Keluarga Siyono Serahkan Kasus ke Komnas HAM dan Muhammadiyah
A
A
A
KLATEN - Keluarga Siyono menyerahkan sepenuhnya kepada Komnas HAM terkait autopsi yang telah dilakukan oleh tim dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah untuk proses hukum selanjutnya.
Suasana duka masih menyelimuti keluarga Siyono, Suratmi istrinya belum mengajar lagi sejak penangkapan suaminya pada 8 Maret 2016.
Kakak Siyono, Wagiyono mengaku, pihaknya belum menerima informasi kapan hasil autopsi diumumkan meski PP Muhammadiyah sempat mengungkapkan hasilnya diumumkan dalam waktu dekat.
”Tidak tahu kapan waktunya, hanya dikatakan akan segera diumumkan. Kalau pengumuman hari ini saya tidak tahu, tidak ada kabar,” kata Wagiyono saat ditemui wartawan di rumahnya, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Senin (11/4/2016).
Saat disampaikan perihal hasil autopsi yang diumumkan Komnas HAM dan PP Muhammadiyah, Wagiyono cukup terkejut. Dia meyakini, temuan patah tulang iga dan tulang dada menunjukkan adiknya tidak melakukan perlawanan saat diamankan Densus 88.
”Wah berarti selama ini Densus bohong itu kalau ada perlawanan. Karena sudah ada yang menangani (Komnas HAM dan PP Muhammadiyah) nggih mpun monggo (ya sudah silakan)," ucapnya.
"Karepe ki mriki gek sampun gek ganti kegiatan sing mboten mikir niku (Keinginan kami masalah itu segera selesai dan ganti kegiatan lain tidak memikirkan hal itu) karena sudah ada yang menangani. Rumongso kesel (Merasa capek),” imbuhnya.
Wagiyono menjelaskan, kondisi psikis keluarga Siyono terutama istri dan anak-anak belum pulih benar. Suratmi tidak bisa lama-lama menemui kerabat maupun tamu karena asam lambung langsung naik ketika harus berpikir keras.
”Kemarin ketika ada tamu kami juga sampaikan tidak bisa (bertemu) lama-lama, karena maagnya kambuh jadi mau muntah-muntah,” tandasnya.
Suasana duka masih menyelimuti keluarga Siyono, Suratmi istrinya belum mengajar lagi sejak penangkapan suaminya pada 8 Maret 2016.
Kakak Siyono, Wagiyono mengaku, pihaknya belum menerima informasi kapan hasil autopsi diumumkan meski PP Muhammadiyah sempat mengungkapkan hasilnya diumumkan dalam waktu dekat.
”Tidak tahu kapan waktunya, hanya dikatakan akan segera diumumkan. Kalau pengumuman hari ini saya tidak tahu, tidak ada kabar,” kata Wagiyono saat ditemui wartawan di rumahnya, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Senin (11/4/2016).
Saat disampaikan perihal hasil autopsi yang diumumkan Komnas HAM dan PP Muhammadiyah, Wagiyono cukup terkejut. Dia meyakini, temuan patah tulang iga dan tulang dada menunjukkan adiknya tidak melakukan perlawanan saat diamankan Densus 88.
”Wah berarti selama ini Densus bohong itu kalau ada perlawanan. Karena sudah ada yang menangani (Komnas HAM dan PP Muhammadiyah) nggih mpun monggo (ya sudah silakan)," ucapnya.
"Karepe ki mriki gek sampun gek ganti kegiatan sing mboten mikir niku (Keinginan kami masalah itu segera selesai dan ganti kegiatan lain tidak memikirkan hal itu) karena sudah ada yang menangani. Rumongso kesel (Merasa capek),” imbuhnya.
Wagiyono menjelaskan, kondisi psikis keluarga Siyono terutama istri dan anak-anak belum pulih benar. Suratmi tidak bisa lama-lama menemui kerabat maupun tamu karena asam lambung langsung naik ketika harus berpikir keras.
”Kemarin ketika ada tamu kami juga sampaikan tidak bisa (bertemu) lama-lama, karena maagnya kambuh jadi mau muntah-muntah,” tandasnya.
(maf)