Indonesia dan Malaysia Teken Kesepakatan Terkait Peternakan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia yakin produk peternakannya segera masuk pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal itu terbukti dalam paparan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita.
Hal itu dikatakan Ketut Diarminta dalam Konferensi ke-30 Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Wilayah Regional Asia di Malaysia.
Menurut Ketut, untuk tahap awal produk ternak unggas lokal dan Final Stock (FS) unggas lokal Indonesia harus mampu menembus pasar bebas ASEAN setelah adanya kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia.
Pasalnya jelas Ketut, peternakan skala UMKM tidak lama lagi mampu berbicara di pasar internasional. Untuk tahap awal produk ternak unggas lokal Indonesia siap menembus pasar bebas ASEAN setelah adanya kesepakatan dengan Malaysia.
"Kami berharap ini menjadi catatan sejarah dalam peternakan nasional kita," kata Ketut dalam siaran pers, Kamis (23/11/2017).
Karena itu, Ketut jelaskan tujuan kunjungannya ini ke Malaysia adalah membawa misi perdagangan produk ternak, khususnya unggas lokal ke luar negeri. Kali ini yang ditawarkan ke Malaysia adalah ayam lokal dan itik lokal.
"Malaysia berminat juga untuk impor daging sapi," jelasnya.
Realisasi ekspor tersebut diharapkan dalam kuartal pertama 2018. Sebelumnya, Pemerintah Malaysia terlebih dulu akan meninjau sarana peternakan ayam lokal dan itik yang sudah memenuhi persyaratan Good Breeding Practice (GBP), serta memiliki standar internasional untuk kesehatan hewan.
"Yaitu Sertifikat Kompartemen Bebas Avian Influenza sesuai ketentuan OIE," ungkapnya.
Terkait dengan jaminan kesehatan hewan, Ketut membeberkan, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan 3 Sertifikat Kompartemen Bebas AI untuk unggas lokal, yaitu 2 sertifikat untuk ayam dan 1 untuk itik yang berlokasi di Bogor dan Purwakarta.
"Kita terus perkuat sistem kompartemen AI kita, agar unggas dan produk unggas kita bisa bersaing di pasar international, kususnya ASEAN dan Jepang," jelasnya.
"Komoditas ternak lain yang juga akan masuk ke Malaysia adalah daging sapi kualitas premium yang berasal dari peternakan di Lampung," tambahnya.
Hal itu dikatakan Ketut Diarminta dalam Konferensi ke-30 Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Wilayah Regional Asia di Malaysia.
Menurut Ketut, untuk tahap awal produk ternak unggas lokal dan Final Stock (FS) unggas lokal Indonesia harus mampu menembus pasar bebas ASEAN setelah adanya kesepakatan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Malaysia.
Pasalnya jelas Ketut, peternakan skala UMKM tidak lama lagi mampu berbicara di pasar internasional. Untuk tahap awal produk ternak unggas lokal Indonesia siap menembus pasar bebas ASEAN setelah adanya kesepakatan dengan Malaysia.
"Kami berharap ini menjadi catatan sejarah dalam peternakan nasional kita," kata Ketut dalam siaran pers, Kamis (23/11/2017).
Karena itu, Ketut jelaskan tujuan kunjungannya ini ke Malaysia adalah membawa misi perdagangan produk ternak, khususnya unggas lokal ke luar negeri. Kali ini yang ditawarkan ke Malaysia adalah ayam lokal dan itik lokal.
"Malaysia berminat juga untuk impor daging sapi," jelasnya.
Realisasi ekspor tersebut diharapkan dalam kuartal pertama 2018. Sebelumnya, Pemerintah Malaysia terlebih dulu akan meninjau sarana peternakan ayam lokal dan itik yang sudah memenuhi persyaratan Good Breeding Practice (GBP), serta memiliki standar internasional untuk kesehatan hewan.
"Yaitu Sertifikat Kompartemen Bebas Avian Influenza sesuai ketentuan OIE," ungkapnya.
Terkait dengan jaminan kesehatan hewan, Ketut membeberkan, saat ini pemerintah sudah mengeluarkan 3 Sertifikat Kompartemen Bebas AI untuk unggas lokal, yaitu 2 sertifikat untuk ayam dan 1 untuk itik yang berlokasi di Bogor dan Purwakarta.
"Kita terus perkuat sistem kompartemen AI kita, agar unggas dan produk unggas kita bisa bersaing di pasar international, kususnya ASEAN dan Jepang," jelasnya.
"Komoditas ternak lain yang juga akan masuk ke Malaysia adalah daging sapi kualitas premium yang berasal dari peternakan di Lampung," tambahnya.
(maf)