Pastikan Keamanan Makanan Jamaah, PPIH Wajib Punya Food Security Test
A
A
A
MADINAH - Kasus diare kembali dialami jamaah haji Indonesia di Arab Saudi. Komisi Pengawas Haji Indonesia pun menyoroti kejadian tersebut, sekaligus menyayangkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang sampai sekarang belum juga memiliki alat food security test.
Pada musim haji tahun ini, ada dua kejadian serangan diare terhadap jamaah. Sebelumnya ada 23 jamaah haji dari Embarkasi Batam yang terkena diare dan muntah-muntah.
Namun tidak semua jamaah yang mengonsumsi katering dari perusahaan sama mengalami sakit diare. Dari 3.000-an porsi yang dibagikan kepada, hanya 23 orang yang terjangkit diare.
Jadi tidak bisa disimpulkan secara langsung ini dikarenakan masalah menu katering. Belum lagi kondisi hotel atau pemodokan yang kurang higienis.
Mengingat hotel di Madinah bukan monopoli ditempati jamaah Indonesia. Ada jamaah dari negara lain yang memiliki budaya dan kultur berbeda terkait kebersihan.
Kejadian terakhir Minggu (24/9/2017), ada 65 jamaah haji Indonesia Kloter 55 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 55) yang mengalami diare. Kasus ini berhasil ditangani dengan baik oleh PPIH memalui tim kesehatannya.
Kasus ini juga sulit ditarik kesimpulan apa penyebabnya. Menindakanjuti kasus tersebut, tim dari Seksi Katering Daerah Kerja (Daker) Madinah kemarin pagi menginvestigasi ke hotel jamaah menginap.
Hasilnya ditemukan bahwa banyak jamaah yang membeli makanan pagi di sekitar hotel. Sayangnya, makanan yang dibeli kurang terjaga higienisnya. Dari sampel yang dibeli tim katering, makanan yang terdiri dari daging, telur dadar, dan sambal itu sudah tercium aroma basi.
Karena itu, KPHI menyayangkan petugas pengawas katering tidak dilengkapi alat pendeteksi kualitas makanan yang dikonsumsi jamaah haji. “Ke depan (PPIH) harus dilengkapi dan dimasukkan dalam standar operasiona prosedur pengawasan penyediaan katering,” kata Moh Samidin Nashir, Ketua KPHI, kemarin.
Kasie Kesehatan Daker Madinah, dr Edi Supriyatna juga tidak bisa menyimpulkan secara paripurna apa penyebab jamaah sakit diare secara bersamaan. Sebab penyebab kejadian ada banyak, antara lain dari faktor makanan, kebersihan sekitar, dan kebiasaan jamaah saat makan.
“Untuk kejadian Minggu lalu mulai terjadi sekitar pukul 16.00 WAS. Penyebabnya diduga makanan yang dimakan jamaah hari itu,” ujar Edi.
Tetapi dia hanya bisa menyimpulkan dugaannya saja dan sifatnya belum final. Alasannya ada banyak pemicu terjadinya kasus diare itu, salah satunya kebersihan lingkungan.
“Karena itu kami terus bergerak melakukan tindakan antisipasi agar kejadiannya tidak terulang lagi. Tim kesehatan terus menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Memang perlu waktu agar bisa mengubah semuanya (misalnya cuci tangan pakai sabun sebelum makan,” paparnya.
Dari Jakarta, dr Eka Jusuf Singka selaku Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan kembali mengingatkan pentingnya pengadaaan food security test di Tanah Suci. Karena alat ini bisa digunakan sebagai parameter pemantauan dan penjagaan makanan sehat bagi jamaah.
“Alat ini juga bisa digunakan bila ada kejadian. Jadi food security test bisa dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi oleh petugas dan manajemen katering. Prinsipnya alat ini bisa untuk mengecek makanan dan minuman layak konsumsi atau tidak,” ungkapnya.
Jamaah Haji Sudah Membaik
Sementara, Kadaker Madinah Amin Handoyo mengatakan, kondisi 65 jamaah yang mengalami diare sudah sehat. “Mereka sudah ditangani oleh dokter, baik dokter kloter, TGC (Tim Gerak Cepat) Sektor 1, dokter KKHI (Klinik Kesehatan Haji Indonesia) Madinah, maupun dokter Rumah Sakit Arab Saudi,” ungkap Amin Handoyo.
Tim Gerak Cepat dan tim medis KKHI Madinah segera ke lokasi sesaat setelah menerima laporan. Mereka langsung melakukan penanganan medis dengan memberikan obat, oralit, dan infus sehingga keluhan diare jamaah bisa ditangani.
Mengenai penyebab diare, Amin mengaku belum bisa memastikan apakah berasal dari makanan katering atau makanan lainnya. Sebab faktor penyebab diare sangat banyak.
