Bercak Darah di Kain Ihram Jadi Saksi Tragedi

Rabu, 16 September 2015 - 00:13 WIB
Bercak Darah di Kain Ihram Jadi Saksi Tragedi
Bercak Darah di Kain Ihram Jadi Saksi Tragedi
A A A
BERCAK darah masih menempel di kain ihram yang dikenakan Doni Wahidul Akbar, 26, seusai membantu evakuasi jamaah Indonesia korban crane ambruk di Masjidilharam, Mekkah, Arab Saudi.

“Saya baru melihat kejadian ini seumur hidup,” ujarnya sambil menghela nafas. (Baca: Geledek Datang, Jamaah Bertakbir dan Angkat Tangan)

Dia mengisahkan, saat itu lantai sudah banjir, becek parah. Dari dekat lokasi jatuhnya bandul crane, dia pun kemudian beranjak ke tempat sa'i.

Doni berpikir di sana banyak jamaah Indonesia yang harus diselamatkan. Saat itu kondisi lantai yang tergenang air dan cipratan darah seperti memerintahkannya untuk bertindak cepat. Dia pun berbagi tugas dengan temannya.

“Yang pertama kali saya temukan adalah seorang jamaah perempuan dari embarkasi BTH (Batam). Ibu itu terluka di kepala, dia masih hidup. Saya panggil petugas yang biasanya mendorong kursi roda. Ibu itu saya naikkan ke kursi roda. Petugas itu yang mendorong, sedangkan saya mencari jalan. Kondisi lantai saat itu sudah tergenang,” ungkapnya.

Setengah berlari, mereka akhirnya menuju pintu keluar 19 di Babussalam yang lokasinya berada di bawah tempat sa'i. Dia menembus pintu yang banyak berseliweran kabel listrik. “Ibu itu kami bawa ke Medical Center,” katanya.

Jaraknya sekitar 100 meter dari pintu 19. Saat itu ambulans belum datang. “Dokter yang berjaga pun hanya satu,” urainya.

Setelah diserahkan ke dokter, Doni dengan jantung berdegup kencang berangkat lagi sambil membawa kapas yang diberikan paramedis untuk menolong jamaah lainnya.

“Saya masuk lagi lewat pintu 19. Tiga teman saya tidak bisa masuk karena tidak membawa ID Card petugas haji. Karena tergenang air, saya sempat diminta hati-hati karena ada yang tersengat aliran listrik,” tuturnya.

Saat menyeberang di tempat sa'i, dia menemukan jamaah laki-laki asal Ujungpandang yang terluka di bagian kepala.

Lukanya ada tiga. Dia selamat karena sempat didorong oleh istrinya. Lalu dia meminta para korban ke pinggir sambil mencari pertolongan. “(Menurut) Penjaga tempat sa'i mengaku sudah menghubungi 50 unit ambulans," katanya.

Setelah melangkah beberapa meter, Doni kembali menemukan seorang ibu jamaah asal Padang, Sumatera Barat yang kepalanya berdarah akibat tertimpa material bangunan yang ambruk.

“Tolong saya nak,” kata Doni menirukan suara ibu yang bibirnya terlihat bengkak.

Doni pun mengumpulkan para korban. Dia sempat bingung mana yang harus dievakuasi lebih dahulu. Akhirnya dia berinisiatif menutup luka para jamaah memakai kapas yang dibawa dari Medical Center.

“Ibu pegang, ibu pegang dulu, biar lukanya saya tempeli kapas,” tuturnya mengisahkan pengalaman menegangkan saat itu.

Doni dan seorang petugas asal Lombok akhirnya bisa mengevakuasi semuanya ke Medical Center. Sesaat setelah itu datang lah ambulans. Yang pertama saya angkut itu ibu yang berasal dari Batam. Identitas korban itu diketahuinya dari tas kecil yang digantung di leher ibu tersebut.

“Saya sempat melihat yang di atas (lokasi bandul jatuh) korbannya masih ada yang belum dievakuasi,” ujarnya.

Lantaran khawatir, dia meminta teman dari Lombok untuk menunggui seorang ibu dari Batam.

“Saya sempat khawatir karena ibu itu sempat mengeluarkan darah dari mulutnya dan kepalanya bocor. Pas saya mau ke bawah, saya ketemu lagi sama jamaah, yakni ibu dari Aceh yang kaki kanan dan kirinya patah. Dia direbahkan di pagar hijau,” katanya.

Terakhir datang pria muda asal Jakarta. Kepala pria itu berdarah. Untuk menahan kucuran darahnya, pria itu melilitkan kepalanya dengan kain ihram.

“Dia sudah tak bisa ngomong. Saya angkat dia masuk ke ambulans. Kami harus berebut ambulans. Siapa yang paling dekat dengan pintu langsung dimasukkan. Ternyata masih ada seorang lagi, Akhirnya saya satu ambulans dipakai untuk mengevakuasi tiga orang jamaah haji Indonesia,” tuturnya.

Doni juga sempat melihat seorang ibu dari Medan yang tergeletak di dekat lokasi kejadian. Saat dicek, ternyata ibu tersebut sudah meninggal.

Evakuasi terhadap korban dilakukan secara cepat dan sampai bersih, hingga akhirnya Doni dan temannya disuruh keluar.

“Beberapa menit jelang isya sudah selesai semuanya. Isya sudah dipakai buat salat berjamaah,” ujarnya.


PILIHAN:


Kerja di Kantor Notaris, Antasari Azhar Digaji Rp3 Miliar
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8284 seconds (0.1#10.140)