Cerita Jamaah yang Selamat dari Tragedi Crane Mobile

Sabtu, 12 September 2015 - 22:37 WIB
Cerita Jamaah yang Selamat dari Tragedi Crane Mobile
Cerita Jamaah yang Selamat dari Tragedi Crane Mobile
A A A
MEKKAH - Perasaan Halimah (50), masih campur aduk mengingat peristiwa yang dialaminya di Masjidilharam, Jumat 11 September 2015 petang.

Dia memilih diam di hotel untuk menengkan diri. Perempuan yang tinggal di Comal, Yosowingun, Belitang Madang Raya, Ogan Komering Ilir (OKU) Timur, Sumatera Selatan ini mengaku berangkat pukul 15.30 waktu setempat ke Masjidilharam.

Dia bersama suaminya, Dumami (56), masuk lewat pintu Babussalam, menuju lantai dasar di dekat tempat wudhu. Lokasinya berada di dekat tawaf.

"Saya kemudian ngaji sambil pegang tasbih. Tiba-tiba ada suara bruakkk...disusul badai dan petir. Lampu di tempat saya berada tiba-tiba mati. Saya gandeng dua ibu lansia lainnya untuk keluar. Namun tidak boleh oleh penjaganya." katanya.

Pekik Allahuakbar pun berkumandan. "Saya kemudian noleh ke kiri. Sekitar 30 meter terlihat jamaah yang berdarah-darah. Untung besi yang jatuh menyapu ke arah kiri, kalau ke arah kanan nggak tahu nasib saya," ujarnya menerawang.

Setelah kejadian itu dia mengaku trauma dan takut kalau pergi sendirian. Craine jumbo itu tingginya sekitar 50 meter.

Sedangkan Dumami mengaku posisinya dekat dengan lokasi jatuhnya kotak besi pengangkut dari crane raksasa tersebut.

"Posisi saya sedang ngaji sambil bersandar di belakang tawaf. Baru ngaji lima lembar kok Alqurannya berdebu. Setiap saya usap debunya muncul lagi," jelasnya.

Selanjutnyadi areal tawaf juga gelap. Tak lama kemudian turun hujan disertai petir. "Brakkk... begitu jatuh lantainya ikut bergetar. Semua orang yang ada disitu berhamburan. saya lari mundur lima meter. Saya melihat ada yang sudah meninggal, yakni jaam asal Tuzbekistan dan Bangladesh yang bersimbah darah," katanya.

Saat peristiwa itu, tawaf mengelilingi Kabah sempat berhenti selama sekitar 5 menit. Namun setelah itu dilanjutkan kembali.

Dumami mengaku terkejut melihat benda seperti kotak besi persegi panjang berukuran panjang 3 meter kali 2,5 meter.

Benda di ujung crane itu jatuh ke lantai dan bergerak menyapu jamaah dan berhentinya di bawah jembatan untuk menuju tempat tawaf di lantai 1. Sebagian besi ada yang patah dan diduga menimpa jamaah.

"Pagar pembatas yang berwarna hijau itu digulingkan dan dipakai buat menaruh jamaah yang meninggal. Sebab, ambulans belum datang. Pembersihan lokasi dilakukan cepat sekali. Suara jeritan, tangisan, takbir dan istigfar bergema. Seperti kiamat," terangnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5343 seconds (0.1#10.140)