Sempat beredar kabar, jamaah mengalami diare setelah mengonsumsi makanan dari penyedia katering yang dikontrak PPIH Arab Saudi. Amin pun mengutarakan, katering JKG 55 disediakan oleh perusahaan Ad-Dakhil (Black Stone).
Ad-Dahil tidak hanya menyediakan katering untuk satu kloter saja. “Hari itu, Ad-Dakhil mendistribusikan makanan kepada 12 kloter atau berkisar 4.000–5.000 jAmaah, termasuk 389 jamaah JKG 55 dan 193 jamaah JKG 52 di hotel yang sama,” papar Amin.
Menurut Amin, pola makan yang tidak tepat juga bisa jadi penyebab diare. Misalnya, saat dibagikan makanan tidak langsung dikonsumsi dalam rentang waktu yang cukup lama. Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebabnya.
Apalagi selama di Madinah, jamaah Indonesia juga tinggal dengan jamaah dari negara lain dalam satu hotel. Sebab sistim penyewaan pondokan di Madinah berbeda dengan Mekkah.
“Di Mekkah sistim sewanya satu musim. Sedangkan di Madinah blocking time sehingga satu hotel bisa terdiri dari beragam negara,” katanya.
Amin pun memastikan bahwa katering sebelum dibagikan kepada jamaah sudah dites kelayakannya oleh petugas pengawas katering yang bertugas. Tidak sekedar mengetes, petugas pengawas juga ikut mengonsumsi paket katering makan siang tersebut.
“Tim Katering Daker Madinah sudah melakukan pengecekan makanan. Kesimpulan sementara, katering layak makan saat didistribusikan ke jamaah,” klaimnya.
Dikatakannya, peristiwa yang mirip terjadi satu pekan sebelumnya. Sebanyak 23 jamaah mengeluhkan hal yang sama, diare. Saat itu, Kementerian Kesehatan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan yang saat kejadian disediakan oleh perusahaan katering. Hasilnya, makanan yang dikonsumsi jamaah dinyatakan aman.
Kemenkes Saudi jug mulai melakukan pemeriksaan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar dapur katering. Sebagai langkah preventif, Daker Madinah segera berkirim surat ke pihak hotel untuk meningkatkan dan menjaga kebersihan.
Terlebih, kebersihan lingkungan hotel memang menjadi kewajiban pihak hotel. Selain itu, petugas sektor juga akan lebih intensif dalam mengawasi kebersihan.
“Total ada 131.497 boks katering yang telah didistribusikan untuk 21 kloter jamaah dari beberapa perusahaan katering. Adapun total boks layanan selama fase kedatangan gelombang kedua sudah mencapai 1.178.791 boks,” pangkasnya.
Pada musim haji tahun ini, ada dua kejadian serangan diare terhadap jamaah. Sebelumnya ada 23 jamaah haji dari Embarkasi Batam yang terkena diare dan muntah-muntah.
Namun tidak semua jamaah yang mengonsumsi katering dari perusahaan sama mengalami sakit diare. Dari 3.000-an porsi yang dibagikan kepada, hanya 23 orang yang terjangkit diare.
Jadi tidak bisa disimpulkan secara langsung ini dikarenakan masalah menu katering. Belum lagi kondisi hotel atau pemodokan yang kurang higienis.
Mengingat hotel di Madinah bukan monopoli ditempati jamaah Indonesia. Ada jamaah dari negara lain yang memiliki budaya dan kultur berbeda terkait kebersihan.
Kejadian terakhir Minggu (24/9/2017), ada 65 jamaah haji Indonesia Kloter 55 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG 55) yang mengalami diare. Kasus ini berhasil ditangani dengan baik oleh PPIH memalui tim kesehatannya.
Kasus ini juga sulit ditarik kesimpulan apa penyebabnya. Menindakanjuti kasus tersebut, tim dari Seksi Katering Daerah Kerja (Daker) Madinah kemarin pagi menginvestigasi ke hotel jamaah menginap.
Hasilnya ditemukan bahwa banyak jamaah yang membeli makanan pagi di sekitar hotel. Sayangnya, makanan yang dibeli kurang terjaga higienisnya. Dari sampel yang dibeli tim katering, makanan yang terdiri dari daging, telur dadar, dan sambal itu sudah tercium aroma basi.
Karena itu, KPHI menyayangkan petugas pengawas katering tidak dilengkapi alat pendeteksi kualitas makanan yang dikonsumsi jamaah haji. “Ke depan (PPIH) harus dilengkapi dan dimasukkan dalam standar operasiona prosedur pengawasan penyediaan katering,” kata Moh Samidin Nashir, Ketua KPHI, kemarin.
Kasie Kesehatan Daker Madinah, dr Edi Supriyatna juga tidak bisa menyimpulkan secara paripurna apa penyebab jamaah sakit diare secara bersamaan. Sebab penyebab kejadian ada banyak, antara lain dari faktor makanan, kebersihan sekitar, dan kebiasaan jamaah saat makan.
