Puan: Butuh Gotong Royong untuk Manfaatan Iptek dan Inovasi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani menegaskan pemerintah terus mendorong dan mematangkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) untuk menyinergikan seluruh hasil riset yang ada di Indonesia.
"Pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi Indonesia di kalangan masyarakat, khususnya pelaku ekonomi dan industri saat ini masih belum optimal. Pemerintah terus mendorong sinergi antar iptek dan pelaku industri sehingga iptek memberikan kontribusi maksimal pada Indonesia," tutur Puan dalam pembukaan Indonesia Science Expo 2017 di Gedung Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/10/2017).
Hal tersebut, kata dia, dapat dicermati dari sektor lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar pada perekonomian nasional seperti pertanian, kelautan, perikanan, pertambangan, dan industri yang kontribusinya mencapai 40% PDB (atau senilai Rp5.600 triliun/tahun), belum ditopang secara optimal oleh pemanfaatan hasil-hasil penelitan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dari lembaga penelitian di Indonesia.
Pua mengatakan, salah satu hambatan dalam pemanfaatan hasil riset adalah alokasi anggaran yang masih minimal.
Dia tidak memungkiri keberhasilan, kualitas pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan.
Menko PMK menilai potensi Indonesia melalui lembaga dan badan yang berkaitan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Penerapan Teknologi (seperti LIPI, BPPT, BATAN, Perguruan Tinggi IPB, UI, dan ITB) sangat besar.
Dari lembaga, badan, dan perguruan tinggi tersebut telah menghasilkan 1.391 paten, dan LIPI merupakan penghasil paten yang tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 513 paten.
Puan mengungkapkan pemerintah mengharapkan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan yang dikerjakan oleh LIPI dapat memberikan warna, karakter, dan penguatan ilmu pengetahuan terhadap pembangunan nasional yang dapat memperkuat sistem perencanaan pembangunan nasional, memperkuat kemandirian perekonomian nasional, dan memperteguh kepribadian bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila.
Berdasarkan Laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF), daya saing Indonesia membaik lima peringkat menjadi 36 dari 137 negara. Namun masih di bawah Thailand yang berada di peringkat 32, Malaysia di peringkat 23 dan Singapura di peringkat tiga.
"Kita harus lebih meningkatkan kapasitas daya saing tersebut, terutama pada pilar inovasi dan kesiapan teknologi. Inilah yang menjadi tugas kita bersama, untuk dapat meningkatkan kapasitas inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan penerapannya," tutur Puan.
Puan memandang semua hal bisa diatasi asalkan bersama-sama dan bergotong royong. Kolaborasi kemitraan kajian antara lembaga penelitian dan swasta atau industri merupakan salah satu hal yang perlu terus didorong.
Untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam membangun kemitraan tersebut, kata dia, pemerintah juga sedang dan terus meningkatkan kebijakan dalam mendukung upaya meningkatkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam setiap belanja Pemerintah.
Langkah konkret LIPI dalam model pengelolaan STP (Science and Techno Park), menurut Menko PMK, dapat menjadi contoh bagaimana mengelola sinergi lembaga penelitian, masyarakat, dan industri.
Puan berharap LIPI dapat ikut berperan dalam melakukan penguatan pembangunan desa.
Sedikitnya ada 74.000 desa sedang giat melakukan pembangunan dan membutuhkan dukungan keahlian perencanaan, pemetaan potensi, dan road map pembangunan desa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Pemerintah akan memberikan sebanyak 60 triliun dana desa untuk pembangunan desa. LIPI diharapkan dapat ikut bersinergi memperkuat dan meningkatkan kapabilitas SDM penyelenggaraan pembangunan desa," ujarnya.
Dia menambahkan, hilirisasi hasil riset ke industri juga dinilai sangat penting. Kementerian Ristekdikti harus lebih mengambil peran membangun koneksitas tersebut dengan memberikan iklim kondusif bagi kerja sama ilmuwan dan industri.
Pada acara hari ini, Menko PMK didampingi Menristekdikti dan Plt Kepala LIPI juga memberikan penghargaan Lomba Karya Ilmiah Remaja, National Young Inventors Award, dan Science Based Industrial Innovation Award.
"Semoga pencapaian ini dapat menjadi langkah awal untuk membaktikan diri kalian bagi bangsa dan Negara," tuturnya.
Pada akhir sambutannya, Menko PMK mengajak seluruh pihak bergotong royong dalam membangun ilmu pengetahuan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Indonesia Science Expo 2017 yang akan diselenggarakan dari tanggal 23-26 Oktober 2017 ini secara simbolis dibuka oleh Menko PMK bersama Menristekdikti.
Pada acara ini juga dilakukan penyerahan cindera mata berupa jam standar waktu nasional Indonesia oleh Plt Kepala LIPI Bambang Subiyanto kepada Menko PMK Puan Maharani dan Menristekdikti, Muhammad Nasir.
"Pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi Indonesia di kalangan masyarakat, khususnya pelaku ekonomi dan industri saat ini masih belum optimal. Pemerintah terus mendorong sinergi antar iptek dan pelaku industri sehingga iptek memberikan kontribusi maksimal pada Indonesia," tutur Puan dalam pembukaan Indonesia Science Expo 2017 di Gedung Balai Kartini, Jakarta, Senin (23/10/2017).
Hal tersebut, kata dia, dapat dicermati dari sektor lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar pada perekonomian nasional seperti pertanian, kelautan, perikanan, pertambangan, dan industri yang kontribusinya mencapai 40% PDB (atau senilai Rp5.600 triliun/tahun), belum ditopang secara optimal oleh pemanfaatan hasil-hasil penelitan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dari lembaga penelitian di Indonesia.
Pua mengatakan, salah satu hambatan dalam pemanfaatan hasil riset adalah alokasi anggaran yang masih minimal.
Dia tidak memungkiri keberhasilan, kualitas pendidikan, penelitian dan pengembangan iptek bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan.
Menko PMK menilai potensi Indonesia melalui lembaga dan badan yang berkaitan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Penerapan Teknologi (seperti LIPI, BPPT, BATAN, Perguruan Tinggi IPB, UI, dan ITB) sangat besar.
Dari lembaga, badan, dan perguruan tinggi tersebut telah menghasilkan 1.391 paten, dan LIPI merupakan penghasil paten yang tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 513 paten.
Puan mengungkapkan pemerintah mengharapkan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan yang dikerjakan oleh LIPI dapat memberikan warna, karakter, dan penguatan ilmu pengetahuan terhadap pembangunan nasional yang dapat memperkuat sistem perencanaan pembangunan nasional, memperkuat kemandirian perekonomian nasional, dan memperteguh kepribadian bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila.
Berdasarkan Laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF), daya saing Indonesia membaik lima peringkat menjadi 36 dari 137 negara. Namun masih di bawah Thailand yang berada di peringkat 32, Malaysia di peringkat 23 dan Singapura di peringkat tiga.
"Kita harus lebih meningkatkan kapasitas daya saing tersebut, terutama pada pilar inovasi dan kesiapan teknologi. Inilah yang menjadi tugas kita bersama, untuk dapat meningkatkan kapasitas inovasi di bidang ilmu pengetahuan dan penerapannya," tutur Puan.
Puan memandang semua hal bisa diatasi asalkan bersama-sama dan bergotong royong. Kolaborasi kemitraan kajian antara lembaga penelitian dan swasta atau industri merupakan salah satu hal yang perlu terus didorong.
Untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam membangun kemitraan tersebut, kata dia, pemerintah juga sedang dan terus meningkatkan kebijakan dalam mendukung upaya meningkatkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam setiap belanja Pemerintah.
Langkah konkret LIPI dalam model pengelolaan STP (Science and Techno Park), menurut Menko PMK, dapat menjadi contoh bagaimana mengelola sinergi lembaga penelitian, masyarakat, dan industri.
Puan berharap LIPI dapat ikut berperan dalam melakukan penguatan pembangunan desa.
Sedikitnya ada 74.000 desa sedang giat melakukan pembangunan dan membutuhkan dukungan keahlian perencanaan, pemetaan potensi, dan road map pembangunan desa berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Pemerintah akan memberikan sebanyak 60 triliun dana desa untuk pembangunan desa. LIPI diharapkan dapat ikut bersinergi memperkuat dan meningkatkan kapabilitas SDM penyelenggaraan pembangunan desa," ujarnya.
Dia menambahkan, hilirisasi hasil riset ke industri juga dinilai sangat penting. Kementerian Ristekdikti harus lebih mengambil peran membangun koneksitas tersebut dengan memberikan iklim kondusif bagi kerja sama ilmuwan dan industri.
Pada acara hari ini, Menko PMK didampingi Menristekdikti dan Plt Kepala LIPI juga memberikan penghargaan Lomba Karya Ilmiah Remaja, National Young Inventors Award, dan Science Based Industrial Innovation Award.
"Semoga pencapaian ini dapat menjadi langkah awal untuk membaktikan diri kalian bagi bangsa dan Negara," tuturnya.
Pada akhir sambutannya, Menko PMK mengajak seluruh pihak bergotong royong dalam membangun ilmu pengetahuan untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Indonesia Science Expo 2017 yang akan diselenggarakan dari tanggal 23-26 Oktober 2017 ini secara simbolis dibuka oleh Menko PMK bersama Menristekdikti.
Pada acara ini juga dilakukan penyerahan cindera mata berupa jam standar waktu nasional Indonesia oleh Plt Kepala LIPI Bambang Subiyanto kepada Menko PMK Puan Maharani dan Menristekdikti, Muhammad Nasir.
(dam)