Geger Emirsyah Satar
A
A
A
KABAR mengejutkan datang dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Secara tiba-tiba, lembaga antikorupsi tersebut menetapkan mantan CEO PT Garuda Indonesia (persero) Emirsyah Satar sebagai tersangka dugaan kasus korupsi pengadaan pesawat dan mesin pesawat dari Airbus SAS. dan Rolls-Royce PLC pada Garuda.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan KPK, Emirsyah diduga menerima suap dari tersangka SS (beneficial owner dari Connaught International Pte Ltd) dalam bentuk uang dan barang, yaitu uang masing-masing 1,2 juta euro dan USD180.000 atau setara Rp20 miliar. Selain itu, juga dalam bentuk barang senilai USD2 juta yang tersebar di Singapura dan Indonesia. Bersama Emirsyah, SS juga ditetapkan sebagai tersangka.
Dugaan korupsi yang menyeret Emirsyah merupakan kasus transnasional karena melibatkan pejabat sejumlah negara lain seperti Malaysia, Thailand, China, Rusia. Karena itu, dalam melakukan penyelidikan, KPK bekerja sama dengan lembaga negara lain, di antaranya Serious Fraud Office (SFO) Inggris dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura.
Kasus yang menyeret Emirsyah tampaknya merupakan rentetan dari skandal Rolls-Royce yang diungkap SFO. Dalam kasus itu Rolls-Royce di antaranya harus membayar 671 juta poundsterling atau sekitar Rp11 triliun kepada otoritas Inggris dan AS.
Berdasarkan laporan, di Indonesia, karyawan senior Rolls-Royce membayar USD2,2 juta dan memberi sebuah mobil Rolls-Royce Silver Spirit kepada seorang makelar, yang diduga sebagai hadiah atas jasanya kepada Rolls-Royce atas kontrak pembelian mesin Trent, yang digunakan dalam pesawat terbang. Menurut KPK, selama kurun 2005–2014 pengadaan Airbus baru sebanyak 50 unit.
Terseretnya Emirsyah dalam skandal korupsi tentu sangat menggegerkan publik. Hal ini wajar karena selama ini publik menganggap sosok pria kelahiran Jakarta, 1959 itu bergelimang prestasi.
Melalui program Survival, Turn Around, dan Growth, dia membangkitkan Garuda dari keterpurukan. Selanjutnya, melalui Quantum Leap dan Garuda Indonesia Experience, dia menempatkan Garuda sebagai maskapai kelas dunia.
Kemampuannya mengerek Garuda sebagai perusahaan yang kembang-kempis hingga menjadi maskapai penerbangan kelas dunia dan bersaing dengan maskapai internasional papan pun, menghadirkan aneka penghargaan seperti leadership, marketing, branding, dan sebagainya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai eksekutif papan atas, rangkaian prestasi mengilap tentu tidak hanya mencerminkan kinerja semata, tapi juga berkat kredibilitasnya memegang teguh transparansi, akuntabilitas, keteladanan, etika, termasuk komitmen antikorupsi.
Apalagi, Emirsyah bekerja pada perusahaan BUMN yang membawa national flag, di mana domain pengabdian lebih besar ketimbang sekadar mengejar pendapatan atau kekayaan.
Jika benar kasus yang lagi diusut KPK tersebut menyeret Emirsyah, sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan dan karier sebagai auditor keuangan, Emirsyah memperlihatkan kesembronoannya untuk bermain-main dengan perusahaan berkelas dunia sekelas Rolls-Royce, yang biasanya sangat rigid dalam tata kelola keuangan.
Pada akhirnya, sehebat apa pun prestasi seseorang atau seprofesional seseorang, tidak akan berarti jika dia mempunyai dignity atau martabat untuk tidak tergoda melakukan korupsi atau memanfaat jabatan untuk memperkaya diri sendiri.
