Politik: Alat atau Tujuan?

Selasa, 18 Agustus 2015 - 08:55 WIB
Politik: Alat atau Tujuan?
Politik: Alat atau Tujuan?
A A A
Sulistyowati
Mahasiswi Jurusan Ilmu Politik FISIP UI

Setiap individu dari kita berhak memaknai apa itu esensi dari ”kemerdekaan” yang mereka miliki.

Tentunya hal ini akan memunculkan konsekuensi beragamnya arti dari kemerdekaan itu sendiri, bergantung pada perspektif mana yang digunakan. Bisa saja dari perspektif iptek, agama, budaya, hukum, maupun sosial dan politik. Dari kacamata politik sendiri misalnya, kemerdekaan dapat secara bebas dinilai sebagai sebuah kesempatan bagi aktor politik untuk memilih seperti apa penggunaan kekuasaan yang dimiliki.

Mereka mempunyai dua pilihan serba ekstrem, antara menjadikan politik sebagai sebuah alat atau justru tujuan. Menjadikan politik sebagai sebuah alat tentu lebih mulia ketimbang sebagai tujuan. Alat di sini dimaksudkan sebagai wahana bagi mereka untuk menyejahterakan rakyat. Kekuasaan yang mereka miliki digunakan untuk mengoptimalkan kerja-kerja strategis untuk kemajuan negaranya.

Sementara itu, politik sebagai sebuah tujuan digunakan oleh aktor politik tidak bertanggung jawab yang mendestinasikan kekuasaannya untuk sumber kekayaan dirinya semata. Hal ini diperkuat dengan istilah kuno yang sangat familier, power tends to corrupt. Siapa pun ia, dari mana pun latar belakangnya, seharusnya mampu memahami bagaimana cara mengelola hasrat alami mereka untuk berkuasa melalui saluran yang baik.

Di sinilah letak kemerdekaan berperan. Ia harus mampu memerdekakan dirinya sendiri untuk menolak hasrat negatif tersebut untuk selanjutnya memilih mendedikasikan dirinya kepada rakyat. Yang selanjutnya diperlukan ialah kesadaran bahwa kemerdekaan bukan hanya soal bebas yang sebebas-bebasnya, karena kebebasan seseorang selalu dibatasi oleh kebebasan orang yang lain.

Dengan menjadikan politik sebagai sebuah alat untuk mencapai kesejahteraan rakyat, seharusnya mereka mampu menempatkan kepentingan diri mereka pada tempat yang tepat. Berusaha menyadari bahwa negara ini tidak dimiliki oleh satu-dua orang semata, tetapi juga oleh 250 jutaan orang. Kemerdekaan dalam ranah politik sesungguhnya ialah ketika digunakan sebagai sebuah alat untuk mencapai kesejahteraan rakyat, bukan tujuan untuk memenuhi hasrat serakah manusia untuk memperoleh kekuasaan dan menyingkirkan yang lain.

Jika semua elemen masyarakat menyadari paradigma tersebut, niscaya tak akan ada lagi orang-orang yang berkelana ke sana-kemari mencari esensi dari term ”merdeka” itu sendiri. Karena baginya, merdeka adalah bagaimana mengelola hasrat berkuasa menjadi sesuatu yang dapat diberdayakan bagi kemaslahatan masyarakat.

Memastikan 250 jutaan rakyat dapat hidup layak di semua aspek kehidupan. Dan, semangat kemerdekaan itu akan terus-menerus hidup di dalam dirinya serta ditularkan kepada yang lain dari generasi ke generasi.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0638 seconds (0.1#10.140)