Ribuan Karyawan Terancam PHK
A
A
A
SLAWI - Ribuan tenaga kerja di Kabupaten Tegal dan Kudus, Jawa Tengah terancam pemutusan hubungan kerja (PHK) menyusul terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah menembus Rp14.000.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Tegal memprediksi sekitar 20- an % perusahaan di daerah itu akan merumahkan pekerjanya karena ada penurunan produksi. ”Dampak yang paling terasa terutama di sektor usaha yang bahan bakunya dari impor.
Ongkos produksinya meningkat, jualnya tetap. Akhirnya, rugi,” kata Ketua Kadin Kabupaten Tegal Fatkhudin kemarin. Mengantisipasi kondisi itu, kalangan pengusaha sudah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya tidak menggenjot produksi atau mengurangi produksi.
Fatkhudin mengakui, langkah itu akan berimbas ancaman PHK. ”Langkah PHK itu tidak bisa dihindari ketika perekonomian sedang lesu seperti ini. Pengurangan produksi otomatis membuat ada karyawan tidak bekerja,” tandasnya. Fatkhudin menyebut jumlah perusahaan besar yang beroperasi di Kabupaten Tegal sekitar 20 unit usaha, perusahaan menengah 50, dan perusahaan kecil mencapai 1.000- an.
”Perkiraan 20% perusahaan yang mengurangi jumlah pekerja adalah perusahaan besar dan menengah,” ungkapnya. Meski begitu, Kabid Pembinaan dan Pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal Teguh Herdi Sancoyo mengatakan belum ada laporan adanya perusahaan yangmelakukanPHKkaryawan.
”Di Kabupaten Tegal belum ada indikasi itu. Kami juga belum mendapat laporan dari serikat pekerja atau pemberitahuan dari perusahaan,” kata Teguh. Berdasarkan data di Dinsosnakertrans, jumlah pekerja di Kabupaten Tegal mencapai 32.000 orang. Mereka bekerja di 250 perusahaan yang bergerak di berbagai sektor.
Dampak pelemahan rupiah juga mulai dirasakan kalangan perusahaan di Kabupaten Kudus. Mereka mulai melakukan sejumlah langkah efisiensi seiring imbas tidak bergairahnya laju perekonomian nasional. Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Kudus Hamidin mengatakan,
lambatnya pertumbuhan ekonomi dan melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada industri padat karya dan industri yang mengandalkan bahan baku impor di Kota Keretek. ”Sudah ada belasan industri padat karya dan industri yang menggunakan bahan baku impor melakukan efisiensi seiring kondisi terakhir,” kata Hamidin.
Farid firdaus/ muhammad oliez
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Tegal memprediksi sekitar 20- an % perusahaan di daerah itu akan merumahkan pekerjanya karena ada penurunan produksi. ”Dampak yang paling terasa terutama di sektor usaha yang bahan bakunya dari impor.
Ongkos produksinya meningkat, jualnya tetap. Akhirnya, rugi,” kata Ketua Kadin Kabupaten Tegal Fatkhudin kemarin. Mengantisipasi kondisi itu, kalangan pengusaha sudah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya tidak menggenjot produksi atau mengurangi produksi.
Fatkhudin mengakui, langkah itu akan berimbas ancaman PHK. ”Langkah PHK itu tidak bisa dihindari ketika perekonomian sedang lesu seperti ini. Pengurangan produksi otomatis membuat ada karyawan tidak bekerja,” tandasnya. Fatkhudin menyebut jumlah perusahaan besar yang beroperasi di Kabupaten Tegal sekitar 20 unit usaha, perusahaan menengah 50, dan perusahaan kecil mencapai 1.000- an.
”Perkiraan 20% perusahaan yang mengurangi jumlah pekerja adalah perusahaan besar dan menengah,” ungkapnya. Meski begitu, Kabid Pembinaan dan Pengawasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal Teguh Herdi Sancoyo mengatakan belum ada laporan adanya perusahaan yangmelakukanPHKkaryawan.
”Di Kabupaten Tegal belum ada indikasi itu. Kami juga belum mendapat laporan dari serikat pekerja atau pemberitahuan dari perusahaan,” kata Teguh. Berdasarkan data di Dinsosnakertrans, jumlah pekerja di Kabupaten Tegal mencapai 32.000 orang. Mereka bekerja di 250 perusahaan yang bergerak di berbagai sektor.
Dampak pelemahan rupiah juga mulai dirasakan kalangan perusahaan di Kabupaten Kudus. Mereka mulai melakukan sejumlah langkah efisiensi seiring imbas tidak bergairahnya laju perekonomian nasional. Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Kudus Hamidin mengatakan,
lambatnya pertumbuhan ekonomi dan melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada industri padat karya dan industri yang mengandalkan bahan baku impor di Kota Keretek. ”Sudah ada belasan industri padat karya dan industri yang menggunakan bahan baku impor melakukan efisiensi seiring kondisi terakhir,” kata Hamidin.
Farid firdaus/ muhammad oliez
(bbg)