Peralatan Serba Digital, Satu Pasien Dilayani Dua Dokter
A
A
A
MEKKAH - Kementerian Kesehatan Arab Saudi berusaha maksimal dalam melayani jamaah haji. Mereka menyediakan rumah sakit berstandar internasional guna merawat jamaah haji yang mengalami gangguan kesehatan.
Salah satunya King Abdullah Medical City, Mekkah. Di rumah sakit (RS) berstandar internasional yang khusus menangani penyakit jantung itu, Pemerintah Arab Saudi memberikan semua fasilitas yang ada agar bisa digunakan para jamaah, termasuk dari Indonesia.
"Peralatan yang kami gunakan sudah digital," ungkap dokter spesialis jantung Najeeb A Jaha dari RS King Abdullah Medical City saat menerima para wartawan lintas negara pengirim jemaah haji di rumah sakit tersebut, Minggu 27 Agustus 2017 malam.
Di rumah sakit yang menampung lebih dari 1.000 pasien ini terpasang beragam alat kedokteran modern yang tersambung ke sejumlah layar monitor. Jadi melalui layar monitor, kata dia, perkembangan pasien bisa terdeteksi.
Pantauan tim Media Center Haji Kemenag di ruang ICU, ketika dokter memasukan nama pasien, monitor langsung memperlihatkan perkembangan jantung pasien. Bahkan terlihat bentuk jantung dan aliran darahnya.
Ada 18 kamar ICU yang disiapkan rumah sakit nirlaba ini. Najib A Jaha mengutarakan, satu pasien biasanya ditangani oleh dua dokter.
Dalam satu shift kerja, ada dua konsultan dokter spesialis dan tiga asistennya yang berjaga. Biasanya para dokter melakukan diskusi dipergantian shift dalam menangani pasien. "Kami juga punya tiga laborotarium untuk kepentingan medik," ucapnya.
Layanan baik dari rumah sakit riset dan pendidikan ini diakui Saeful Zaman, jamaah haji Kloter 49 Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS 49) saat ditemui di kamar rawat inap yang berada di lantai empat. "Layanannya baik, saya tetap makan walaupun tidak sesuai selera," katanya.
Dia mengatakan, komunikasi dengan dokter dilakukan dengan bahasa Arab, kebetulan pendampingnya selama di RS bisa berbahasa Arab. "Saya mau kembali ke kloter saja, saya mau wujuf," ujarnya merengek kepada Tim B Visitasi Dokter Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.
Sayang keinginannya itu belum terkabul. Setelah ditanyakan ke perawatnya, memang belum dibolehkan pulang. "Bapak belum boleh pulang. Ke Arafah masih ada waktu, tunggu kondisi baik ya," kata dr Jamaludin Kamal AS, PJ Visitasi, KKHI Mekkah kepada pasiennya.
Menurut dia, pasien itu sudah masuk rumah sakit tersebut sejak tanggal 13 Agustus lalu. Dia dirawat karena bisul dan sesak napas. "Pasien menderita sakit diabetes," ujarnya.
Tim visitasi dibagi dua, yaitu tim A dan tim B. "Kami kebagian kebagian di RS An Noor, itu lumayan banyak sekitar 40 jamaah yang dirawat, RS Hera ada tujuh pasien, dan di King Abdullah ada sembilan pasien," ucap Jamaludin Kamal AS.
Salah satunya King Abdullah Medical City, Mekkah. Di rumah sakit (RS) berstandar internasional yang khusus menangani penyakit jantung itu, Pemerintah Arab Saudi memberikan semua fasilitas yang ada agar bisa digunakan para jamaah, termasuk dari Indonesia.
"Peralatan yang kami gunakan sudah digital," ungkap dokter spesialis jantung Najeeb A Jaha dari RS King Abdullah Medical City saat menerima para wartawan lintas negara pengirim jemaah haji di rumah sakit tersebut, Minggu 27 Agustus 2017 malam.
Di rumah sakit yang menampung lebih dari 1.000 pasien ini terpasang beragam alat kedokteran modern yang tersambung ke sejumlah layar monitor. Jadi melalui layar monitor, kata dia, perkembangan pasien bisa terdeteksi.
Pantauan tim Media Center Haji Kemenag di ruang ICU, ketika dokter memasukan nama pasien, monitor langsung memperlihatkan perkembangan jantung pasien. Bahkan terlihat bentuk jantung dan aliran darahnya.
Ada 18 kamar ICU yang disiapkan rumah sakit nirlaba ini. Najib A Jaha mengutarakan, satu pasien biasanya ditangani oleh dua dokter.
Dalam satu shift kerja, ada dua konsultan dokter spesialis dan tiga asistennya yang berjaga. Biasanya para dokter melakukan diskusi dipergantian shift dalam menangani pasien. "Kami juga punya tiga laborotarium untuk kepentingan medik," ucapnya.
Layanan baik dari rumah sakit riset dan pendidikan ini diakui Saeful Zaman, jamaah haji Kloter 49 Embarkasi Jakarta Bekasi (JKS 49) saat ditemui di kamar rawat inap yang berada di lantai empat. "Layanannya baik, saya tetap makan walaupun tidak sesuai selera," katanya.
Dia mengatakan, komunikasi dengan dokter dilakukan dengan bahasa Arab, kebetulan pendampingnya selama di RS bisa berbahasa Arab. "Saya mau kembali ke kloter saja, saya mau wujuf," ujarnya merengek kepada Tim B Visitasi Dokter Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.
Sayang keinginannya itu belum terkabul. Setelah ditanyakan ke perawatnya, memang belum dibolehkan pulang. "Bapak belum boleh pulang. Ke Arafah masih ada waktu, tunggu kondisi baik ya," kata dr Jamaludin Kamal AS, PJ Visitasi, KKHI Mekkah kepada pasiennya.
Menurut dia, pasien itu sudah masuk rumah sakit tersebut sejak tanggal 13 Agustus lalu. Dia dirawat karena bisul dan sesak napas. "Pasien menderita sakit diabetes," ujarnya.
Tim visitasi dibagi dua, yaitu tim A dan tim B. "Kami kebagian kebagian di RS An Noor, itu lumayan banyak sekitar 40 jamaah yang dirawat, RS Hera ada tujuh pasien, dan di King Abdullah ada sembilan pasien," ucap Jamaludin Kamal AS.
(dam)