Menjadi Manusia Merah Putih
A
A
A
Ahmad Muchlishon
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Ketua Keluarga MathaliKetua Keluarga Mathaliul Falah (KMF) Jakarta
”Indonesia/merahdarahku/ putih tulangku/bersatu dalam semangatmu.” Begitulah sepenggal lirik lagu Kebyar-kebyar karya sang maestro Gombloh. Iya, kita lahir, besar dan tumbuh di Indonesia.
Namun tidak sedikit yang menjadi manusia pengingkar Merah Putih, mengkhianati sang ibu pertiwi dan tidak mengacuhkan cita-cita yang dicetuskan oleh para founding fathers bangsa ini. Memang, menjadi manusia Merah Putih haruslah berani berkorban, terus mengabdi dan lebih mementingkan kepentingan bangsa dan negara ini dari pada kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Kita kekurangan figur yang rela menggadaikan kebebasannya untuk bangsa ini, seperti Tan Malaka. Kita kehilangan sosok yang masih tetap menghormati dan mendukung pemerintahan meski ia berbeda pendapat seperti Syahrir. Kita krisis negarawan yang lebih mementingkan kepentingan bangsanya dari pada dirinya seperti Hatta. Kita merindukan pemimpin yang tegas, mampu menggerakkan, menyatukan hati rakyat dan menjadi problem solver macam Bung Karno.
Bung Hatta berkata bahwa hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku . Kita juga seharusnya menanamkan semangat keindonesiaan dan kebangsaan bukan hanya di bibir semata. Pada hari jadinya yang ketujuh puluh tahun ini, Indonesia dihadapkan dengan berbagai macam persoalan, namun ketidakstabilan ekonomi global hingga menyebabkan ekonomi melemah dan terjun adalah masalah serius yang dialami bangsa ini.
Permasalahan tersebut hingga menyebabkan presiden me-reshuffle beberapa menterinya. Ditambah dengan persoalan korupsi yang tidak ada putusnya. Indonesia adalah negara yang kaya baik dalam sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya, namun Indonesia miskin dan krisis manusia yang memiliki semangat Merah Putih.
Manusia yang memiliki semangat untuk membangun negeri ini ke arah yang lebih baik, manusia yang berkarakter dan manusia yang rela menderita demi Indonesia. Untuk menciptakan pribadi yang tangguh seperti itu tentu tidaklah mudah, butuh proses yang tidak sebentar dan efektif.
Dan, pendidikan adalah cara yang paling efektif dan efisien dalam menciptakan manusia Indonesia yang berjiwa merah putih. Selama ini para koruptor adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, jadi ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan kita. Dan untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan manusia Merah Putih bukan hanya tugas pemerintah semata, melainkan juga tugas swasta, LSM, dan rakyat.
Sistem pendidikan yang baik tentu akan melahirkan generasi yang berkualitas dan memiliki semangat Merah Putih. Kita harus bahu-membahu dan bekerjasama untuk Indonesia yang lebih baik dan sejahtera. Semoga!
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Ketua Keluarga MathaliKetua Keluarga Mathaliul Falah (KMF) Jakarta
”Indonesia/merahdarahku/ putih tulangku/bersatu dalam semangatmu.” Begitulah sepenggal lirik lagu Kebyar-kebyar karya sang maestro Gombloh. Iya, kita lahir, besar dan tumbuh di Indonesia.
Namun tidak sedikit yang menjadi manusia pengingkar Merah Putih, mengkhianati sang ibu pertiwi dan tidak mengacuhkan cita-cita yang dicetuskan oleh para founding fathers bangsa ini. Memang, menjadi manusia Merah Putih haruslah berani berkorban, terus mengabdi dan lebih mementingkan kepentingan bangsa dan negara ini dari pada kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Kita kekurangan figur yang rela menggadaikan kebebasannya untuk bangsa ini, seperti Tan Malaka. Kita kehilangan sosok yang masih tetap menghormati dan mendukung pemerintahan meski ia berbeda pendapat seperti Syahrir. Kita krisis negarawan yang lebih mementingkan kepentingan bangsanya dari pada dirinya seperti Hatta. Kita merindukan pemimpin yang tegas, mampu menggerakkan, menyatukan hati rakyat dan menjadi problem solver macam Bung Karno.
Bung Hatta berkata bahwa hanya ada satu negara yang pantas menjadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan dan perbuatan itu adalah perbuatanku . Kita juga seharusnya menanamkan semangat keindonesiaan dan kebangsaan bukan hanya di bibir semata. Pada hari jadinya yang ketujuh puluh tahun ini, Indonesia dihadapkan dengan berbagai macam persoalan, namun ketidakstabilan ekonomi global hingga menyebabkan ekonomi melemah dan terjun adalah masalah serius yang dialami bangsa ini.
Permasalahan tersebut hingga menyebabkan presiden me-reshuffle beberapa menterinya. Ditambah dengan persoalan korupsi yang tidak ada putusnya. Indonesia adalah negara yang kaya baik dalam sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya, namun Indonesia miskin dan krisis manusia yang memiliki semangat Merah Putih.
Manusia yang memiliki semangat untuk membangun negeri ini ke arah yang lebih baik, manusia yang berkarakter dan manusia yang rela menderita demi Indonesia. Untuk menciptakan pribadi yang tangguh seperti itu tentu tidaklah mudah, butuh proses yang tidak sebentar dan efektif.
Dan, pendidikan adalah cara yang paling efektif dan efisien dalam menciptakan manusia Indonesia yang berjiwa merah putih. Selama ini para koruptor adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, jadi ada yang tidak beres dengan sistem pendidikan kita. Dan untuk menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan manusia Merah Putih bukan hanya tugas pemerintah semata, melainkan juga tugas swasta, LSM, dan rakyat.
Sistem pendidikan yang baik tentu akan melahirkan generasi yang berkualitas dan memiliki semangat Merah Putih. Kita harus bahu-membahu dan bekerjasama untuk Indonesia yang lebih baik dan sejahtera. Semoga!
(ars)