Di Tanah Suci, Menag Menolak Tinggal di Hotel
A
A
A
MADINAH - Bersahaja. Itulah yang ditampilkan Lukman Hakim Saifuddin selama menjabat sebagai amirulhaj jamaah haji Indonesia. Falsafah yang dipegangnya adalah petugas haji tak boleh mendapatkan fasilitas yang lebih baik dibanding jamaah haji yang dilayaninya.
Karena itu, sejak tahun 2014 Lukman Hakim Saifuddin menolak menginap di hotel saat bertugas di Arab Saudi. Dia lebih memilih menginap di kantor, suatu hal baru bagi pejabat sekelas Menteri Agama (Menag) saat memimpin proses haji.
Ketika berada di Mekkah, Menag memilih tinggal di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Mekkah. Gedungnya biasa, bahkan terkesan bangunan tua. Di sinilah dia menginap dan berkantor bersama ratusan para petugas haji Indonesia.
Ruangan yang ditempati juga tak ada yang istimewa. Hanya ada tempat tidur dan televisi, sama seperti petugas haji lainnya. Bedanya di kamar ini politikus PPP itu tinggal sendiri, sementara room lainnya ditempati 3-4 petugas. “Hotel biarlah untuk jamaah. Di sini lebih homie (seperti rumah), lebih mudah berkoordinasi dengan petugas,” imbuh bapak tiga anak itu saat ditemui di kamarnya di lantai 1 Kantor Daker Madinah, Jumat (8/9/2017).
Bukan hanya di Mekkah, saat berada di Kota Madinah juga sama. Menag memilih menginap di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Madinah. Namun, untuk kantor Madinah ini bangunannya lebih baik ketimbang kantor di Mekkah. Kantor yang dipakai untuk Daker Madinah sebelumnya ialah apartemen.
Begitu pun dengan makanan sehari-hari yang disantapnya. Lukman juga mengonsumsi menu yang dimakan oleh para petugas. Tak ada yang istimewa. "Sarapan dan makanan yang disajikan juga sama. Apa yang dimakan petugas lain juga sama yang saya makan. Kita makan dari dapur yang sama," tandasnya.
Tak ada yang istimewa dari kamar Menang di Daker Madinah. Koper tempat menyimpannya baju juga tertulis koper petugas haji. Dia tak bawa koper khusus. Bahkan untuk urusan melipat baju, Menag melakukannya sendiri.
Semenjak diangkat sebagai orang nomor satu di Kementerian Agama, sewaktu menjadi Amirulhaj, Lukman selalu meninggalkan keluarganya di Tanah Air. Tak ada anggota keluarga, termasuk istrinya yang dibawa.
Dia menegaskan, yang berhak berangkat ke Tanah Suci adalah jamaah haji dan petugas. Pemerintah harus menegakan keadilan karena ada bantak jamaah haji yang lama menunggu. "Jadi tak adil rasanya kalau kuota itu diambil untuk keluarga, mereka bukan termasuk keduanya (jamaah dan petugas haji). Prinsipnya adalah keadilan," ujarnya.
Tiba sejak tanggal 20 Agustus lalu, banyak hal yang dilakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. “Kami ini (bersama istri) pasangan yang mandiri. Biasa melakukannya sendiri, jadi kalau mau perjalanan jauh, pekerjaan mengepak baju sudah biasa melakukan sendiri,” papar Lukman.
Saat ditanya apakah kangen dengan keluarga? "Iya," jawab Menag sambil tersenyum. Untuk menghilangkan rasa kangen, smartphone menjadi andalannya melepas rasa kangen kepada istri dan anak-anaknya. “Biasanya suka video call dengan orang rumah. Ada line, WhatsApp. Sekarang lebih mudah,” ujarnya.
Dalam kesehariannya selama di Tanah Suci, jadwal sang menteri sangat padat. Tak heran banyak wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji geleng-geleng kepala mengikuti pergerakan Lukman sejak pagi hingga malam hari.
