Paramadina Diminta Teruskan Pemikiran Cak Nur
A
A
A
JAKARTA - Istri almarhum Nurcholis Madjid (Cak Nur), Ommy Komariah Madjid mengaku sedih melihat perkembangan di Universitas Paramadina yang sudah kehilangan ruh perjuangan dan intelektuakitas awalnya. Hal ini disampaikan dalam acara diskuai publik bertajuk Merawat Pemikiran Guru-guru Bangsa.
Hadir dalam kesempatan itu sebagai pembicara, Yenny Wahid, M Sobary, Abdul Muthi dan Wahyuni Nafis. Pada kesempatan itu Ommy mengutarakan, kesedihannya muncul karena ada kelompok yang membawa Paramadina justru mematikan apa yang dibangun Cak Nur
"Nama Paramadina ciptaan beliau dan kampus juga memakai nama Nurcholis Madjid supaya semua nilai yang disampaikan Cak Nur bisa diteruskan," ujar Ommy di Hotel Century, Jakarta, Rabu (12/4).
Dia mengingatkan, ketika Cak Nur sudah wafat, semestinya pemikiran beliau bisa terus dikaji, bukan malah nilai-nilai itu dimatikan. Sekarang, kata dia di Paramadina nilai demokrasi sudah tidak ada lagi, nilai keterbukaan sudah tidak ada, apalagi nilai-nilai pluralisme sudah hilang sama sekali.
"Meski sedih tapi di sisi lain saya juga bergembira karena semangat intelektual anak-anak muda masih terus berkobar meskipun hawa di luar sana sangat panas," ucapnya.
Namun dia tetap menyampaikan terima kasih karena semangat dari sebagian kalangan dan anak muda yang masih selalu bersemangat membangun dialog dan diskusi keislaman. "Mudah-mudahan diskusi di sini kita bisa merembugkan apa pemikiran tiga tokoh bangsa," katanya.
Hadir dalam kesempatan itu sebagai pembicara, Yenny Wahid, M Sobary, Abdul Muthi dan Wahyuni Nafis. Pada kesempatan itu Ommy mengutarakan, kesedihannya muncul karena ada kelompok yang membawa Paramadina justru mematikan apa yang dibangun Cak Nur
"Nama Paramadina ciptaan beliau dan kampus juga memakai nama Nurcholis Madjid supaya semua nilai yang disampaikan Cak Nur bisa diteruskan," ujar Ommy di Hotel Century, Jakarta, Rabu (12/4).
Dia mengingatkan, ketika Cak Nur sudah wafat, semestinya pemikiran beliau bisa terus dikaji, bukan malah nilai-nilai itu dimatikan. Sekarang, kata dia di Paramadina nilai demokrasi sudah tidak ada lagi, nilai keterbukaan sudah tidak ada, apalagi nilai-nilai pluralisme sudah hilang sama sekali.
"Meski sedih tapi di sisi lain saya juga bergembira karena semangat intelektual anak-anak muda masih terus berkobar meskipun hawa di luar sana sangat panas," ucapnya.
Namun dia tetap menyampaikan terima kasih karena semangat dari sebagian kalangan dan anak muda yang masih selalu bersemangat membangun dialog dan diskusi keislaman. "Mudah-mudahan diskusi di sini kita bisa merembugkan apa pemikiran tiga tokoh bangsa," katanya.
(kur)