23 Kloter Telah Mendarat di Madinah
A
A
A
MADINAH - Sebanyak 23 kelompok terbang (kloter) jamaah haji asal Indonesia hingga kemarin telah mendarat di Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, Arab Saudi.
Rombongan dari berbagai embarkasi ini menghuni pemondokan di sejumlah hotel kawasan Markaziyah. Seusai diperiksa kelengkapan dokumen dan administrasi, jamaah haji keluar melalui terminal internasional. Kondisi ini menguntungkan karena proses pemeriksaan dokumen imigrasi relatif lebih cepat.
Awalnya, jamaah direncanakan keluar lewat terminal haji yang jaraknya dengan pemberhentian bus cukup jauh sehingga jamaah akan kepanasan. Namun setelah dilakukan pendekatan, otoritas bandara memberikan sedikit kelonggaran dengan menggeser Terminal Internasional Gate 3.
”Alhamdulillah kondisi jamaah haji sampai sini (Madinah) dalam keadaan baik. Mereka langsung diantarkan dengan bus ke pemondokan,” kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Jeddah-Madina, Nurul Badruttamam, kemarin.
Dia berharap otoritas bandara AMAA bisa tetap menempatkan pelayanan jamaah haji Indonesia di terminal internasional karena jaraknya lebih dekat dan pemeriksaan imigrasi tidak terlalu lama. ”Prosesnya hanya sekitar satu jam karena jalurnya paling cepat. Jika di Bandara Jeddah paling cepat dua sampai tiga jam. Ini kan sangat menguntungkan bagi jamaah karena tidak terlalu lama menunggu,” lanjut pegawai Inspektorat Jenderal Kemenag itu.
Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam memaparkan bahwa jamaah yang baru saja datang memang langsung menghuni pemondokan. Kondisi jamaah saat ini masih stabil dan belum ada yang terserang penyakit parah. Praktis hingga kemarin belum ada yang dievakuasi ke Rumah Sakit Arab Saudi.
Sedangkan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) pada Sabtu (22/8) lalu, ada sembilan pasien yang ditangani. ”Memang ada beberapa kendala seperti jamaah dalam satu kloter yang terpisah penginapannya karena tidak bisa tertampung di satu hotel. Masalah lainnya mengenai koper jamaah yang tertukar,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, Bandara AMAA Madinah yang baru diresmikan Juli lalu terbilang sangat luas dengan teknologi modern. Ruang tunggu kedatangan gedungnya menyatu dengan ruang imigrasi. Namun, ruang imigrasi tertutup dengan pintu tinggi, mirip sebuah hanggar pesawat. Gedungnya tinggi dan besar dengan rangka besi yang tinggi melengkung.
Jamaah tidak perlu khawatir karena kondisi suhu di dalam bandara cukup sejuk yang berasal dari alat pendingin udara berukuran raksasa. Sejumlah toko juga ada di areal ruang tunggu di bandara, di antaranya restoran cepat saji dan swalayan.
Sunu hastoro f
Rombongan dari berbagai embarkasi ini menghuni pemondokan di sejumlah hotel kawasan Markaziyah. Seusai diperiksa kelengkapan dokumen dan administrasi, jamaah haji keluar melalui terminal internasional. Kondisi ini menguntungkan karena proses pemeriksaan dokumen imigrasi relatif lebih cepat.
Awalnya, jamaah direncanakan keluar lewat terminal haji yang jaraknya dengan pemberhentian bus cukup jauh sehingga jamaah akan kepanasan. Namun setelah dilakukan pendekatan, otoritas bandara memberikan sedikit kelonggaran dengan menggeser Terminal Internasional Gate 3.
”Alhamdulillah kondisi jamaah haji sampai sini (Madinah) dalam keadaan baik. Mereka langsung diantarkan dengan bus ke pemondokan,” kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Jeddah-Madina, Nurul Badruttamam, kemarin.
Dia berharap otoritas bandara AMAA bisa tetap menempatkan pelayanan jamaah haji Indonesia di terminal internasional karena jaraknya lebih dekat dan pemeriksaan imigrasi tidak terlalu lama. ”Prosesnya hanya sekitar satu jam karena jalurnya paling cepat. Jika di Bandara Jeddah paling cepat dua sampai tiga jam. Ini kan sangat menguntungkan bagi jamaah karena tidak terlalu lama menunggu,” lanjut pegawai Inspektorat Jenderal Kemenag itu.
Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam memaparkan bahwa jamaah yang baru saja datang memang langsung menghuni pemondokan. Kondisi jamaah saat ini masih stabil dan belum ada yang terserang penyakit parah. Praktis hingga kemarin belum ada yang dievakuasi ke Rumah Sakit Arab Saudi.
Sedangkan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) pada Sabtu (22/8) lalu, ada sembilan pasien yang ditangani. ”Memang ada beberapa kendala seperti jamaah dalam satu kloter yang terpisah penginapannya karena tidak bisa tertampung di satu hotel. Masalah lainnya mengenai koper jamaah yang tertukar,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, Bandara AMAA Madinah yang baru diresmikan Juli lalu terbilang sangat luas dengan teknologi modern. Ruang tunggu kedatangan gedungnya menyatu dengan ruang imigrasi. Namun, ruang imigrasi tertutup dengan pintu tinggi, mirip sebuah hanggar pesawat. Gedungnya tinggi dan besar dengan rangka besi yang tinggi melengkung.
Jamaah tidak perlu khawatir karena kondisi suhu di dalam bandara cukup sejuk yang berasal dari alat pendingin udara berukuran raksasa. Sejumlah toko juga ada di areal ruang tunggu di bandara, di antaranya restoran cepat saji dan swalayan.
Sunu hastoro f
(ftr)