Korban Bertambah Saudi Gelar Penyelidikan

Minggu, 13 September 2015 - 10:38 WIB
Korban Bertambah Saudi...
Korban Bertambah Saudi Gelar Penyelidikan
A A A
MEKKAH - Korban musibah robohnya craneraksasa di Masjidilharam, Mekkah, pada Jumat (11/9) petang, bertambah. Berdasarkan data resmi yang dirilis otoritas Arab Saudi, sebanyak 107 orang meninggal dalam musibah tersebut dan 238 lainnya mengalami luka.

Dari jumlah itu, 2 korban meninggal berasal dari Indonesia. MerekaadalahMasnauli Hasibuan dari Embarkasi Medan (MES) 9 serta Iti Rasti Darmin dari Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) 23. Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah Arsyad Hidayat menjelaskan, selain 2 korban meninggal, 40 jamaah haji asal Indonesia lainnya mengalami luka. Mereka kini menjalani perawatan di RS Arab Saudi (RSAS) dan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI).

”Korban rata-rata menderita cedera di kaki, tangan, dan kepala. Ada juga yang mengalami patah kaki,” ujarnya kepada wartawan di Mekkah kemarin. Presiden Joko Widodo yang tengah berada Arab Saudi telah meminta agar korban tragedi Masjililharam asal Indonesia mendapatkan bantuan sebaik-baiknya. Presiden sedianya ingin menengok langsung para korban asal Indonesia yang dirawat di Mekkah, tetapi hal itu urung dilakukan karena pertimbangan protokoler dan pengamanan tamu negara di Arab Saudi.

”Saya sudah meminta Amirulhaj (Menteri Agama RI) dan KJRI di Jeddah untuk memberi bantuan seoptimal mungkin (bagi para korban),” kata Presiden dalam keterangan pers di Istana Raja Faisal, Jeddah, Sabtu dini hari waktu Jakarta. Musibah yang memakan ratusan korban tersebut ternyata tidak memengaruhi aktivitas para jamaah haji. Masjidilharam kembali dijejali jamaah yang ingin tawaf maupun sai. Ribuan jamaah itu seolah tidak peduli dengan musibah yang sebelumnya terjadi di pinggiran tempat tawaf. ”Saya sih nggak terlalu khawatir. Kemarin pas kejadian saya baru saja pulang,” kata Muhammad Said, warga Cakung, Jakarta yang ditemui di tempat sai kemarin.

Hampir 800.000 jamaah haji telah tibadiMekkah, ArabSaudi, untukmenjalankan ibadah haji. Umat Islam dari berbagai negara di seluruh dunia berkumpul untuk menjalankan ibadah hajiyangakandimulaipada 21September mendatang. Tahun lalu jumlah jamaah haji mencapai 2 juta orang. ”Insiden ini tidak akan memengaruhi musim haji ini dan lokasi insiden akan segera diperbaiki dalam beberapa hari,” ucap otoritas yang menolak disebut namanya seperti dilansir AFP.

Dari pantauan KORAN SINDO, crane raksasa itu hingga kemarin siang masih teronggok di halaman Masjidilharam seperti saat pertama ambruk. Lengan crane masih menyandar di bangunan baru perluasan tempat tawaf yang belum selesai dikerjakan. Adapun ujung crane tak kelihatan saat diamati dari tempat tawaf di depan Kakbah. Tempat kejadian perkara yang berada antara Bab Assalam dengan Bab Ali berdekatan dengan Istana Raja.

Untuk diketahui, saat ini tempat tawaf selain di lantai dasar juga bisa dilakukan di lantai dua. Di belakang lantai dua ini ada tempat kosong yang sering dipakai untuk berdoa. Di tempat yang lurus dari Makam Ibrahim inilah musibah tersebut terjadi. Tempatnya dekat dengan salah satu pintu menuju lokasi sai. Juru Bicara Masjidilharam Ahmed bin Mohammad al- Mansoori mengatakan bagian derek itu jatuh pada pukul 17.10 waktu setempat karena hantaman angin kencang dan hujan deras.

