Datang Tiap Lima Menit dengan Tempat Duduk Lapang

Senin, 14 September 2015 - 10:26 WIB
Datang Tiap Lima Menit...
Datang Tiap Lima Menit dengan Tempat Duduk Lapang
A A A
MEKKAH - Bus warna hijau dan merah itu ramai berseliweran di jalanan seputar Kota Mekkah. Ada stiker besar yang terpasang di bagian depan menunjukkan nomor bus dan rute yang dilayani.

Terdapat pula stiker bendera merah putih dan tulisan ”Indonesia” di sisi bus sebagai tanda negara yang mengontrak bus. KORAN SINDO mencoba naik bus Shalawat nomor 7 dari kawasan Syiyah 1 yang berjarak sekitar 4,5 kilometer (km) dari Masjidilharam. Sekitar 5 menit menunggu bus warna hijau itu berhenti tepat di depan Hotel Rehhal Mina, yang di depannya terpasang bendera merah putih.

Sejumlah jamaah haji Indonesia pun naik ke bus yang kemudian meluncur ke Terminal Syieb Amir, yang berada sekitar 200 meter dari halaman Masjidilharam. ”Bus Shalawat memang hanya berhenti di tempat yang ada bendera merah putihnya,” kata petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Ratna Puspita, kemarin.

Bus yang dioperasikan perusahaan transportasi Saptco dan Rawaheel ini beroperasi 24 jam di 11 rute yang melewati 7 sektor dari sembilan sektor pemondokan. Adapun sektor 7 dan 8 yang jaraknya dekat atau kurang dari 2 km dari Masjidilharam tak dilayani bus. Sepanjang perjalanan, bus buatan China itu memang hanya berhenti di lokasi pemondokan jamaah haji Indonesia.

Penyejuk ruangan (AC) yang berembus membuat penumpangnya nyaman sebab di luar cuaca udara cukup panas menyengat yakni berkisar 43 derajat Celsius. Tempat duduknya juga nyaman dan lapang, mirip bus pariwisata di Indonesia. Lantaran ukurannya panjang, tempat duduknya bisa memuat sekitar 45-48 penumpang. Bus ini mampu mengangkut sekitar 70 penumpang.

Untuk interiornya, sekilas di dalamnya mirip bus Transjakarta yang masih baru. Lengkap dengan pegangan tangan untuk penumpang yang berdiri. Bedanya, tempat duduk bus Shalawat yang empuk menghadap ke arah depan. Dalam kondisi normal, perjalanan ke Terminal Syieb Amir bisa ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit.

Namun, mendekati puncak haji seperti sekarang, jalanan yang dilewati biasanya ada titik-titik yang macet sehingga waktu tempuhnya bertambah lama. ”Bus ini sangat membantu kalau kita pergi ke Masjidilharam. Kalau jalan kaki, kan jauh. Saya naik bus Shalawat sejak datang di sini pada 5 September lalu,” kata Zulkifli Ibrahim, 57, jamaah haji kelompok terbang (kloter) 9 embarkasi Palembang.

Hal yang sama diungkapkan Damami, 56, warga Comal, Yosowingun, Belitang Madang Raya, Ogan Komering Ilir (OKU) Timur, Sumatera Selatan. ”Cuma kalau pas mau pulang habis salat asar kadang lama nunggunya di Terminal Syieb Amir. Mungkin karena jamaahnya terlalu banyak sehingga tak sebanding dengan bus yang beroperasi,” ucapnya.

Sepengetahuan dia, bus ini memang beroperasi sepanjang hari. Sewaktu ada musibah crane ambruk, rekannya satu pemondokan pulang sekitar pukul 02.00 waktu Arab Saudi (WAS) dengan menumpang bus itu. Sopir bus Shalawat, Haryadi, mengatakan, bertugas dalam dua shift setiap harinya.

Pria asal Pandeglang, Banten ini merasa lebih enak bekerja sebagai sopir bus karena tidak berpanaspanasan seperti di proyek. ”Sebelum bekerja jadi sopir bus Shalawat saya di-training dulu selama sebulan. Mesin bus ini matik sehingga tinggal tekan tombol dan injak gas,” pungkasnya.

SUNU HASTORO F
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0806 seconds (0.1#10.140)