Pendidikan Sehari Penuh

Rabu, 10 Agustus 2016 - 10:41 WIB
Pendidikan Sehari Penuh
Pendidikan Sehari Penuh
A A A
WACANA pemerintah memberlakukan sekolah sehari penuh (full day school) mengundang kontroversi. Banyak yang menganggap wacana tersebut sebuah ide kebablasan karena siswa diyakini tak akan mampu mengikutinya. Bosan dan kelelahan sehingga justru membuat sekolah sehari penuh menjadi tak efektif dan menurunkan kualitas.

Namun, ada juga yang menerima ide tersebut karena siswa bisa memanfaatkan waktu untuk ihwal yang positif daripada terjebak dalam tindakan-tindakan negatif seperti tawuran, bermain game online berlebihan, dan sebagainya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy beralasan seperti di atas. Dengan sekolah sehari penuh, secara perlahan karakter anak didik akan terbangun dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orang tua mereka masih bekerja.

Sepertinya wacana ini hanya didasarkan pada gaya hidup keluarga perkotaan yang memiliki dinamika keseharian yang luar biasa. Sebaliknya, wacana ini sepertinya kurang memperhatikan daerah-daerah lain di mana orang tua masih mempunyai waktu yang cukup untuk memberikan pengawasan.

Semua pasti setuju bahwa pendidikan bagi anak-anak bukan hanya di lingkungan sekolah. Pendidikan yang paling dekat dengan anak-anak sebenarnya keluarga. Lingkungan rumah pun sebagai tempat bagi anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan mereka.

Akhirnya, karena gaya hidup, pendidikan di luar sekolah (rumah dan lingkungan rumah) menjadi berkurang lebih karena kondisi orang tua juga banyak yang mengamininya. Tuntutan gaya hidup terutama keluarga warga kota metropolis memangkas interaksi antara orang tua dan anak-anak.

Dengan begitu, pendidikan karakter terhadap anak-anak yang bisa ditanamkan orang tua menjadi minim atau bahkan tidak ada. Akibat itu, anak-anak menjadi liar tanpa pengawasan sehingga mereka belajar sendiri tanpa kontrol. Kondisi ini membuat anak-anak mencari ”guru” sendiri di luar jam sekolah.

Tanpa ada filter dan kontrol, akhirnya anak-anak menerima pengetahuan yang jauh dari norma-norma. Wajar akhirnya mereka menjadi liar sehingga terjerumus ke pergaulan atau pemikiran yang negatif. Jika sudah sampai pada titik tersebut, akhirnya orang tua hanya pasrah memberikan pendidikan kepada sekolah, bahkan dengan biaya yang sangat tinggi.

Orang tua yang demikian biasanya beranggapan semakin mahal sekolah semakin berkualitas pendidikannya. Padahal, belum tentu benar. Sekolah sehari penuh sebenarnya menjawab persoalan tersebut di atas. Meski begitu, wacana tersebut harus memenuhi beberapa syarat karena kesiapan sistem pendidikan, infrastruktur, maupun sumber daya manusia (SDM).

Wajar jika akhirnya wacana tersebut justru mendapat penilaian miring meski Mendikbud Muhadjir setelah itu mengklarifikasi bahwa sekolah sehari penuh bukan selalu belajar tentang hard skill, tapi juga lebih banyak ekstrakurikulernya. Jadi, akan baik jika wacana tersebut saat ini hanya sebagai bahan diskusi untuk semakin dimatangkan tentang sistem, infrastruktur, dan SDM-nya.

Terlepas dari kontroversi sekolah sehari penuh, semua pihak, terutama orangtua, harus menyadari bahwa keberhasilan pendidikan anak-anak bukan hanya ditentukan oleh sekolah dan guru. Sekolah sehari penuh bisa saja sekadar wacana, namun pendidikan sehari penuh adalah wajib. Bermain di rumah dan lingkungan anak-anak juga merupakan pendidikan untuk membangun karakter mereka.

Sebagai orang tua, tentu pengawasan harus terus dilakukan untuk memberikan keseimbangan sehingga anak-anak akan tahu mana yang lebih baik dilakukan dan tidak. Orangtua harus sadar, guru utama bagi anak-anak adalah dirinya. Jadi, ketika pendidikan anak-anak dianggap gagal, berarti juga kegagalan orang tua.

Selain itu, dalam pendidikan masih banyak orang tua yang justru memaksakan kehendak, bukan mendorong keinginan anak-anak. Belum lagi, masih banyak orangtua yang masih fokus pada hard skill anak-anak tanpa menumbuhkan kembangkan soft skill (karakter)-nya. Nah, orangtua mempunyai peran penting mendampingi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan sehari penuh.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7943 seconds (0.1#10.140)