Mahasiswa Garda Terdepan Lawan Konten Negatif di Media Sosial
A
A
A
MAKASSAR - Peran generasi muda terutama mahasiswa sangat vital dalam mengantisipasi serangan berita bohong atau hoax di media sosial.
Oleh karena itu, mahasiswa dituntut mampu sebagai garda terdepan dalam menghadang serbuan konten negatif di dunia maya.
Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Selamatta Sembiring mengungkapkan kekhawatirannya mahasiswa larut dalam penyebaran konten negatif di media sosial.
“Jangan berkontribusi ikut dalam huru-hara di medsos. Lebih baik kreatif dalam menyebarkan hal positif,”
ucap Selamatta saat membuka acara Workshop Photography and Creative Writing yang digelar Gen Posting (Generasi Positive Thinking) di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/10/2017).
Dia menjelaskan hal positif itu berupa menyebarkan konten mendidik, memberdayakan, dan membangun karakter nasional.
“Maksimalkan hal-hal itu. Jangan buang-buang waktu dengan pornografi, hoax, hate speech, terorisme, radikalisme, dan juga bermain games secara berlebihan,” papar Selamatta.
Melalui perilaku bijak di media sosial, kata dia, mahasiswa akan mampu berkontribusi besar dalam memutus
derasnya peredaran berita-berita hoax, fitnah, atau ujaran kebencian (hate speech).
Dengan demikian, kata dia, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan (agent of change) dalam membangun nasionalisme generasi muda.
Dia juga mendorong generasi muda jangan cuma menjadi pengikut (follower) tapi harus menjadi trendsetter.
“Kami berharap adik-adik mahasiswa untuk posting hal-hal positif. Mahasiswa merupakan agent of change,
karenanya kami menyasar kampus-kampus bertemu dengan mahasiswa di berbagai universitas,” sambung Selamatta.
Gen Posting menjadi gerakan kampanye penyiaran konten-konten positif yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Majalah SINDO Weekly dan London School of Public Relations
(LSPR).
Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kemenkominfo Gun Gun Siswadi menyebutkan kampanye melawan hoax dan hate speech sangat penting untuk dilakukan.
"Ada informasi yang sah dan valid, ada informasi positif tapi banyak juga yang informasinya negatif dan hoax," kata Gun Gun di sela sela workshop bertajuk Nasionalisme Generasi Muda itu.
Gun Gun memaparkan, penggunaan media sosial (medsos) Indonesia didominasi anak muda sebanyak 60%. Para pengguna dari generasi muda rentan menjadi sasaran hoax.
Melalui kegiatan seperti ini, Kominfo mengajak dan mendorong generasi milenial, khususnya mahasiswa, ikut menciptakan informasi positif agar media sosial dipenuhi informasi bermanfaat.
“Kalau sudah banyak yang berperan, mudah-mudahan informasi yang negatif bisa tereleminasi karena ruang publik dipakai untuk informasi yang positif,” ucapnya.
Gun Gun memaparkan Kemenkominfo telah memblokir 773. 339 situs berisi konten negatif hingga Desember 2016. Kebanyakan berisi konten pornografi, SARA, radikalisme, penipuan, dan penebar hoax.
Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Kerja Sama Universitas Hasanuddin Prof dr Budu sangat mengapresiasi Workshop Photography and Creative Writing karena mahasiswa merupakan senjata yang ampuh dalam menghadang derasnya berita bohong dan ajaran kebencian.
Dia mendorong mahasiswa untuk lebih memanfaatkan media sosial secara baik. “Teknologi digital informasi dan komunikasi memengaruhi jejak langkah kami sehingga Gen Posting merupakan campaign yang luar biasa. Kami berharap workshop ini meningkatkan kesadaran mahasiswa secara positif,” tutur Budu.
Workshop Photography and Creative Writing menghadirkan pembicara, Redaktur Pelaksana Koran SINDO Hanna F Fauzie dan praktisi fotografi Bob Soerjodipoero.
Acara dipandu Ambassador Gen Posting dan Sosial Media Influencer Jessica Wongso.
Hanna menuturkan, melalui penguasaan tulisan kreatif (creative writing), generasi milenial bisa menuangkan ide dalam bentuk tulisan di berbagai platform, termasuk media sosial.
Dalam menyaring informasi untuk kebutuhan tulisan, Hanna menyebutkan, jangan sampai terjebak dan turut menyebarkan berita hoax, ajaran kebencian apalagi mem-bully.
