Riset: Lima Menteri Ini Paling Dikenal Publik

Minggu, 08 November 2015 - 15:54 WIB
Riset: Lima Menteri...
Riset: Lima Menteri Ini Paling Dikenal Publik
A A A
JAKARTA - Hasil riset Founding Fathers House (FFH) menunjukkan menteri dari kalangan profesional lebih dikenal publik ketimbang menteri dari partai politik (parpol).

Berdasarkan hasil riset FFH, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli masuk dalam lima besar menteri dalam Kabinet Kerja yang dikenal publik yang diperoleh melalui metode pertanyaan top of mind

Susi Pudjiastuti memeroleh nilai 16,5%, Ignasius Jonan 14,1%, Khofifah Indar Parawansa 9,3%, Anies Baswedan 3%, Rizal Ramli 2,3% , Imam Nahrawi 2,3%, Lukman Hakim Saefuddin 0,8%, Pramono Anung 0,8%, Tjahjo Kumolo 0,8%, Puan Maharani 0,5%, lainnya 4,8%, dan tidak tahu/tidak jawab 61%.

“Posisi lima teratas ditempati menteri nonpartai politik. Nama mereka muncul ketika responden ditanyai dalam riset serta tanpa disertai pilihan jawaban yang disediakan kuesioner. Jadi, nama menteri yang ada di benak dan di pikiran mereka lah yang ke luar,” kata peneliti senior FFH Dian Permata, di Jakarta dalam siaran pers FFH kepada Sindonews, Minggu (8/11/2015).

Dian melanjutkan, tingginya tingkat pengenalan publik terhadap lima menteri tersebut dalam metode top of mind, sedikit banyak dilatarbelakangi frekuensi kemunculan mereka di media massa yang besar.

Menrut dia, frekuensi liputan media massa terhadap nama-nama menteri itu juga dipengaruhi oleh inovasi atau terobosan, kebijakan yang dikeluarkan, memiliki news value (nilai berita) tinggi, isu kekinian atau bisa memiliki nilai kontroversi tinggi.

Dian mengatakan untuk inovasi atau terobosan kebijakan sebagai contoh seperti kebijakan penenggelaman kapal, pemberian hukuman kepada maskapai penerbangan yang memiliki catatan buruk soal ketepatan dalam memberikan pelayanan.

Sementara untuk isu kekinian, yakni antara lain kasus kekerasan terhadap anak dan bencana asap karena kebakaran hutan.

Sedangkan untuk yang memiliki kontroversi tinggi seperti kritikan pedas soal mega proyek PLN 35 ribu MW atau tantangan debat terbuka di antara pejabat negara.

“Makanya tidak mengherankan apabila dalam 1,5 bulan sejak dilantik, nama Rizal Ramli cukup dikenal. Dengan istilah Rajawali Ngepret yang sering ia lontarkan membuat publik mengenalnya. Apalagi isu yang dilontarkannya cukup sensitif dan membuat panas telinga pihak terkait,” tutur Dian.

Kondisi ini juga berbanding lurus saat responden ditanyai perihal pengetahuan mereka terhadap posisi jabatan di Kabinet Kerja.

Metoda yang digunakan juga sama dengan pertanyaan terbuka. “Seperti sebutkan nama Menteri Kelautan dan Perikanan. Tanpa ada pilihan jawaban yang disajikan FFH. Hasilnya, sebanyak 25,8% menjawab Susi Pudjiastuti dan 74,2% tidak tahu/tidak jawab,” tuturnya.

Responden menjawab nama Menteri Perhubungan yakni Ignasius Jonan 10%, Susi Pujiastuti 0,3%, dan 82,7% tidak tahu.

Responden menjawab nama Menteri Sosial yakni Khofifah Indar Parawansa 16,8% dan 82,2% tidak tahu.

Responden menjawab nama Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya yakni Rizal Ramli 2,3%, Susi Pujiastuti 0,5%, dan 97,3%.

Responden menjawab nama Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah yakni Anies Baswedan 7,5% dan 92,5% tidak tahu.

Menurut Dian, penilaian itu kontras sekali dengan menteri yang berasal dari parpol. Sebut saja di antaranya Yasonna H Laoly. Hanya 0,8% reponden yang benar menjawab Menteri Hukum dan HAM itu kader PDIP.

Sebanyak 0,7% reponden menjawab Menteri Ketenagakerjaan dan Transmigrasi adalah Hanief Dhakiri. Kemudian 0,3% reponden menjawab Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup adalah siti Nurbaya.

“Namun ada juga yang baik. Seperti Menteri Dalam Negeri. 4,5% responden menjawab Tjahjo Kumolo. Sebanyak 3% responden menjawab Menteri Agama adalah Lukman Hakim Saefuddin. Lalu sebanyak 7% responden menjawab Menteri Olah Raga dan Pemuda adalah Imam Nahrawi,” tutur Dian.

Riset ini dilaksanakan 10 September hingga 21 Oktober 2015 di 34 provinsi. Jumlah sampel 1.090 responden dan sudah memiliki hak pilih atau sudah menikah.

Margin of error ± 2.97%. Tingkat kepercayaan (level of confidence) 95% . Metode top of mind yakni brand atau produk yang menancap pertamakali di benak atau ingatan konsumen.

Menurut FFH, metode tersebut kerap digunakan pada ilmu marketing. Namun, dalam kemajuan ilmu pengetahuan, metoda ini juga kerap digunakan dalam ilmu marketing politik dan survei.


PILIHAN:


Menagih Janji Jokowi-JK Lewat Lagu
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5360 seconds (0.1#10.140)