Dialog 88 Tahun Sumpah Pemuda, Caleg Artis Kembali Jadi Sorotan
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan calon anggota legislatif (Caleg) berlatar belakang artis kembali menjadi sorotan. Keberadaan mereka disorot lantaran dianggap tidak kritis dan hanya menjadi alat bagi partai politik (Parpol) untuk mendulang suara di saat pemilu.
Direktur Eksekutif Foxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, kecenderungan parpol mengambil jalan pintas mengajukan caleg berlatar belakang artis biasanya karena dua hal, yakni artis memiliki modal kapital dan popularitas.
"Dua elemen itu saling mendukung agar mudah mendulang suara," ujar Pangi dalam Dialog 88 Tahun Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2016).
Lebih lanjut, kata Pangi, memasang caleg artis sebagai jalan pintas akan merusak pola pengkaderan di parpol. Bagaimana tidak, seorang kader parpol yang melewati jejang pengkaderan dari level terbawah, akan didahului oleh caleg berlatar belakang artis.
Namun demikian, kata Pangi, keberadaan caleg artis akan berkurang jika nantinya Indonesia menganut sisitem pemilu proporsional tertutup. Melalui revisi Undang-undang Penyelenggaraan Pemilu yang tengah bergulir di DPR, Pangi berharap, parpol benar-benar memprioritaskan kader terbaiknya untuk duduk di lembaga perwakilan rakyat.
"Kalau nanti sisitem pemilu proporsional tertutup, saya pastikan artis akan ditinggalkan. Partai akan mencari kader terbaik," ucap Pangi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Progres Indonesia Taufik Amrullah sependapat dengan pernyataan Pangi. Bahkan, menurut Taufik, ada parpol yang menjadikan kalangan artis sebagai basis perolehan suara di pemilu.
Karenanya, Taufik mendorong agar kader parpol dan aktivis politik untuk meningkatkan kapasitas diri sebelum bertarung di pemilu. "Para aktivis dan kader parpol sebaiknya terus membangun kapasitas diri agar tidak kalah dengan caleg artis," kata Taufik.
Direktur Eksekutif Foxpol Center Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, kecenderungan parpol mengambil jalan pintas mengajukan caleg berlatar belakang artis biasanya karena dua hal, yakni artis memiliki modal kapital dan popularitas.
"Dua elemen itu saling mendukung agar mudah mendulang suara," ujar Pangi dalam Dialog 88 Tahun Sumpah Pemuda yang diselenggarakan Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2016).
Lebih lanjut, kata Pangi, memasang caleg artis sebagai jalan pintas akan merusak pola pengkaderan di parpol. Bagaimana tidak, seorang kader parpol yang melewati jejang pengkaderan dari level terbawah, akan didahului oleh caleg berlatar belakang artis.
Namun demikian, kata Pangi, keberadaan caleg artis akan berkurang jika nantinya Indonesia menganut sisitem pemilu proporsional tertutup. Melalui revisi Undang-undang Penyelenggaraan Pemilu yang tengah bergulir di DPR, Pangi berharap, parpol benar-benar memprioritaskan kader terbaiknya untuk duduk di lembaga perwakilan rakyat.
"Kalau nanti sisitem pemilu proporsional tertutup, saya pastikan artis akan ditinggalkan. Partai akan mencari kader terbaik," ucap Pangi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Progres Indonesia Taufik Amrullah sependapat dengan pernyataan Pangi. Bahkan, menurut Taufik, ada parpol yang menjadikan kalangan artis sebagai basis perolehan suara di pemilu.
Karenanya, Taufik mendorong agar kader parpol dan aktivis politik untuk meningkatkan kapasitas diri sebelum bertarung di pemilu. "Para aktivis dan kader parpol sebaiknya terus membangun kapasitas diri agar tidak kalah dengan caleg artis," kata Taufik.
(kri)