Upah Rp60.000 Sehari Antarkan Buruh Pasir Ini Berhaji
A
A
A
MADINAH - Namanya Tarsudin. Jamaah asal Banjarnegara, Jawa Tengah ini baru selesai bermunajat di Raudhah saat bertemu wartawan di pelataran Masjid Nabawi. Matanya tampak masih sembab setelah melangitkan harapan di Taman Surga.
“Nama saya tarsudin, asal Banjarnegara. Ikut dalam Kloter 1 Embarkasi Solo yang tiba di Madinah Jumat malam (28/7/2017),” sebut pria 49 tahun ini mengenalkan dirinya, Minggu (30/7/2017).
Harapannya untuk berangkat haji tidak pudar, meski dalam kehidupan sehari-hari pas-pasan. “Sehari-hari, pekerjaan saya adalah memuat pasir di sungai yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah,” tuturnya.
Hasil buruh muat pasir dimanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari, meski kadang cukup dan kadang tidak. Menurut dia, dari buruh pasir kadang dia mendapat Rp60.000, tapi terkadang juga hanya Rp20.000. “Pendapatan sehari-hari kadang nyukupin untuk keluarga, kadang juga tidak,” ceritanya.
Namun kondisi serba pas-pasan tidak membuat Tarsudin menyerah begitu saja. Untuk menambah penghasilan, selain menjadi buruh pasir, Tarsudin juga bertani dari lahan sewa per tahun.
Lepas salat subuh, Tarjudin berangkat ke ladang hingga jam delapan. Setelah itu, sampai zuhur di sungai sebagai buruh muat pasir. “Kadang habis zuhur saya berangkat lagi ke ladang,” ucap bapak sederhana itu.
Ladang sewaannya dia tanam cabai, tapi juga kadang singkong. Menurut dia, kalau sedang bagus, dalam setahun dirinya bisa lima belas kali petik pohon cabai.
“Alhamdulillah dari hasil bertani bisa ditabung untuk mendaftar haji. Dari pertanian, bisa melunasi (biaya haji) juga,” ujarnya. “Alhamdulillah cabai kemarin harganya baik. Dan semua itu juga karena Allah SWT memang menghendaki saya berangkat haji. Alhamdulillah Allah memang benar-benar Welas Asih,” katanya haru.
Tarsudin mengaku gembira bisa bermunajat di Raudhah. Matanya berkaca saat ditanya soal harapan yang telah disampaikan kepada Zat Pemilik Alam Semesta.
“Tadi berharap semoga ibadah haji saya diterima Allah. Saya menjadi haji mabrur. Semoga saya dan keluarga juga khusnul khatimah,” suaranya memberat dan matanya mendadak sembab.
“Nama saya tarsudin, asal Banjarnegara. Ikut dalam Kloter 1 Embarkasi Solo yang tiba di Madinah Jumat malam (28/7/2017),” sebut pria 49 tahun ini mengenalkan dirinya, Minggu (30/7/2017).
Harapannya untuk berangkat haji tidak pudar, meski dalam kehidupan sehari-hari pas-pasan. “Sehari-hari, pekerjaan saya adalah memuat pasir di sungai yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumah,” tuturnya.
Hasil buruh muat pasir dimanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari, meski kadang cukup dan kadang tidak. Menurut dia, dari buruh pasir kadang dia mendapat Rp60.000, tapi terkadang juga hanya Rp20.000. “Pendapatan sehari-hari kadang nyukupin untuk keluarga, kadang juga tidak,” ceritanya.
Namun kondisi serba pas-pasan tidak membuat Tarsudin menyerah begitu saja. Untuk menambah penghasilan, selain menjadi buruh pasir, Tarsudin juga bertani dari lahan sewa per tahun.
Lepas salat subuh, Tarjudin berangkat ke ladang hingga jam delapan. Setelah itu, sampai zuhur di sungai sebagai buruh muat pasir. “Kadang habis zuhur saya berangkat lagi ke ladang,” ucap bapak sederhana itu.
Ladang sewaannya dia tanam cabai, tapi juga kadang singkong. Menurut dia, kalau sedang bagus, dalam setahun dirinya bisa lima belas kali petik pohon cabai.
“Alhamdulillah dari hasil bertani bisa ditabung untuk mendaftar haji. Dari pertanian, bisa melunasi (biaya haji) juga,” ujarnya. “Alhamdulillah cabai kemarin harganya baik. Dan semua itu juga karena Allah SWT memang menghendaki saya berangkat haji. Alhamdulillah Allah memang benar-benar Welas Asih,” katanya haru.
Tarsudin mengaku gembira bisa bermunajat di Raudhah. Matanya berkaca saat ditanya soal harapan yang telah disampaikan kepada Zat Pemilik Alam Semesta.
“Tadi berharap semoga ibadah haji saya diterima Allah. Saya menjadi haji mabrur. Semoga saya dan keluarga juga khusnul khatimah,” suaranya memberat dan matanya mendadak sembab.
(dam)