Di Depan Kongres AS, DPR Cerita Rencana Bangun Gedung Baru
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan antara anggota Kongres Amerika Serikat (AS) dan para pemimpin DPR membahas berbagai isu politik dan sosial. Dalam pertemuan tersebut juga sempat disinggung rencana DPR membangun museum parlemen yang masuk dalam tujuh ikon DPR.
Berbicara kepada para Anggota Kongres AS, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, pihaknya akan membuat Kompleks DPR menjadi modern seperti yang dilakukan AS dan negara maju lainnya.
"Saya ceritakan, di sini juga ada gedung tua, gedung tua ini kita akan revitalisasi menjadi museum dan perpustakaan," kata Fahri usai menjamu para anggota Parlemen AS, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (16/8/2015).
Menurut Fahri, parlemen seperti AS dan negara maju lainnya sudah berhasil mereformasi diri. Hal itu yang ingin ditingkatkan dari parlemen Indonesia. Adanya museum dan perpustakaan menjadi modal untuk membentuk wajah parlemen Indonesia lebih modern.
"Di sekitar kongresnya (AS) itu banyak museum. Orang bisa mengenal memori sejarahnya. Lalu kemudian mereka punya banyak staf," ungkapnya.
Presiden Jokowi sempat menolak melakukan tanda tangan tujuh ikon proyek milik DPR tersebut. Terhadap hal itu, Fahri menepis jika Jokowi telah menolak.
Menurut dia, museum dan perpustakaan akan segera dibangun menggunakan anggaran negara. "(Museum) enggak menunda, enggak ada yang menunda. Proses anggarannya baru dipidatokan jalan semua. Udahlah tenang saja. Enggak usah diadu domba DPR dengan presiden," ujarnya.
"Ini gedung milik rakyat. Nanti ini tempat untuk rakyat itu melihat sejarah bangsanya, tempat belajar, tempat segala macam. Bukan untuk kita," pungkasnya.
Pilihan:
Kekuatan Marinir Indonesia Masuk Tiga Besar di Dunia
Tanda Jasa ke Bimantoro Lukai Hati Nahdliyin & Gusdurian
Berbicara kepada para Anggota Kongres AS, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyatakan, pihaknya akan membuat Kompleks DPR menjadi modern seperti yang dilakukan AS dan negara maju lainnya.
"Saya ceritakan, di sini juga ada gedung tua, gedung tua ini kita akan revitalisasi menjadi museum dan perpustakaan," kata Fahri usai menjamu para anggota Parlemen AS, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (16/8/2015).
Menurut Fahri, parlemen seperti AS dan negara maju lainnya sudah berhasil mereformasi diri. Hal itu yang ingin ditingkatkan dari parlemen Indonesia. Adanya museum dan perpustakaan menjadi modal untuk membentuk wajah parlemen Indonesia lebih modern.
"Di sekitar kongresnya (AS) itu banyak museum. Orang bisa mengenal memori sejarahnya. Lalu kemudian mereka punya banyak staf," ungkapnya.
Presiden Jokowi sempat menolak melakukan tanda tangan tujuh ikon proyek milik DPR tersebut. Terhadap hal itu, Fahri menepis jika Jokowi telah menolak.
Menurut dia, museum dan perpustakaan akan segera dibangun menggunakan anggaran negara. "(Museum) enggak menunda, enggak ada yang menunda. Proses anggarannya baru dipidatokan jalan semua. Udahlah tenang saja. Enggak usah diadu domba DPR dengan presiden," ujarnya.
"Ini gedung milik rakyat. Nanti ini tempat untuk rakyat itu melihat sejarah bangsanya, tempat belajar, tempat segala macam. Bukan untuk kita," pungkasnya.
Pilihan:
Kekuatan Marinir Indonesia Masuk Tiga Besar di Dunia
Tanda Jasa ke Bimantoro Lukai Hati Nahdliyin & Gusdurian
(maf)