Inovasi Daerah

Rabu, 09 November 2016 - 08:05 WIB
Inovasi Daerah
Inovasi Daerah
A A A
ADA yang menarik dari closing speech Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang BS Brodjonegoro pada Seminar Indonesia Naik Kelas, Senin 7 November 2016, tentang desentralisasi daerah dan membangun Indonesia dari daerah. Bahwa desentralisasi yang berjalan dari 1998 hingga sekarang bisa menjadi daya ungkit pertumbuhan nasional.

Beberapa kewenangan nasional seperti bidang politik, administrasi, dan fiskal yang saat ini sudah diserahkan dari pusat ke daerah dan ke depan kewenangan desentralisasi ekonomi menjadi tools yang bagus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang imbasnya ke pertumbuhan ekonomi nasional.

Tentu ini menjadi tantangan pemerintah daerah. Ibarat pemerintah pusat yang dulu sebagai orang tua terus memberikan susu kepada pemerintah daerah (anak), saat ini mulai disapih atau diberi kemandirian. Disebut tantangan karena kemandirian bisa menjadikan daerah semakin lebih baik atau semakin terpuruk.

Kondisi ini akan bergantung pada pemimpin daerah dalam membawa konsep dan eksekusi pembangunan daerah. Jika berjalan baik atau konsep sesuai dengan problem solving, maka akan membawa masing-masing daerah ke arah perbaikan.

Salah satu pengungkit yang bisa digunakan untuk membawa peningkatan ekonomi daerah adalah inovasi. Beberapa kepala daerah sudah melakukan inovasi-inovasi yang luar biasa sehingga bisa mencapai hal yang luar biasa.

Namun, masih ada daerah yang belum melakukan inovasi sehingga kemandirian yang diberikan oleh pemerintah pusat menjadi bumerang. Sehingga perlu ada pemikiran out of the box dari para pemimpin daerah untuk bisa menggunakan desentralisasi atau kemandirian dengan baik. Dan tantangan ke depan akan semakin kompleks sehingga membutuhkan pemimpin daerah yang inovatif.

Banyak contoh tentang bagaimana sebuah organisasi (perusahaan atau pemerintahan) yang gagal menghadapi tantangan. Perusahaan besar seperi Nokia dan BlackBerry gagal meneruskan kesuksesannya karena gagal menghadapi perubahan perilaku konsumen dan gempuran kompetitor.

Mereka seolah terlena dan gagal melakukan inovasi dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen yang setiap saat bisa berubah. Mereka juga seolah jumawa sehingga tidak mampu menghadapi kompetitor yang sangat agresif. Akibatnya, perusahaan mereka sekarat dan tidak mampu bertahan untuk berkompetisi.

Pemerintah daerah juga bisa seperti kasus Nokia dan BlackBerry yang tidak mampu mengetahui perubahan perilaku masyarakat. Sangat penting mengetahui perubahan perilaku masyarakat karena dengan cara tersebut pemimpin daerah bisa mengetahui persoalan. Dengan mengetahui persoalan tentu akan lebih mudah dalam mencari jalan keluar.

Jalan keluar yang diharapkan tentu berupa inovasi-inovasi yang berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat. Ketika ekonomi masyarakat naik maka pertumbuhan ekonomi akan tumbuh dan akan berimbas pada pertumbuhan nasional. Bayangkan jika sekitar 500 kabupaten dan kota serentak mengalami pertumbuhan ekonomi, maka ekonomi nasional akan ikut tumbuh.

Dalam membangun daerah, persoalan yang dihadapi pemimpian daerah hampir sama yaitu keterbatasan anggaran. Bahkan anggaran yang ada pun terjadi ketimpangan antara belanja pegawai dengan belanja pembangunan.

Menyeimbangkan atau menaikkan belanja pembangunan sudah menjadi pekerjaan tersendiri bagi pemimpin daerah. Beberapa pemimpin daerah mempunyai cara untuk mengatasi ini dengan fokus pembangunan di setiap tahun.

Selain itu, menggunakan pembiayaan di luar APBD terus dilakukan untuk membangun. Apakah bisa? Kabupaten Kudus dan Kota Makassar bisa melakukan ini. Selain dua daerah tersebut, beberapa daerah juga melakukan yang sama, namun masih ada beberapa daerah yang hanya pasrah dengan anggaran yang ada. Nah, inilah pentingnya inovasi dalam anggaran.

Beberapa daerah telah memberikan contoh tentang bagaimana membangun Indonesia dari daerah. Inovasi beberapa daerah seperti Kabupaten Kudus atau Kota Makassar bisa menjadi inspirasi daerah lain untuk membangun. Jika ini terjadi, desentralisasi yang telah berjalan sejak 1998 akan semakin terasa bukan hanya di tingkat daerah, tapi hingga tingkat nasional.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7260 seconds (0.1#10.140)