Alasan Polisi Tangkap Sekjen FUI Dinilai Hiperbola
A
A
A
JAKARTA - Alasan Polda Metro Jaya menangkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Umat Islam (FUI) Muhammad al-Khaththath dan beberapa aktivis lainnya menjelang Aksi 3 April 2017 dinilai hiperbola atau berlebihan.
Polisi menuduh Muhammad al-Khaththath serta beberapa aktivis lainnya dituduh berupaya melakukan makar.
Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil tidak yakin dengan tuduhan kepolisian terhadap Muhammad al-Khaththath serta beberapa aktivis lainnya itu. "Hiperbola sekali, enggak mungkin lah (mereka menabrakkan truk ke DPR)," kata Nasir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/4/2017).
Dia juga tidak yakin para aktivis yang ditangkap itu terinspirasi oleh pelaku teror di Prancis Juli 2016 lalu yang menabrakkan kerumuman orang dengan sebuah mobil truk. "Jadi seolah-olah inspirasi dari Paris itu akan dilakukan di Indonesia," ujarnya sambil tertawa.
Dia meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian menertibkan para anggota kepolisian atau penyidik. "Jangan sampai mereka bergerak di luar komandonya," tuturnya.
Sebab, menurut dia, santer terdengar ada "matahari kembar" alias dualisme kepemimpinan di Polri saat ini. "Jadi kita ingin menekankan supaya benar-benar profesional dalam menyikapi suatu fenomena, itu yang kita harapkan sebagai mitra," tuturnya.
Polisi menuduh Muhammad al-Khaththath serta beberapa aktivis lainnya dituduh berupaya melakukan makar.
Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil tidak yakin dengan tuduhan kepolisian terhadap Muhammad al-Khaththath serta beberapa aktivis lainnya itu. "Hiperbola sekali, enggak mungkin lah (mereka menabrakkan truk ke DPR)," kata Nasir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/4/2017).
Dia juga tidak yakin para aktivis yang ditangkap itu terinspirasi oleh pelaku teror di Prancis Juli 2016 lalu yang menabrakkan kerumuman orang dengan sebuah mobil truk. "Jadi seolah-olah inspirasi dari Paris itu akan dilakukan di Indonesia," ujarnya sambil tertawa.
Dia meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian menertibkan para anggota kepolisian atau penyidik. "Jangan sampai mereka bergerak di luar komandonya," tuturnya.
Sebab, menurut dia, santer terdengar ada "matahari kembar" alias dualisme kepemimpinan di Polri saat ini. "Jadi kita ingin menekankan supaya benar-benar profesional dalam menyikapi suatu fenomena, itu yang kita harapkan sebagai mitra," tuturnya.
(dam)