Ipda Martua Sigalingging di Mata Rekannya di Polres Tapsel
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Kesedihan bukan hanya dirasakan oleh keluarga Ipda Martua Sigalingging, yang tewas ditikam oleh terduga teroris di Mapolda Sumut, namun juga dirasakan oleh sejumlah rekan-rekannya yang pernah bersama-sama bertugas di Mapolres Tapanuli Selatan, Sumut.
Aiptu Dani ML Sidauruk, Katim Buser Polres Tapsel, salah seorang rekan korban selama bertugas di Polres tersebut menuturkan, korban merupakan seorang yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
Danil dan korban sudah satu tim sejak tahun 2004 hingga 2014. Sebagai katim buser Polres Tapsel, Martua Sigalingging tidak pernah memerahi para juniornya, meski terkadang tugas yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan target.
”Saya sangat terkejut dengan kejadian ini, karena korban merupakan senior yang baik dan penuh tanggung jawab,” ujarnya kepada SINDOnews ketika ditemui di rumah korban, di Kota Padangsidimpuan, Minggu (26/6/2017).
Bahkan, Martua Sigalingging selalu menanamkan kepada juniornya agar tetap bersabar dalam menjalankan tugas yang diberikan negara kepada mereka. Korban juga tidak pernah merasa sebagai pimpinan di tim tersebut.
"Sebab, apabila mereka bekerja korban selalu membawa kendaraan dan tidak mengharapkan anggota," katanya.
Aiptu Dani ML Sidauruk, Katim Buser Polres Tapsel, salah seorang rekan korban selama bertugas di Polres tersebut menuturkan, korban merupakan seorang yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
Danil dan korban sudah satu tim sejak tahun 2004 hingga 2014. Sebagai katim buser Polres Tapsel, Martua Sigalingging tidak pernah memerahi para juniornya, meski terkadang tugas yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan target.
”Saya sangat terkejut dengan kejadian ini, karena korban merupakan senior yang baik dan penuh tanggung jawab,” ujarnya kepada SINDOnews ketika ditemui di rumah korban, di Kota Padangsidimpuan, Minggu (26/6/2017).
Bahkan, Martua Sigalingging selalu menanamkan kepada juniornya agar tetap bersabar dalam menjalankan tugas yang diberikan negara kepada mereka. Korban juga tidak pernah merasa sebagai pimpinan di tim tersebut.
"Sebab, apabila mereka bekerja korban selalu membawa kendaraan dan tidak mengharapkan anggota," katanya.
(kri)