TechShop Dorong Inovasi Warga AS
A
A
A
Setiap pejalan kaki yang melintas pasti sulit mengabaikan keberadaan pesawat yang berada di tengah bengkel-toko di pinggiran Washington. Tapi pesawat itu tanpa sayap, kokpit, ataumotor yang terpasang di badannya.
Pria yang mengutak-atik pesawat itu pun bukan teknisi profesional ataupun tukang. Malah dia dan beberapa orang di sekitarnya adalah ”para pembuat” yang berasal dari beragam latar belakang. Mereka berada di sana untuk menciptakan sesuatu yang baru melalui kolaborasi. Selamat datang di TechShop, jaringan bengkel-toko kedelapan di Amerika Serikat (AS).
Di sana, kreativitas bertemu dengan akses peralatan profesional, peranti lunak dan para pakar. Pada pandangan pertama di cabang Arlington, bengkel-toko itu terlihat kecil, hampir kosong dan tidak mencolok. Workshop itu berada di mal yang hanya beberapa perhentianMetro dari Gedung Putih. Meski tidak mencolok, di dalamnya inilah tempat ide-ide hidup.
Dengan luas hampir 2.350 meter persegi, workshop itu penuh dengan peralatan. Bau kayu terbakar tercium di udara saat mesin pemotong laser sedang beroperasi. Dengan bantuan printer tiga dimensi (3D), para penemu dapat menciptakan berbagai bentuk dengan beragam bahan baku, mulai dari kertas karton hingga kayu dan busa.
Jenis-jenis mesin ini sekarang dapat dengan mudah ditemukan diberbagai toko yang dibuka untuk publik selama beberapa tahun terakhir. Di berbagai bengkel-toko itu budaya atau gerakan ”membuat produk sendiri” pun muncul. Di sana pun ada dorongan ”belajar dengan melakukan” dan upaya menggunakan teknologi baru serta tradisional.
Di sisi lain, manusia sejak dulu telah berkolaborasi membuat peralatan dan menemukan beragam metode baru. Kini gerakan ”membuat sesuatu” itu muncul di lebih dari 500 workshop semacam itu. Awalnya, ada tempat kumpul para hacker pertama,c-base,di Berlin pada 1995.
Tempat pertemuan para peretas itu membantu menyediakan berbagai aplikasi yang menjembatani kesenjangan antara pembuat peranti lunak dan para pembajak, sehingga para pemrogram dapat memperbaiki produknya. Tempat kedua dibuka di Massachusetts Institute of Technology saat profesor MIT Neil Gershenfeld meluncurkan kelas di 1998 untuk mengajari para mahasiswanya cara menggunakan peralatan mesin.
Langkah itu tidak hanya menarik para peminat teknologi, tapi juga para arsitek, seniman,dan desainer turut bergabung untuk belajar cara menciptakan sesuatu yang tidak dapat diperoleh secara komersial.
Itulah yang mendorong munculnya TechShop di Arlington. Orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif.
Syarifudin
Pria yang mengutak-atik pesawat itu pun bukan teknisi profesional ataupun tukang. Malah dia dan beberapa orang di sekitarnya adalah ”para pembuat” yang berasal dari beragam latar belakang. Mereka berada di sana untuk menciptakan sesuatu yang baru melalui kolaborasi. Selamat datang di TechShop, jaringan bengkel-toko kedelapan di Amerika Serikat (AS).
Di sana, kreativitas bertemu dengan akses peralatan profesional, peranti lunak dan para pakar. Pada pandangan pertama di cabang Arlington, bengkel-toko itu terlihat kecil, hampir kosong dan tidak mencolok. Workshop itu berada di mal yang hanya beberapa perhentianMetro dari Gedung Putih. Meski tidak mencolok, di dalamnya inilah tempat ide-ide hidup.
Dengan luas hampir 2.350 meter persegi, workshop itu penuh dengan peralatan. Bau kayu terbakar tercium di udara saat mesin pemotong laser sedang beroperasi. Dengan bantuan printer tiga dimensi (3D), para penemu dapat menciptakan berbagai bentuk dengan beragam bahan baku, mulai dari kertas karton hingga kayu dan busa.
Jenis-jenis mesin ini sekarang dapat dengan mudah ditemukan diberbagai toko yang dibuka untuk publik selama beberapa tahun terakhir. Di berbagai bengkel-toko itu budaya atau gerakan ”membuat produk sendiri” pun muncul. Di sana pun ada dorongan ”belajar dengan melakukan” dan upaya menggunakan teknologi baru serta tradisional.
Di sisi lain, manusia sejak dulu telah berkolaborasi membuat peralatan dan menemukan beragam metode baru. Kini gerakan ”membuat sesuatu” itu muncul di lebih dari 500 workshop semacam itu. Awalnya, ada tempat kumpul para hacker pertama,c-base,di Berlin pada 1995.
Tempat pertemuan para peretas itu membantu menyediakan berbagai aplikasi yang menjembatani kesenjangan antara pembuat peranti lunak dan para pembajak, sehingga para pemrogram dapat memperbaiki produknya. Tempat kedua dibuka di Massachusetts Institute of Technology saat profesor MIT Neil Gershenfeld meluncurkan kelas di 1998 untuk mengajari para mahasiswanya cara menggunakan peralatan mesin.
Langkah itu tidak hanya menarik para peminat teknologi, tapi juga para arsitek, seniman,dan desainer turut bergabung untuk belajar cara menciptakan sesuatu yang tidak dapat diperoleh secara komersial.
Itulah yang mendorong munculnya TechShop di Arlington. Orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif.
Syarifudin
(bbg)