“Untuk kejadian Minggu lalu mulai terjadi sekitar pukul 16.00 WAS. Penyebabnya diduga makanan yang dimakan jamaah hari itu,” ujar Edi.
Tetapi dia hanya bisa menyimpulkan dugaannya saja dan sifatnya belum final. Alasannya ada banyak pemicu terjadinya kasus diare itu, salah satunya kebersihan lingkungan.
“Karena itu kami terus bergerak melakukan tindakan antisipasi agar kejadiannya tidak terulang lagi. Tim kesehatan terus menyosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Memang perlu waktu agar bisa mengubah semuanya (misalnya cuci tangan pakai sabun sebelum makan,” paparnya.
Dari Jakarta, dr Eka Jusuf Singka selaku Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan kembali mengingatkan pentingnya pengadaaan food security test di Tanah Suci. Karena alat ini bisa digunakan sebagai parameter pemantauan dan penjagaan makanan sehat bagi jamaah.
“Alat ini juga bisa digunakan bila ada kejadian. Jadi food security test bisa dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi oleh petugas dan manajemen katering. Prinsipnya alat ini bisa untuk mengecek makanan dan minuman layak konsumsi atau tidak,” ungkapnya.
Jamaah Haji Sudah Membaik
Sementara, Kadaker Madinah Amin Handoyo mengatakan, kondisi 65 jamaah yang mengalami diare sudah sehat. “Mereka sudah ditangani oleh dokter, baik dokter kloter, TGC (Tim Gerak Cepat) Sektor 1, dokter KKHI (Klinik Kesehatan Haji Indonesia) Madinah, maupun dokter Rumah Sakit Arab Saudi,” ungkap Amin Handoyo.
Tim Gerak Cepat dan tim medis KKHI Madinah segera ke lokasi sesaat setelah menerima laporan. Mereka langsung melakukan penanganan medis dengan memberikan obat, oralit, dan infus sehingga keluhan diare jamaah bisa ditangani.
Mengenai penyebab diare, Amin mengaku belum bisa memastikan apakah berasal dari makanan katering atau makanan lainnya. Sebab faktor penyebab diare sangat banyak.
Sempat beredar kabar, jamaah mengalami diare setelah mengonsumsi makanan dari penyedia katering yang dikontrak PPIH Arab Saudi. Amin pun mengutarakan, katering JKG 55 disediakan oleh perusahaan Ad-Dakhil (Black Stone).
Ad-Dahil tidak hanya menyediakan katering untuk satu kloter saja. “Hari itu, Ad-Dakhil mendistribusikan makanan kepada 12 kloter atau berkisar 4.000–5.000 jAmaah, termasuk 389 jamaah JKG 55 dan 193 jamaah JKG 52 di hotel yang sama,” papar Amin.
Menurut Amin, pola makan yang tidak tepat juga bisa jadi penyebab diare. Misalnya, saat dibagikan makanan tidak langsung dikonsumsi dalam rentang waktu yang cukup lama. Faktor lingkungan juga bisa menjadi penyebabnya.
Apalagi selama di Madinah, jamaah Indonesia juga tinggal dengan jamaah dari negara lain dalam satu hotel. Sebab sistim penyewaan pondokan di Madinah berbeda dengan Mekkah.
“Di Mekkah sistim sewanya satu musim. Sedangkan di Madinah blocking time sehingga satu hotel bisa terdiri dari beragam negara,” katanya.
Amin pun memastikan bahwa katering sebelum dibagikan kepada jamaah sudah dites kelayakannya oleh petugas pengawas katering yang bertugas. Tidak sekedar mengetes, petugas pengawas juga ikut mengonsumsi paket katering makan siang tersebut.
“Tim Katering Daker Madinah sudah melakukan pengecekan makanan. Kesimpulan sementara, katering layak makan saat didistribusikan ke jamaah,” klaimnya.
Dikatakannya, peristiwa yang mirip terjadi satu pekan sebelumnya. Sebanyak 23 jamaah mengeluhkan hal yang sama, diare. Saat itu, Kementerian Kesehatan melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan yang saat kejadian disediakan oleh perusahaan katering. Hasilnya, makanan yang dikonsumsi jamaah dinyatakan aman.
Kemenkes Saudi jug mulai melakukan pemeriksaan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar dapur katering. Sebagai langkah preventif, Daker Madinah segera berkirim surat ke pihak hotel untuk meningkatkan dan menjaga kebersihan.
Terlebih, kebersihan lingkungan hotel memang menjadi kewajiban pihak hotel. Selain itu, petugas sektor juga akan lebih intensif dalam mengawasi kebersihan.
“Total ada 131.497 boks katering yang telah didistribusikan untuk 21 kloter jamaah dari beberapa perusahaan katering. Adapun total boks layanan selama fase kedatangan gelombang kedua sudah mencapai 1.178.791 boks,” pangkasnya.
(kri)