“Mari kita isi ruang publik di dunia maya dengan konten positif. Mari secara kreatif kita produksi informasi yang mencerahkan, mendidik dan meningkatkan rasa cinta Tanah Air karena pemerintah butuh bantuan kita, para generasi muda,” paparnya.
Creative writing akan sangat disukai bila tulisan tersebut bisa memberi informasi, mengedukasi, serta menghibur.
“Tujuan semua tulisan sama yakni, to inform, to educate dan to entertain. Alangkah baiknya jika seluruh memiliki muatan positif. Untuk itu, sebelum memposting atau mengirimkan tulisan, cek dahulu apakah tulisan kita sudah memiliki unsur-unsur positif tersebut,” kata Hanna.
Praktisi fotografi Bob Soerjodipoero berpesan bagi yang tertarik memperdalam fotografi untuk jeli dengan situasi sekitarnya.
“Karena dengan selalu aware dengan apa yang ada dekat kita, kita bakal lebih kreatif. Hasil foto kita juga akan lebih baik karena terus berlatih,” ungkap Bob.
Sementara itu Social Media Influencer, Jessica berbagi pengalaman kesuksesannya memanfaatkan media sosial dengan konten-konten kreatif.
“Saya rasakan sekali manfaatnya. Bisa menjadi penghasilan dan ini berkat konten positif yang saya share di akun media sosial saya,” ungkap Jessica.
Menurut Head of Marcomm SINDO Weekly, Adityo, kegiatan ini sebagai upaya mengatasi tren perilaku negatif di media sosial.
“Workshop ini kami gelar untuk membantu pemerintah menyosialisasikan konten positif dalam bermedia sosial. Di sini kita sharing bagaimana mengambil foto dan menulis konten yang baik di media sosial,” kata Adityo.
Selain workshop juga digelar coaching clinic Photography dan Creative Writing di Aula Prof Dr Amirudin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Salah satu peserta, Retno mengatakan, pelatihan ini sangat bermanfaat. “Saya selalu tertarik memperdalam kemampuan saya dalam menulis. Workshop ini membuka wawasan saya. Sekarang saya jadi fokus memanfaatkan media sosial untuk menciptakan konten kreatif,” kata Retno.
Setelah Makassar, Gen Posting akan digelar Jayapura, Papua, 18 Oktober mendatang. Sebelumnya Gen Posting digelar di Bandung, Yogyakarta, Bali, Medan dan Banjarmasin.
Oleh karena itu, mahasiswa dituntut mampu sebagai garda terdepan dalam menghadang serbuan konten negatif di dunia maya.
Direktur Pengolahan dan Penyediaan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika Selamatta Sembiring mengungkapkan kekhawatirannya mahasiswa larut dalam penyebaran konten negatif di media sosial.
“Jangan berkontribusi ikut dalam huru-hara di medsos. Lebih baik kreatif dalam menyebarkan hal positif,”
ucap Selamatta saat membuka acara Workshop Photography and Creative Writing yang digelar Gen Posting (Generasi Positive Thinking) di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (4/10/2017).
Dia menjelaskan hal positif itu berupa menyebarkan konten mendidik, memberdayakan, dan membangun karakter nasional.
“Maksimalkan hal-hal itu. Jangan buang-buang waktu dengan pornografi, hoax, hate speech, terorisme, radikalisme, dan juga bermain games secara berlebihan,” papar Selamatta.
Melalui perilaku bijak di media sosial, kata dia, mahasiswa akan mampu berkontribusi besar dalam memutus
derasnya peredaran berita-berita hoax, fitnah, atau ujaran kebencian (hate speech).
Dengan demikian, kata dia, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan (agent of change) dalam membangun nasionalisme generasi muda.
Dia juga mendorong generasi muda jangan cuma menjadi pengikut (follower) tapi harus menjadi trendsetter.
“Kami berharap adik-adik mahasiswa untuk posting hal-hal positif. Mahasiswa merupakan agent of change,
karenanya kami menyasar kampus-kampus bertemu dengan mahasiswa di berbagai universitas,” sambung Selamatta.
Gen Posting menjadi gerakan kampanye penyiaran konten-konten positif yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Majalah SINDO Weekly dan London School of Public Relations
(LSPR).
Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kemenkominfo Gun Gun Siswadi menyebutkan kampanye melawan hoax dan hate speech sangat penting untuk dilakukan.
"Ada informasi yang sah dan valid, ada informasi positif tapi banyak juga yang informasinya negatif dan hoax," kata Gun Gun di sela sela workshop bertajuk Nasionalisme Generasi Muda itu.
