Makin Kreatif saat Krisis

Minggu, 30 Agustus 2015 - 11:43 WIB
Makin Kreatif saat Krisis
Makin Kreatif saat Krisis
A A A
Pelemahan perekonomian nasional yang diikuti terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat sejumlah perusahaan harus semakin kreatif dalam mengembangkan bisnisnya. Langkah tersebut dimaksudkan agar perusahaan tetap berkinerja positif.

Melemahnya nilai tukar rupiah yang saat ini telah melampaui titik psikologis Rp14.000 per dolar AS membuat banyak perusahaan kalang kabut. Terlebih bagi mereka yang pendapatannya dalam rupiah, namun pengeluarannya dalam dolar AS.

Tidak sedikit juga dari perusahaan tersebut dalam laporan keuangannya mencatat rugi selisih kurs. Hal ini tentu memengaruhi laba perusahaan. Bagaimana langkah mereka agar tetap bisa mengembangkan bisnisnya di tengah melambatnya perekonomian dan melorotnya nilai tukar rupiah? Corporate Secretary PT Pos Logistik Indonesia Harry Hermawan mengatakan, dalam situasi melemahnya perekonomian, setiap perusahaan dituntut kreativitasnya dalam mengembangkan usaha.

Salah satunya dengan mencari terobosan baru agar kinerja perusahaan tetap positif. ”Baik itu yang terkait kualitas, efisiensi maupun mencari celah bisnis baru,” ujar Harry. Dia menjelaskan, Pos Logistik dapat memanfaatkan posisinya sebagai salah satu bagian dari BUMN sehingga secara tak langsung usaha di sektor logistik lebih bersinergi.

Dengan dukungan dari induk usahanya yakni PT Pos Indonesia (Persero), jaringan perseroan bahkan semakin luas. Strategi tersebut diyakini semakin mantap dengan disusun visi dalam jangka waktu ke depan yakni ”menjadi penyedia solusi logistik terpadu yang tepercaya, terluas, dan terkemuka di Indonesia”.

Direktur Utama PT Al Ijarah Indonesia Finance (ALIF) Iman Pribadi mengaku ada beberapa strategi yang dilakukan perseroan untuk bisa tetap tumbuh di tengah melambatnya perekonomian nasional. Di antaranya melakukan penyempurnaan struktur organisasi dan perbaikan sistem informasi untuk peningkatan peran manajemen risiko. Iman mengaku sebagai perusahaan pembiayaan, kredit bermasalah merupakan masalah utama yang dihadapi perseroan pada saat pelemahan ekonomi.

Namun, dengan strategi tersebut, kredit bermasalah bisa ditekan. ”Secara perlahan strategi tersebut sudah berhasil meningkatkan kualitas portofolio pembiayaan sehingga kredit bermasalah dapat ditekan pada kisaran 3% per Juni 2015 dan diharapkan bisa menjadi 2- 2,5% pada akhir tahun ini,” katanya.

Menurut Iman, agar bisnisnya bisa terus bertumbuh, perseroan juga meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Salah satu yang dilakukan dengan membangun kanal-kanal penjualan baru baik melalui agen, telemarketing, ataupun co-branding . ”Pemasaran berbasis komunitas yang dirintis sejak awal tahun ini juga kami terus lakukan,” katanya.

Senior Associate Director Era Mira Real Estate Andria Dian Palupi mengakui, terjadi penurunan penjualan di industri properti khususnya yang kelas premium. Hal ini karena banyak orang yang menunda pembelian untuk properti yang bernilai di atas Rp5 miliar. ”Namun, bukan berarti tidak ada transaksi. Hanya, memang perbandingannya jauh berbeda ketika keadaan ekonomi sedang stabil dan baik,” jelasnya.

Menurut Andria, sebenarnya saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi properti karena harganya banyak yang murah. Namun, dia mengakui perlu strategi khusus untuk menarik minat pembeli. ”Hanya, butuh melakukan inovasiinovasi agar dapat menarik perhatian pembeli,” jelasnya. Contohnya inovasi dalam marketing seperti keringanan cicilan.

”Bisa lewat perpanjang cicilan yang awalnya dari 24 bulan menjadi 36 bulan. Perlu membuat sebuah gebrakan agar orang tetap mau beli,” ujarnya. Sementara itu, pengamat ekonomi Didik J Rachbini mengatakan, pelemahan ekonomi yang terjadi pada saat ini seharusnya menjadi peluang untuk mulai memperbanyak penggunaan bahan lokal. ”Saat yang tepat menggunakan bahan lokal,” jelas dia.

Selain itu, lanjut dia, pengusaha juga harus efisien dalam menjalankan aktivitas usaha. Langkah tersebut dianggap penting agar pelaku usaha bisa menghilangkan ihwal yang tidak penting. Di sisi lain, pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukar jangan sampai kebablasan sehingga tidak mengganggu indikator ekonomi lainnya. Pelambatan ekonomi ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap operator telekomunikasi, meski syarat dengan investasi dalam pengembangan jaringan namun Telkomsel mampu membukukan keuntungan.

Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan, salah satu strategi yang dilakukan adalah cost leadership dalam beroperasi, sehingga perseroan tetap produktif dan efektif. ”Untuk pembangunan jaringan, sebagian besar biayanya menggunakan rupiah jadi kenaikan dolar AS tidak terlalu signifikan berpengaruh kepada perseroan,” jelas Adita.

Kinerja Telkomsel pada semester I/2015 menurut Adita, masih menunjukan pertumbuhan yang baik. Telkomsel hingga Juni 2015 mampu mempertahankan kinerja yang gemilang melalui triple double digit growth dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 13%, EBITDA sebesar 10,7% dan laba bersih sebesar 14,7% secara Year on Year (YoY).

Telkomsel membukukan pendapatan sebesar Rp35,99 triliun dengan kontribusi pendapatan Digital Business tumbuh 37,6%. Telkomsel juga berhasil mencetak laba bersih senilai Rp10,1 triliun. Meski dibayangi pelambatan ekonomi, dia menegaskan, secara umum Telkomsel tetap fokus untuk melakukan perluasan dan peningkatan jaringan,

bahkan hingga kedaerah pelosok. Telkomsel juga mengutamakan dan menjaga kualitas produk serta layanan yang diberikan kepada pelanggan, sehingga pelanggan dapat menikmati layanan yang baik.

Hermansah/ dina angelina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0836 seconds (0.1#10.140)