa, dan rakyat Indonesia segera melakukan langkah-langkah strategis dan nyata, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional, untuk mendesak agar Trump segera mencabut kebijakannya tersebut dan mencegah dampaknya terhadap terciptanya instabilitas yang mengancam keamanan dunia," harap

Muqowam berharap, Presiden Jokowi mengundang para tokoh dan organisasi keagamaan di Indonesia untuk membangun kesepahaman, sikap dan langkah bersama atas nama bangsa Indonesia.

"Jika hal itu tidak tercapai, dikhawatirkan akan muncul kemarahan dan ketidakpuasan masyarakat, khususnya umat Islam, yang bisa secara massif menjadi gerakan anti Amerika Serikat," pungkasnya.
(pur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5220 seconds (0.1#10.140)