“Kuncinya adalah tidur dan makan yang cukup. Dengan catatan, saat tidur jangan bawa masalah karena masalah setiap hari akan selalu ada,” pungkasnya.
Karena itu, sejak tahun 2014 Lukman Hakim Saifuddin menolak menginap di hotel saat bertugas di Arab Saudi. Dia lebih memilih menginap di kantor, suatu hal baru bagi pejabat sekelas Menteri Agama (Menag) saat memimpin proses haji.
Ketika berada di Mekkah, Menag memilih tinggal di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Mekkah. Gedungnya biasa, bahkan terkesan bangunan tua. Di sinilah dia menginap dan berkantor bersama ratusan para petugas haji Indonesia.
Ruangan yang ditempati juga tak ada yang istimewa. Hanya ada tempat tidur dan televisi, sama seperti petugas haji lainnya. Bedanya di kamar ini politikus PPP itu tinggal sendiri, sementara room lainnya ditempati 3-4 petugas. “Hotel biarlah untuk jamaah. Di sini lebih homie (seperti rumah), lebih mudah berkoordinasi dengan petugas,” imbuh bapak tiga anak itu saat ditemui di kamarnya di lantai 1 Kantor Daker Madinah, Jumat (8/9/2017).
Bukan hanya di Mekkah, saat berada di Kota Madinah juga sama. Menag memilih menginap di Kantor Urusan Haji Indonesia Daker Madinah. Namun, untuk kantor Madinah ini bangunannya lebih baik ketimbang kantor di Mekkah. Kantor yang dipakai untuk Daker Madinah sebelumnya ialah apartemen.
Begitu pun dengan makanan sehari-hari yang disantapnya. Lukman juga mengonsumsi menu yang dimakan oleh para petugas. Tak ada yang istimewa. "Sarapan dan makanan yang disajikan juga sama. Apa yang dimakan petugas lain juga sama yang saya makan. Kita makan dari dapur yang sama," tandasnya.
Tak ada yang istimewa dari kamar Menang di Daker Madinah. Koper tempat menyimpannya baju juga tertulis koper petugas haji. Dia tak bawa koper khusus. Bahkan untuk urusan melipat baju, Menag melakukannya sendiri.
Semenjak diangkat sebagai orang nomor satu di Kementerian Agama, sewaktu menjadi Amirulhaj, Lukman selalu meninggalkan keluarganya di Tanah Air. Tak ada anggota keluarga, termasuk istrinya yang dibawa.
Dia menegaskan, yang berhak berangkat ke Tanah Suci adalah jamaah haji dan petugas. Pemerintah harus menegakan keadilan karena ada bantak jamaah haji yang lama menunggu. "Jadi tak adil rasanya kalau kuota itu diambil untuk keluarga, mereka bukan termasuk keduanya (jamaah dan petugas haji). Prinsipnya adalah keadilan," ujarnya.
Tiba sejak tanggal 20 Agustus lalu, banyak hal yang dilakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. “Kami ini (bersama istri) pasangan yang mandiri. Biasa melakukannya sendiri, jadi kalau mau perjalanan jauh, pekerjaan mengepak baju sudah biasa melakukan sendiri,” papar Lukman.
Saat ditanya apakah kangen dengan keluarga? "Iya," jawab Menag sambil tersenyum. Untuk menghilangkan rasa kangen, smartphone menjadi andalannya melepas rasa kangen kepada istri dan anak-anaknya. “Biasanya suka video call dengan orang rumah. Ada line, WhatsApp. Sekarang lebih mudah,” ujarnya.
Dalam kesehariannya selama di Tanah Suci, jadwal sang menteri sangat padat. Tak heran banyak wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji geleng-geleng kepala mengikuti pergerakan Lukman sejak pagi hingga malam hari.
“Kuncinya adalah tidur dan makan yang cukup. Dengan catatan, saat tidur jangan bawa masalah karena masalah setiap hari akan selalu ada,” pungkasnya.
(thm)