Jokowi: Hentikan Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan
A
A
A
JAKARTA - Hari ini tepat diperingatinya International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional. Ini adalah sebuah hari besar yang digelar, sebagai penghargaan terhadap kaum perempuan atas keberhasilan yang telah diraihnya, di segala bidang.
Merespons Hari Peremuan Sedunia ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap momentum peringatan ini sebagai evaluasi terhadap perlakukan kepada perempuan.
"Selamat Hari Perempuan Sedunia. Hentikan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan," kicau Jokowi di akun Twitter @jokowi, Selasa (8/3/2016).
Gagasan tentang peringatan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja.
Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah.
Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Bahkan dari sisi agama Islam penghargaan terhadap perempuan begitu dihargai. Bagaimana perlakuan terhadap perempuan sebelum Alquran turun, tidaklah lebih berharga daripada barang yang bisa dimiliki, bisa diperlakukan seenaknya dan kedudukan wanita pun sangat rendah.
Namun setelah pencerahan, kaum perempuan memperoleh harga dirinya kembali. Didudukkan sejajar dengan pria. Maka tak heran, orang-orang pertama yang memeluk Islam sebagian dari kalangan wanita. Terlebih pengakuan terhadap wanita diabadikan dalam Alquran.
Merespons Hari Peremuan Sedunia ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap momentum peringatan ini sebagai evaluasi terhadap perlakukan kepada perempuan.
"Selamat Hari Perempuan Sedunia. Hentikan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan," kicau Jokowi di akun Twitter @jokowi, Selasa (8/3/2016).
Gagasan tentang peringatan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja.
Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah.
Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Bahkan dari sisi agama Islam penghargaan terhadap perempuan begitu dihargai. Bagaimana perlakuan terhadap perempuan sebelum Alquran turun, tidaklah lebih berharga daripada barang yang bisa dimiliki, bisa diperlakukan seenaknya dan kedudukan wanita pun sangat rendah.
Namun setelah pencerahan, kaum perempuan memperoleh harga dirinya kembali. Didudukkan sejajar dengan pria. Maka tak heran, orang-orang pertama yang memeluk Islam sebagian dari kalangan wanita. Terlebih pengakuan terhadap wanita diabadikan dalam Alquran.
(maf)