Parpol Saling Serang, Perang Terbuka Pilpres 2019 Dimulai
A
A
A
JAKARTA -
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, aksi saling serang yang dilakukan oleh elit Partai Politik akhir-akhir ini mengindikasikan perang terbuka Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sudah dimulai.
“Perang terbuka itu sudah mulai, Parpol sudah mulai memetakan dirinya masing-masing, siapa lawan siapa dan siapa mendukung siapa,” kata Ujang yang juga Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), melalui rilis yang diterima SINDOnews, Minggu (6/8/2017).
Ujang memprediksi, situasi panas Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta akan terulang kembali pada Pilpres 2019 mendatang, dan akan menjadi gejala nasional.
“Hal itu sudah dimulai oleh Parpol itu sendiri, yang seharusnya menunjukkan kepada masyarakat politik yang santun dan politik yang membangun,” ujarnya.
Kemudian terkait isu yang akan diangkat, Ujang mengatakan, bahwa isu itu sudah mulai dihembuskan saat ini dan tidak jauh dari isu PKI dan Anti Pancasila atau isu Intoleran.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu sempat heboh pernyataan Wakil Ketua Umum Bidang Buruh Partai Gerindra, Arif Puyuono dalam pernyataan tertulisnya sempat menyebutkan bahwa PDIP menunjukkan sikap anti kritik yang dinilainya seperti PKI terkait UU Pemilu.
Selang beberapa hari, pernyataan mengejutkan dan kontroversial keluar dari lisan Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI Victor Laiskodat yang menyatakan bahwa Partai Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN sebagai partai yang intoleran dan pendukung khilafah.
Pernyataan-pernyataan itu kemudian menimbulkan reaksi dari Parpol yang kemudian disinggung di dalamnya, hingga melakukan laporan ke Polisi terkait pencemaran nama baik dan aksi provokasi.
Dari fenomena itu, Ujang menilai bahwa pernyataan-pernyataan yang keluar dari elit politik tersebut secara politik menegaskan dan memetakkan lawan politik pada Pilpres mendatang.
“Kita bisa lihat dan kita bisa menilai sendiri, siapa melawan siapa dan siapa mendukung siapa,” tegas Ujang.
Namun, dia pun tetap berharap, akan terwujud perilaku politik yang santun dan kompetisi yang sportif dalam berbagai perhelatan politik, terutama menjelang Pilpres 2019 mendatang.
“Parpol dan elit harus tunjukkan kepada masyarakat yang baik-baik, jangan malah bikin gaduh,” tutup Ujang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengatakan, aksi saling serang yang dilakukan oleh elit Partai Politik akhir-akhir ini mengindikasikan perang terbuka Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 sudah dimulai.
“Perang terbuka itu sudah mulai, Parpol sudah mulai memetakan dirinya masing-masing, siapa lawan siapa dan siapa mendukung siapa,” kata Ujang yang juga Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), melalui rilis yang diterima SINDOnews, Minggu (6/8/2017).
Ujang memprediksi, situasi panas Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta akan terulang kembali pada Pilpres 2019 mendatang, dan akan menjadi gejala nasional.
“Hal itu sudah dimulai oleh Parpol itu sendiri, yang seharusnya menunjukkan kepada masyarakat politik yang santun dan politik yang membangun,” ujarnya.
Kemudian terkait isu yang akan diangkat, Ujang mengatakan, bahwa isu itu sudah mulai dihembuskan saat ini dan tidak jauh dari isu PKI dan Anti Pancasila atau isu Intoleran.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu sempat heboh pernyataan Wakil Ketua Umum Bidang Buruh Partai Gerindra, Arif Puyuono dalam pernyataan tertulisnya sempat menyebutkan bahwa PDIP menunjukkan sikap anti kritik yang dinilainya seperti PKI terkait UU Pemilu.
Selang beberapa hari, pernyataan mengejutkan dan kontroversial keluar dari lisan Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI Victor Laiskodat yang menyatakan bahwa Partai Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN sebagai partai yang intoleran dan pendukung khilafah.
Pernyataan-pernyataan itu kemudian menimbulkan reaksi dari Parpol yang kemudian disinggung di dalamnya, hingga melakukan laporan ke Polisi terkait pencemaran nama baik dan aksi provokasi.
Dari fenomena itu, Ujang menilai bahwa pernyataan-pernyataan yang keluar dari elit politik tersebut secara politik menegaskan dan memetakkan lawan politik pada Pilpres mendatang.
“Kita bisa lihat dan kita bisa menilai sendiri, siapa melawan siapa dan siapa mendukung siapa,” tegas Ujang.
Namun, dia pun tetap berharap, akan terwujud perilaku politik yang santun dan kompetisi yang sportif dalam berbagai perhelatan politik, terutama menjelang Pilpres 2019 mendatang.
“Parpol dan elit harus tunjukkan kepada masyarakat yang baik-baik, jangan malah bikin gaduh,” tutup Ujang.
(pur)