Hadapi Korut, Korsel Tak Akan Mundur

Selasa, 25 Agustus 2015 - 09:59 WIB
Hadapi Korut, Korsel...
Hadapi Korut, Korsel Tak Akan Mundur
A A A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye menegaskan ”tidak akan mundur” melawan ancaman Korea Utara (Korut). Pernyataan itu menambah ketegangan militer di Semenanjung Korea.

Perundingan antara para petinggi militer kedua belah pihak kemarin memasuki hari ketiga dan belum ada sinyal positif. Penegasan Presiden Park tentang ancaman Korut itu menegaskan tantangan yang dihadapi Seoul memang tidak main-main. ”Tidak akan pernah mundur dalam menghadapi ancaman Korut,” tegas Park.

”Saya berjanji akan melakukan pembalasan keras setiap provokasi lebih lanjut,” imbuhnya, dikutip AFP. Park tetap mempertahankan sikap kerasnya terhadap Pyongyang. Dia juga tidak menunjukkansikaplemahterhadap Korut. Dia berjanji akan menentang segala bentuk kompromi terhadap Korut.

Sejak menjabat presiden, Park menetapkan kebijakan keras terhadap segala bentuk aksi Korut. Dia tidak ingin terjebak dalam provokasi negara tetangganya itu. Park juga mendesak Korut meminta maaf atas serangkaian aksi provokasinya selama ini, termasuk insiden ranjau darat yang melukai dua tentaranya pada awal Agustus lalu. Namun, Korut tampaknya tidak akan memenuhi tuntutan Park.

Permintaan maaf akan mengartikan Korut menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam insiden itu. Hal itu bertentangan dengan pernyataan yang disampaikan Korut pada beberapa kesempatan. Sampai saat ini Korut masih menepis tuduhan itu. Park mendorong Korut agar tidak berpura-pura.

Penanaman ranjau di Zona Demiliterisasi (DMZ) terbilang mustahil dilakukan oleh selain orang Korut. Faktanya, wilayah tersebut merupakan lokasi dua kekuatan militer Korsel dan Korut yang sangat ketat dan sulit diakses siapa pun. Apalagi hingga mampu membawa dan menanam ranjau.

Menurut Park, Korsel akan terus menyebarkan siaran propaganda anti-Korut, kecuali Pyongyang mau mengaku dan bertanggung jawab. ”Kami ingin Korut meminta maaf dengan jelas dan berupaya mencegah provokasi semacam itu dan menurunkan ketegangan,” ujarnya di hadapan pejabat tinggi Korsel.

Insiden ledakan ranjau itu bukan pertama kali aksi Korut yang membuat Korsel geram. Pada 11 Juli 2008 turis Korsel Park Wang-ja tewas dibunuh tentara Korut di Gunung Kumgang. Korut juga pernah menembak kapal Korsel Chun pada 26 Maret 2010 dan menembakkan misil ke Pulau Yeonpyeong pada 23 November 2010. Korut memang membuat banyak masalah dengan Korsel.

Insiden ledakan bom ranjau di DMZ membuat Korsel kesal. Petugas perbatasan dua negara juga sempat melakukan kontak senjata kendati tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Atas konfrontasi militer itu, dua negara menjadi siaga. Mereka mengerahkan kekuatan militer untuk melindungi negara masing-masing.

Dalam pandangan Yang Moo-jin, profesor Universitas Kajian Korut di Seoul, Presiden Park mengetahui bahwa Korut tidak akan menyatakan permintaan maaf. ”Dua belah pihak hanya saling menunjukkan tekanan satu sama lain,” kata Yang. Dia juga mengungkapkan perundingan perdamaian dua belah pihak sangat sulit terwujud.

Kementerian Pertahanan Korsel menyebutkan Korut telah melipatgandakan jumlah unit artileri di perbatasan Pyongyang juga menerjunkan dua pertiga dari 70 kapal selam di perairan yang berbatasan dengan Korsel. ”Korut mengadopsi sikap bermuka ganda dengan melanjutkan perundingan,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel Kim Min-seok.

Sedangkan Amerika Serikat (AS) yang memiliki 30.000 pasukan di Korsel menegaskan komitmen Washington untuk mendukung aliansinya. ”Seoul dan Washington mengkaji ulang penempatan aset militer strategis AS di Korsel,” kata Kim, dilansir Reuters . Namun, dia tidak menjelaskan detail bentuk aset militer milik Washington tersebut. Perundingan di Panmunjom, delegasi Korsel dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Kim Kwan-jin dan Hwang Pyong-so dari Korut.

Banyaknya sesi perundingan dan berlangsung maraton itu menunjukkan kesulitan dua pihak untuk menyelesaikan ketegangan. ”Resolusi isu yang tersedia di meja perundingan harus mendapatkan persetujuan dari pemimpin mereka,” ujar Yang Moo-jin. Memanaskan konflik dua negara itu membuat keprihatinan banyak pihak. Indonesia meminta Korsel dan Korut tetap menahan diri.

”Kami menekankan pentingnya mengurangi ketegangan dan menjaga situasi kondusif untuk kepentingan perdamaian, stabilitas, dan perkembangan di dua negara dan kawasan,” ungkap pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia. Hal senada juga diungkapkan Sekjen Ban Ki-moon yang juga meminta dua negara untuk mencapai kompromi.

Muh shamil/andika
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0654 seconds (0.1#10.140)