Santri NU Diminta Siap Hadapi Arus Baru Ekonomi Indonesia

Jum'at, 11 Agustus 2017 - 03:26 WIB
Santri NU Diminta Siap...
Santri NU Diminta Siap Hadapi Arus Baru Ekonomi Indonesia
A A A
JAKARTA - Rois Am Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma'ruf Amin meminta para santri menyiapkan diri menghadapi arus baru ekonomi Indonesia.

Apa itu arus baru ekonomi Indonesia? Dalam grand launching peringatan Hari Santri tahun 2017 di Kantor PBNU Jakarta, Kiai Ma'ruf menyebut kebijakan pembangunan penerintah.

Kebijakan yang semula berskema top down (atas ke bawah), karena dalam praktiknya banyak ketimpangan, pemerintah memulai dari bawah.

Pembangunan yang dimulai dari umat itu, yakni pemberdayaan ekonomi akan berpusat di pesantren-pesantren.

"Ini yang dinamakan arus baru ekonomi Indonesia," ujarnya dalam sambutan.

Konsekuensinya, santri tidak lagi terfokus pada mengaji. Sebagai warga pesantren, santri juga bertanggung jawab memberdayakan umat secara ekonomi.

Di sisi lain Kiai Ma'ruf melihat ekonomi keumatan memang telah roboh. Kekuatan ekonomi yang ia simbolkan warung itu telah tercerai berai.

Munculnya perdagangan waralaba sebagai kompetitor menjadi salah satu penyebab ambruknya warung warung itu.

Kiai Ma'ruf berharap ke depan umat bisa memiliki kekuatan ekonomi yang lebih bisa berdaya saing.

"Kalau sekarang ada (minimarket), ke depan harus muncul Umatmart, hamdalah mart atau Bismilah mart," ujarnya disambut riuh tepuk tangan.

Terkait pemberdayaan ekonomi yang berpusat di pesantren, Kiai Ma'ruf mengatakan, Presiden Jokowi telah menginstruksikan OJK untuk segera membangun ekonomi mikro syariah.

Sebagai tindak lanjut akan ada ujicoba di wilayah Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten. Di setiap propinsi pemerintah akan mengambil masing masing dua pondok pesantren sebagai pilot project ekonomi mikro syariah.

"Tujuan pemberdayaan ekonomi umat ini agar kesenjangan segera terkikis," paparnya. Dalam kesempatan itu Kiai Ma'ruf juga menyinggung tema acara "Santri Mandiri, NKRI Hebat".

Menurut dia mandiri merupakan watak asli seorang santri. Pesantren dan kiai telah mengajarkan bahwa santri haram menjadi beban orang lain.

Santri juga harus mampu menjaga diri dari hidup meminta minta. "Tidak boleh jadi beban bangsa dan negara. Justru harus berkontribusi," pungkasnya.

Ketua Panitia Acara Athoilah mengatakan peringatan hari santri yang ketiga ini memang sudah tidak lagi fokus pada acara bersifat simbolis.

Peringatan kali ini lebih bersifat substantif. Hal itu untuk memicu para santri ke depan lebih mandiri secara ekonomi, politik dan lain sebagainya.

"Dan tidak sekedar hanya merayakan. Tapi juga mengingatkan lagi bahwa Republik ini tidak bisa melupakan peran pesantren," ujarnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1134 seconds (0.1#10.140)