Jalur Rempah atau Sutra?

Rabu, 17 Mei 2017 - 08:13 WIB
Jalur Rempah atau Sutra?
Jalur Rempah atau Sutra?
A A A
NEGARA-negara di Asia Tenggara (ASEAN), terutama Indonesia, menempati posisi yang penting dalam gagasan program Jalur Sutra modern (one belt one road/OBOR) yang beberapa waktu lalu dibahas di Beijing, China. Presiden Joko Widodo (Jokowi) termasuk dalam 30 kepala negara yang ikut menandatangani program ini yang intinya adalah mempromosikan sistem perdagangan multilateral yang terbuka berdasarkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Program ini akan mendukung konektivitas Asia-Eropa sebagai solusi meningkatkan investasi dan infrastruktur kawasan. Mereka juga mengakui tantangan yang dihadapi ekonomi dunia bisa diatasi dengan kerja sama.

Dalam forum tersebut, Presiden Jokowi percaya diri bahwa aspek kemaritiman dari Jalur Sutra sulit terwujud tanpa kontribusi yang signifikan dari Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Presiden Jokowi juga memaparkan program poros maritim yang menjadi program kerja kabinet di Indonesia untuk diselaraskan dengan program di atas.

Kekayaan alam dan wisata disebut sebagai kekuatan Indonesia untuk berperan vital dalam Jalur Sutra baru. Namun, Presiden Jokowi mengakui bahwa potensi kemaritiman di Indonesia belum bisa dimanfaatkan dengan baik karena belum ada koneksi antarkepulauan karena faktor infrastruktur.

Apa yang menjadi bahasan ke 30 negara tersebut memang akan berdampak pada ekonomi Indonesia. Apalagi potensi yang dimiliki Indonesia sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh negara-negara di Asia dan Eropa.

Bidang pariwisata, baik alam maupun budaya bisa jadi Indonesia yang paling beragam, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Kekayaan alam baik yang ada di dalam perut bumi Indonesia maupun di atas Indonesia mempunyai keunggulan yang jarang atau bahkan tidak dimiliki negara lain.

Belum lagi jumlah penduduk yang sangat besar bisa menjadi kelebihan bagi bangsa ini. Namun, pengelolaan yang tepat membuat Indonesia bisa memaksimalkan keunggulan ini untuk kejayaan Indonesia.

Namun, jika dilihat dari sejarahnya, Indonesia mempunyai peran yang sentral dalam perdagangan dunia. Berabad silam para pedagang China dan India bahkan cukup rajin ke Indonesia untuk membeli salah satu kekayaan alam yang tidak dimiliki negara-negara Asia dan Eropa, yaitu rempah-rempah.

Bangsa Eropa pun menyusul pada abad ke-17 dengan berlomba-lomba berdatangan ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah yang mereka butuhkan dan tidak bisa mereka tanam. Konon para pedagang Eropa selalu membeli rempah-rempah dari pedagang China dan India. Begitu juga dengan negara-negara Timur Tengah yang mengenal rempah-rempah dari pedagang China.

Melalui jalur perdagangan kuno China dan Timur Tengah, rempah-rempah sebenarnya menjadi komoditas utama. Adapun sutra, hanya sebagai bagian dari perdagangan itu. Tapi, entah mengapa, mungkin karena politik, jalur perdagangan itu disebut dengan Jalur Sutra.

Jika mau fair, sebenarnya jalur tersebut disebut Jalur Rempah. Jika mau dirunut sejarah, Jalur Rempah bukan hanya menghubungkan China dengan Timur Tengah, namun Nusantara-China-Timur Tengah atau Nusantara-Timur Tengah. Bisa jadi hingga ke negara-negara Eropa.

Rempah-rempah berupa cengkeh dan pala pada abad ke-17 bahkan memunculkan imperialisme Eropa di kawasan Nusantara dan pemicu peperangan. Peran rempah-rempah sangat vital dalam perdagangan dunia saat itu.

Hanya Indonesia yang memiliki ini. Jika Presiden Jokowi mau menengok ke belakang (sejarah Indonesia) semestinya kekayaan rempah-rempah pada masa lalu dan sekarang bisa juga disampaikan. Bahwa Indonesia mempunyai kekayaan yang tidak dimiliki negara lain dan dibutuhkan negara lain.

Rempah-rempah saat ini masih bisa menjadi faktor kunci Indonesia menjadi negara yang besar. Rempah-rempah yang hanya dimiliki Indonesia bisa jadi bisa menjadi pemicu negara lain untuk kembali menguasai Indonesia.

Kita berharap, rempah-rempah yang masih ada di Indonesia bisa menjadi berkah bagi bangsa Indonesia, bukan menjadi musibah seperti dituliskan sejarah pada abad ke-17. Dan bukankah semestinya jalur perdagangan kuno tersebut akan lebih tepat disebut Jalur Rempah, bukan Jalur Sutra? Karena rempah-rempahlah yang menjadi perdagangan utama saat itu.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0957 seconds (0.1#10.140)