Adapun Jenderal Suleiman al-Amr, Direktur Jenderal Otoritas Pertahanan Sipil, seperti dilansir Al-Jazeera, menuturkan musibah berawal dari terjadinya angin kencang dan hujan lebat di kawasan tersebut. Cuaca buruk itu menumbangkan pohon dan meruntuhkan derek yang terletak di sekitar lokasi mesjid. ”Derek ambruk dekat Jembatan Al-Salam di bagian atas wilayah Al-Masaa sehingga juga meruntuhkan sebagian kecil struktur Al-Masaa dan bagian lain dari Al-Mataf, sebuah jembatan di sekitar Kakbah,” tambah Amr.

Untuk memastikan penyebab ambruknya crane, Gubernur Mekkah Pangeran Khaled al-Faisal kemarin memerintahkan segera dilakukan penyelidikan atas insiden ini. Seorang pekerja di Masjidilharam Abdel Aziz Naqoor menyaksikan crane roboh setelah diterjang angin di tengah hujan lebat. Saat itu, sebagian besar jamaah haji sedang menuju Masjidilharam untuk melaksanakan salat magrib. ”Jika bukan karena (terhalang) Jembatan Al-Tawaf, mungkin korban luka dan tewas akan lebih banyak lagi,” ucap Naqoor.

Khaleed al-Maena dari media Saudi Gazette mengaku tidak bisa membayangkan jika musibah tersebut terjadi lima atau empat jam sebelumnya. Menurut dia, kondisi pasti akan jauh lebih buruk dengan korban akan jauh lebih banyak. Masjidilharam biasanya dipenuhi jamaah pada Jumat siang untuk ibadah salat Jumat. ”Ini menjadi sebuah ironi dikarenakan proyek perluasan ini bertujuan untuk menjamin keselamatan para jamaah,” tambah Al-Maena.

Informasi Simpang Siur

Daerah Kerja (Daker) Mekkah memastikan jumlah jamaah haji asal Indonesia yang meninggal 2 orang. Namun informasi yang beredar di Tanah Air simpang siur. Hal ini terkait dengan munculnya kabar adanya 3 jamaah haji asal Sumatera Utara dan 1 jamaah haji asal Jawa Barat yang meninggal. Arsyad Hidayat mengaku mendengar informasi tersebut.

Namun dia memastikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daker Mekkah belum menerima certificate of deadth (COD) dari rumah sakit. ”Sampai saat ini kami belum mendapatkan dokumen berupa COD dari pihak yang berwenang, dalam hal ini rumah sakit. Kami mendengar isu-isu itu, masuk ke telinga kami,” ujar Arsyad. Mengenai kesimpangsiuran ini, petugas haji di Mekkah banyak mendapatkan telepon untuk mengonfirmasi kabar tersebut.

Hingga pukul 10.00 waktu Arab Saudi (WAS), telepon hotline yang masuk hampir mencapai 500 kali, baik dari keluarga maupun sanak saudara yang masuk ke hotline. Selain itu, banyak juga jamaah yang datang ke Kantor Daker Mekkah. ”Kami sampaikan sesuai dengan data yang kami peroleh baik dari RSAS maupun BPHI Mekkah,” ujar Arsyad. Dia lantas menuturkan bahwa pihaknya sudah mengecek ke lapangan ke RS Annoor yang ada di Mekkah.

Sebelumnya pihak RS Annoor mengatakan bahwa ada jenazah sebanyak 4 orang dipindahkan ke muaisim, tempat pemulasaraan mayat. Hanya saja, tim dari PPIH Daker Mekkah tidak bisa masuk ke tempat pemulasaraan. Malahan mereka diminta datang ke kantor investigasi pidana.

”Di sana kami juga diarahkan lagi ke kantor polisi. Akhirnya sampai siang ini kami belum mendapatkan dokumen yang menyatakan bahwa ada informasi 4 tambahan jamaah wafat,” tutur dia. Arsyad juga mengaku sudah menghubungi ketua-ketua kloter yang jamaahnya disangka meninggal dunia. Namun mereka juga belum melihat.

”Artinya memang tidak ada, cuma belum pernah melihat secara fisik dalam kondisi wafat atau meninggal dunia,” jelasnya.

Sunu hastoro f/ arvin/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0905 seconds (0.1#10.140)