Menhan Ultimatum Simpatisan PKI Jangan Pancing Emosi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menduga para anak muda yang mengenakan kaus bergambar palu arit adalah cucu simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ryamizard menduga paham tersebut ditularkan oleh simpatisan PKI yang saat ini sudah berusia lanjut. "Saya heran kakek-kakeknya mana ini, yang ditularkan anak-anak kecil, cucu-cucunya yang pakai baju segala macam. Ini pengecut juga, keluar dong," ujar Ryamizard dalam sambutannya pada acara pertemuan dengan persatuan Purnawirawan TNI-AD dan Ormas anti-PKI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Dia mengingatkan kepada simpatisan PKI yang masih hidup untuk berhenti memancing emosi pihak mana pun. "Saya ingatkan jangan ada pihak memancing untuk membangkitkan emosi. Lama-lama kepancing juga ini," tuturnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini juga meyatakan sikapnya terkait pendapat pihak-pihak yang menganggap saat ini sudah tidak ada lagi bahaya laten PKI.
"Dahulu sering kita dengar bahaya laten, enggak ada itu bahaya laten, kemudian komunis enggak ada lagi, ternyata sekarang muncul. Jadi kita patut curiga yang bilang gitu, enggak ada enggak ada, mungkin dia yang komunis kali," tuturnya.
Ryamizard menduga paham tersebut ditularkan oleh simpatisan PKI yang saat ini sudah berusia lanjut. "Saya heran kakek-kakeknya mana ini, yang ditularkan anak-anak kecil, cucu-cucunya yang pakai baju segala macam. Ini pengecut juga, keluar dong," ujar Ryamizard dalam sambutannya pada acara pertemuan dengan persatuan Purnawirawan TNI-AD dan Ormas anti-PKI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Dia mengingatkan kepada simpatisan PKI yang masih hidup untuk berhenti memancing emosi pihak mana pun. "Saya ingatkan jangan ada pihak memancing untuk membangkitkan emosi. Lama-lama kepancing juga ini," tuturnya.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini juga meyatakan sikapnya terkait pendapat pihak-pihak yang menganggap saat ini sudah tidak ada lagi bahaya laten PKI.
"Dahulu sering kita dengar bahaya laten, enggak ada itu bahaya laten, kemudian komunis enggak ada lagi, ternyata sekarang muncul. Jadi kita patut curiga yang bilang gitu, enggak ada enggak ada, mungkin dia yang komunis kali," tuturnya.
(dam)