Kunjungan Raja Arab Jadi Kejutan Setelah 47 Tahun Silam
A
A
A
JAKARTA - Kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia menjadi kejutan bagi pemerintah. Kunjungan Raja Arab Saudi ini pertama kalinya setelah 47 tahun penguasa negara di Timur Tengah itu mengunjungi Indonesia.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan, kunjungan Raja Salman ke Indonesia sangat erat kaitannya dengan situasi politik global yang cenderung kurang menguntungkan Arab Saudi dan Timur Tengah. Terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump memproteksi AS dari negara-negara yang dianggap mengancam keamananan AS.
"Padahal, presiden Indonesia mulai dari Gus Dur hingga Jokowi, hilir mudik datang ke tanah Arab melakukan kunjungan kenegaraan. Namun baru kali ini, Raja Arab baru berkenan bertandang ke Indonesia," ujar Adi dalam perbincangannya dengan SINDOnews melalui telepon, Senin (27/2/2017).
Menurutnya kesamaan agama diharapkan menjadi perekat diplomatik untuk dilakukan hubungan bilateral dua negara yang semakin mesra. Sejauh ini, kata dia meskipun sama-sama beragama Islam, Indonesia tidak pernah menjadikan Arab sebagai kiblat utama politik.
Sebaliknya, lanjut dia Arab tidak pernah menjadikan Indonesia sebagai partner terdekat yang bisa diajak sekutu. Maka itu, kunjungan Raja Salman dianggap cukup vital untuk mengajak Arab Saudi kerja sama di sektor strategis seperti bidang ekonomi, pendidikan dan pariwisata. (Baca: Sambut Raja Salman, Lift dan Toilet Masjid Istiqlal Berubah Wajah)
"Di tengah posisi Arab yang serba galau, kesempatan ini harus dimanfaatkan sedemikian rupa oleh pemerintah Indonesia," ucapnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan, kunjungan Raja Salman ke Indonesia sangat erat kaitannya dengan situasi politik global yang cenderung kurang menguntungkan Arab Saudi dan Timur Tengah. Terutama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump memproteksi AS dari negara-negara yang dianggap mengancam keamananan AS.
"Padahal, presiden Indonesia mulai dari Gus Dur hingga Jokowi, hilir mudik datang ke tanah Arab melakukan kunjungan kenegaraan. Namun baru kali ini, Raja Arab baru berkenan bertandang ke Indonesia," ujar Adi dalam perbincangannya dengan SINDOnews melalui telepon, Senin (27/2/2017).
Menurutnya kesamaan agama diharapkan menjadi perekat diplomatik untuk dilakukan hubungan bilateral dua negara yang semakin mesra. Sejauh ini, kata dia meskipun sama-sama beragama Islam, Indonesia tidak pernah menjadikan Arab sebagai kiblat utama politik.
Sebaliknya, lanjut dia Arab tidak pernah menjadikan Indonesia sebagai partner terdekat yang bisa diajak sekutu. Maka itu, kunjungan Raja Salman dianggap cukup vital untuk mengajak Arab Saudi kerja sama di sektor strategis seperti bidang ekonomi, pendidikan dan pariwisata. (Baca: Sambut Raja Salman, Lift dan Toilet Masjid Istiqlal Berubah Wajah)
"Di tengah posisi Arab yang serba galau, kesempatan ini harus dimanfaatkan sedemikian rupa oleh pemerintah Indonesia," ucapnya.
(kur)