Bekerja 17 Jam, Petugas Terminal Hijrah Bermandikan Sinar Matahari
A
A
A
MADINAH - Bekerja penuh dedikasi. Itulah yang dilakukan petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah. Teriknya sinar matahari tak mengendurkan kerja melayani jamaah.
Padahal lokasi petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah beroperasi langsung berada di pinggir jalan utama Mekkah menuju Madinah, tepatnya KM 9 sebagai pintu keluar-masuk Kota Nabi. Aplikasi cuaca di smartphone pun menunjukkan suhu hampir 50 derajat celcius.
Saat tim Media Center Haji (MCH) mendatangi sektor tersebut, jam di tangan menunjukkan pukul 15.00 waktu Arab Saudi. Meskipun menjelang sore hari, sinar matahari di Madinah saat itu masih terik.
Ada tiga titik cek poin di sini. Pada pos pertama petugas terlihat berlindung di bayangan sebuah pos jaga. Di pos kedua, petugas di sini sedikit beruntung karena berada di dalam gedung.
Di pos ketiga, petugas berlindung di rerimbunan pepohonan. “Jadi kami berlindung di bangunan yang ada. Menyesuaikan dengan arah sinar matahari, berlindung di balik bangunan dan pepohonan,” ungkap Sekretaris Sektor Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah, Syafruddin Tanjung saat ditemui di KM 9, Madinah, Arab Saudi, Rabu 13 September 2017.
Tidak tanggung-tanggung, semua petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah bekerja selama lebih dari 17 jam. “Kami berjumlah 15 orang yang terbagi dalam dua shift (tim A dan B). Mulai berangkat dari Kantor Daker Madinah pukul 09.00 WAS dan berakhir paling cepat pukul 02.00,” kata Syafruddin Tanjung seraya menginformasikan, posnya memberlakukan sistim kerja sehari masuk dan sehari libur.
Menurut Syafruddin Tanjung, tahun-tahun sebelumnya ada kontainer yang dijadikan sebagai kantor sekaligus tempat berlindung. Namun tahun ini kontainer tersebut sudah digusur untuk pembangunan Terminal Hijrah. Sehingga sektor ini sama sekali tidak memiliki tempat beristirahat.
Bila pada masa pra-Armina, petugas di Bir Ali berperan memastikan jamaah berihram sempurna dan mengambil miqot umrah quddum, di Terminal Hijra, petugas mencatat data bus yang datang. Mereka lalu menginformasikan kedatangan bus kepada petugas sektor atau pemondokan melalui Bravo (handy talkie).
“Kami laporkan kloter berapa yang sudah datang melalui Bravo. Ini supaya petugas sektor pemondokan yang dituju bisa segera menyiapkan hotelnya. Begitu juga dengan katering,” ucap Letnan Kolonel dari kesatuan Kostrad di Gambir tersebut.
Selain cuaca panas, tantangan kedua adalah harus mengejar atau menghentikan bus yang stiker kloternya terlepas dari kaca depan bus. Stiker ini bisa lepas karena tertiup kencangnya laju bus. “Kami harus berhentikan agar bisa memastikan dari kloter mana supaya akomodasinya siap,” imbuhnya.
Ditanya berapa lama bus sampai ke hotel tujuan, dia mengatakan, jamaah akan sampai di pemondokan sekitar 20 menit setelah check point di Terminal Hijrah. Jarak terminal ini ke Kota Madinah sekitar 23 kilometer.
Syafruddin Tanjung menyebutkan, bus dari Mekkah berangkat mulai pukul 06.00 WAS. Sementara lama perjalanan bus membutuhkan waktu 5–6 jam. “Sedangkan bus terakhir yang dilepas dari Mekkah paling lambat pukul 19.00 WAS. Sekali jalan bisa 4-5 kloter,” imbuhnya.
Udung Nurrahman, anggota Perlindungan Jamaah (Linjam) Sektor Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah menambahkan, untuk mengusir panas, seperti jamaah, mereka membekali diri dengan sejumlah alat perlindungan.
“Kami pakai payung, semprotan air untuk muka, dan membawa minum yang banyak. Paling panas sinar matahari kami rasakan pada pukul 13.00-14.00 WAS,” katanya tersenyum.