Tanpa dignity yang kuat, godaan harta akan setiap saat membayangi dan menggoda. Selanjutnya, bangunan nama besar yang sudah tersusun indah akan roboh seketika akibat terseret kasus korupsi.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan KPK, Emirsyah diduga menerima suap dari tersangka SS (beneficial owner dari Connaught International Pte Ltd) dalam bentuk uang dan barang, yaitu uang masing-masing 1,2 juta euro dan USD180.000 atau setara Rp20 miliar. Selain itu, juga dalam bentuk barang senilai USD2 juta yang tersebar di Singapura dan Indonesia. Bersama Emirsyah, SS juga ditetapkan sebagai tersangka.
Dugaan korupsi yang menyeret Emirsyah merupakan kasus transnasional karena melibatkan pejabat sejumlah negara lain seperti Malaysia, Thailand, China, Rusia. Karena itu, dalam melakukan penyelidikan, KPK bekerja sama dengan lembaga negara lain, di antaranya Serious Fraud Office (SFO) Inggris dan Corrupt Practices Investigation Bureau (CPIB) Singapura.
Kasus yang menyeret Emirsyah tampaknya merupakan rentetan dari skandal Rolls-Royce yang diungkap SFO. Dalam kasus itu Rolls-Royce di antaranya harus membayar 671 juta poundsterling atau sekitar Rp11 triliun kepada otoritas Inggris dan AS.
Berdasarkan laporan, di Indonesia, karyawan senior Rolls-Royce membayar USD2,2 juta dan memberi sebuah mobil Rolls-Royce Silver Spirit kepada seorang makelar, yang diduga sebagai hadiah atas jasanya kepada Rolls-Royce atas kontrak pembelian mesin Trent, yang digunakan dalam pesawat terbang. Menurut KPK, selama kurun 2005–2014 pengadaan Airbus baru sebanyak 50 unit.
Terseretnya Emirsyah dalam skandal korupsi tentu sangat menggegerkan publik. Hal ini wajar karena selama ini publik menganggap sosok pria kelahiran Jakarta, 1959 itu bergelimang prestasi.
Melalui program Survival, Turn Around, dan Growth, dia membangkitkan Garuda dari keterpurukan. Selanjutnya, melalui Quantum Leap dan Garuda Indonesia Experience, dia menempatkan Garuda sebagai maskapai kelas dunia.
Kemampuannya mengerek Garuda sebagai perusahaan yang kembang-kempis hingga menjadi maskapai penerbangan kelas dunia dan bersaing dengan maskapai internasional papan pun, menghadirkan aneka penghargaan seperti leadership, marketing, branding, dan sebagainya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Sebagai eksekutif papan atas, rangkaian prestasi mengilap tentu tidak hanya mencerminkan kinerja semata, tapi juga berkat kredibilitasnya memegang teguh transparansi, akuntabilitas, keteladanan, etika, termasuk komitmen antikorupsi.
Apalagi, Emirsyah bekerja pada perusahaan BUMN yang membawa national flag, di mana domain pengabdian lebih besar ketimbang sekadar mengejar pendapatan atau kekayaan.
Jika benar kasus yang lagi diusut KPK tersebut menyeret Emirsyah, sebagai seorang yang berlatar belakang pendidikan dan karier sebagai auditor keuangan, Emirsyah memperlihatkan kesembronoannya untuk bermain-main dengan perusahaan berkelas dunia sekelas Rolls-Royce, yang biasanya sangat rigid dalam tata kelola keuangan.
Pada akhirnya, sehebat apa pun prestasi seseorang atau seprofesional seseorang, tidak akan berarti jika dia mempunyai dignity atau martabat untuk tidak tergoda melakukan korupsi atau memanfaat jabatan untuk memperkaya diri sendiri.
Tanpa dignity yang kuat, godaan harta akan setiap saat membayangi dan menggoda. Selanjutnya, bangunan nama besar yang sudah tersusun indah akan roboh seketika akibat terseret kasus korupsi.
(poe)