Gun Gun memaparkan, penggunaan media sosial (medsos) Indonesia didominasi anak muda sebanyak 60%. Para pengguna dari generasi muda rentan menjadi sasaran hoax.
Melalui kegiatan seperti ini, Kominfo mengajak dan mendorong generasi milenial, khususnya mahasiswa, ikut menciptakan informasi positif agar media sosial dipenuhi informasi bermanfaat.
“Kalau sudah banyak yang berperan, mudah-mudahan informasi yang negatif bisa tereleminasi karena ruang publik dipakai untuk informasi yang positif,” ucapnya.
Gun Gun memaparkan Kemenkominfo telah memblokir 773. 339 situs berisi konten negatif hingga Desember 2016. Kebanyakan berisi konten pornografi, SARA, radikalisme, penipuan, dan penebar hoax.
Wakil Rektor Bidang Inovasi dan Kerja Sama Universitas Hasanuddin Prof dr Budu sangat mengapresiasi Workshop Photography and Creative Writing karena mahasiswa merupakan senjata yang ampuh dalam menghadang derasnya berita bohong dan ajaran kebencian.
Dia mendorong mahasiswa untuk lebih memanfaatkan media sosial secara baik. “Teknologi digital informasi dan komunikasi memengaruhi jejak langkah kami sehingga Gen Posting merupakan campaign yang luar biasa. Kami berharap workshop ini meningkatkan kesadaran mahasiswa secara positif,” tutur Budu.
Workshop Photography and Creative Writing menghadirkan pembicara, Redaktur Pelaksana Koran SINDO Hanna F Fauzie dan praktisi fotografi Bob Soerjodipoero.
Acara dipandu Ambassador Gen Posting dan Sosial Media Influencer Jessica Wongso.
Hanna menuturkan, melalui penguasaan tulisan kreatif (creative writing), generasi milenial bisa menuangkan ide dalam bentuk tulisan di berbagai platform, termasuk media sosial.
Dalam menyaring informasi untuk kebutuhan tulisan, Hanna menyebutkan, jangan sampai terjebak dan turut menyebarkan berita hoax, ajaran kebencian apalagi mem-bully.
“Mari kita isi ruang publik di dunia maya dengan konten positif. Mari secara kreatif kita produksi informasi yang mencerahkan, mendidik dan meningkatkan rasa cinta Tanah Air karena pemerintah butuh bantuan kita, para generasi muda,” paparnya.
Creative writing akan sangat disukai bila tulisan tersebut bisa memberi informasi, mengedukasi, serta menghibur.
“Tujuan semua tulisan sama yakni, to inform, to educate dan to entertain. Alangkah baiknya jika seluruh memiliki muatan positif. Untuk itu, sebelum memposting atau mengirimkan tulisan, cek dahulu apakah tulisan kita sudah memiliki unsur-unsur positif tersebut,” kata Hanna.
Praktisi fotografi Bob Soerjodipoero berpesan bagi yang tertarik memperdalam fotografi untuk jeli dengan situasi sekitarnya.
“Karena dengan selalu aware dengan apa yang ada dekat kita, kita bakal lebih kreatif. Hasil foto kita juga akan lebih baik karena terus berlatih,” ungkap Bob.
Sementara itu Social Media Influencer, Jessica berbagi pengalaman kesuksesannya memanfaatkan media sosial dengan konten-konten kreatif.
“Saya rasakan sekali manfaatnya. Bisa menjadi penghasilan dan ini berkat konten positif yang saya share di akun media sosial saya,” ungkap Jessica.
Menurut Head of Marcomm SINDO Weekly, Adityo, kegiatan ini sebagai upaya mengatasi tren perilaku negatif di media sosial.
“Workshop ini kami gelar untuk membantu pemerintah menyosialisasikan konten positif dalam bermedia sosial. Di sini kita sharing bagaimana mengambil foto dan menulis konten yang baik di media sosial,” kata Adityo.
Selain workshop juga digelar coaching clinic Photography dan Creative Writing di Aula Prof Dr Amirudin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Salah satu peserta, Retno mengatakan, pelatihan ini sangat bermanfaat. “Saya selalu tertarik memperdalam kemampuan saya dalam menulis. Workshop ini membuka wawasan saya. Sekarang saya jadi fokus memanfaatkan media sosial untuk menciptakan konten kreatif,” kata Retno.
Setelah Makassar, Gen Posting akan digelar Jayapura, Papua, 18 Oktober mendatang. Sebelumnya Gen Posting digelar di Bandung, Yogyakarta, Bali, Medan dan Banjarmasin.
(dam)