Disinggung kedatangan konsumsi, Udung Nurrahman mengatakan, biasanya katering diantar pukul 11.00 WAS untuk makan siang. Sedangkan untuk makan malam menjelang masuk azan magrib.
Padahal lokasi petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah beroperasi langsung berada di pinggir jalan utama Mekkah menuju Madinah, tepatnya KM 9 sebagai pintu keluar-masuk Kota Nabi. Aplikasi cuaca di smartphone pun menunjukkan suhu hampir 50 derajat celcius.
Saat tim Media Center Haji (MCH) mendatangi sektor tersebut, jam di tangan menunjukkan pukul 15.00 waktu Arab Saudi. Meskipun menjelang sore hari, sinar matahari di Madinah saat itu masih terik.
Ada tiga titik cek poin di sini. Pada pos pertama petugas terlihat berlindung di bayangan sebuah pos jaga. Di pos kedua, petugas di sini sedikit beruntung karena berada di dalam gedung.
Di pos ketiga, petugas berlindung di rerimbunan pepohonan. “Jadi kami berlindung di bangunan yang ada. Menyesuaikan dengan arah sinar matahari, berlindung di balik bangunan dan pepohonan,” ungkap Sekretaris Sektor Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah, Syafruddin Tanjung saat ditemui di KM 9, Madinah, Arab Saudi, Rabu 13 September 2017.
Tidak tanggung-tanggung, semua petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah bekerja selama lebih dari 17 jam. “Kami berjumlah 15 orang yang terbagi dalam dua shift (tim A dan B). Mulai berangkat dari Kantor Daker Madinah pukul 09.00 WAS dan berakhir paling cepat pukul 02.00,” kata Syafruddin Tanjung seraya menginformasikan, posnya memberlakukan sistim kerja sehari masuk dan sehari libur.
Menurut Syafruddin Tanjung, tahun-tahun sebelumnya ada kontainer yang dijadikan sebagai kantor sekaligus tempat berlindung. Namun tahun ini kontainer tersebut sudah digusur untuk pembangunan Terminal Hijrah. Sehingga sektor ini sama sekali tidak memiliki tempat beristirahat.
Bila pada masa pra-Armina, petugas di Bir Ali berperan memastikan jamaah berihram sempurna dan mengambil miqot umrah quddum, di Terminal Hijra, petugas mencatat data bus yang datang. Mereka lalu menginformasikan kedatangan bus kepada petugas sektor atau pemondokan melalui Bravo (handy talkie).
“Kami laporkan kloter berapa yang sudah datang melalui Bravo. Ini supaya petugas sektor pemondokan yang dituju bisa segera menyiapkan hotelnya. Begitu juga dengan katering,” ucap Letnan Kolonel dari kesatuan Kostrad di Gambir tersebut.
Selain cuaca panas, tantangan kedua adalah harus mengejar atau menghentikan bus yang stiker kloternya terlepas dari kaca depan bus. Stiker ini bisa lepas karena tertiup kencangnya laju bus. “Kami harus berhentikan agar bisa memastikan dari kloter mana supaya akomodasinya siap,” imbuhnya.
Ditanya berapa lama bus sampai ke hotel tujuan, dia mengatakan, jamaah akan sampai di pemondokan sekitar 20 menit setelah check point di Terminal Hijrah. Jarak terminal ini ke Kota Madinah sekitar 23 kilometer.
Syafruddin Tanjung menyebutkan, bus dari Mekkah berangkat mulai pukul 06.00 WAS. Sementara lama perjalanan bus membutuhkan waktu 5–6 jam. “Sedangkan bus terakhir yang dilepas dari Mekkah paling lambat pukul 19.00 WAS. Sekali jalan bisa 4-5 kloter,” imbuhnya.
Udung Nurrahman, anggota Perlindungan Jamaah (Linjam) Sektor Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah menambahkan, untuk mengusir panas, seperti jamaah, mereka membekali diri dengan sejumlah alat perlindungan.
“Kami pakai payung, semprotan air untuk muka, dan membawa minum yang banyak. Paling panas sinar matahari kami rasakan pada pukul 13.00-14.00 WAS,” katanya tersenyum.
Disinggung kedatangan konsumsi, Udung Nurrahman mengatakan, biasanya katering diantar pukul 11.00 WAS untuk makan siang. Sedangkan untuk makan malam menjelang masuk azan magrib.
(kri)