Perbedaan Jadi Perekat NKRI
A
A
A
JAKARTA - Teroris adalah kelompok kecil yang punya kesadaran ideologi sendiri yaitu ideologi ekstremis. Kelompok ini dianggap sulit untuk diajak kompromi, apalagi disadarkan. Mereka lebih percaya dengan ideologi kekerasan yang didapatnya dari dunia luar.
Atas dasar itu peran tokoh keagamaan sangat diperlukan dalam penanggulangan terorisme. Para tokoh keagamaan bisa menciptakan suasana saling menerima antar berbagai unsur yang ada di Indonesia.
"Saya dan para tokoh sering berdialog antar agama, tapi tidak berdampak langsung dalam penanggulangan terorisme di Indonesia," ujar rohaniawan Katolik, Franz Magnis Suseno, Jumat (12/8/2016).
Secara terpisah Pembantu Rektor II Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Waryono Abdul Ghofur mengatakan, masyarakat tidak bisa melepaskan perbedaan agama dan keyakinan di Indonesia. (Baca: Kepala BIN Sampaikan Informasi Rahasia ke Jokowi)
Bahkan, kata dia, perbedaan menjadi bahan yang kuat membangun kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia mengibaratkan perbedaan seperti bahan bangunan yang terdiri dari batu bata, semen kapur, paku, kayu di mana semuanya merupakan komponen yang harus menyatu.
Menurutnya, Pancasila adalah terbaik dan mampu mengikat semua perbedaan untuk melawan radikalisme. “Batu biarlah menjadi batu, semen biarlah menjadi semen. Tapi kita kita diikat oleh Pancasila. Itu bangunan keindonesiaan. Jadi anak-anak kita, dan masyarakat yang banyak diterpa semangat radikal perlu disadarkan akan hal itu,” ucapnya.
Atas dasar itu peran tokoh keagamaan sangat diperlukan dalam penanggulangan terorisme. Para tokoh keagamaan bisa menciptakan suasana saling menerima antar berbagai unsur yang ada di Indonesia.
"Saya dan para tokoh sering berdialog antar agama, tapi tidak berdampak langsung dalam penanggulangan terorisme di Indonesia," ujar rohaniawan Katolik, Franz Magnis Suseno, Jumat (12/8/2016).
Secara terpisah Pembantu Rektor II Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Waryono Abdul Ghofur mengatakan, masyarakat tidak bisa melepaskan perbedaan agama dan keyakinan di Indonesia. (Baca: Kepala BIN Sampaikan Informasi Rahasia ke Jokowi)
Bahkan, kata dia, perbedaan menjadi bahan yang kuat membangun kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dia mengibaratkan perbedaan seperti bahan bangunan yang terdiri dari batu bata, semen kapur, paku, kayu di mana semuanya merupakan komponen yang harus menyatu.
Menurutnya, Pancasila adalah terbaik dan mampu mengikat semua perbedaan untuk melawan radikalisme. “Batu biarlah menjadi batu, semen biarlah menjadi semen. Tapi kita kita diikat oleh Pancasila. Itu bangunan keindonesiaan. Jadi anak-anak kita, dan masyarakat yang banyak diterpa semangat radikal perlu disadarkan akan hal itu,” ucapnya.
(kur)