Kritik Media, Jokowi Warisi Sifat Megawati
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato tahunannya di DPR/DPD sempat mengkritik media dengan menyebut hanya mengejar rating semata dalam pemberitaannya.
Sikap seperti ini menurut Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf sama dengan yang ditunjukkan pendahulunya, Megawati Soekarnoputri yang kerap melontarkan kritikan serta ketidaksukaannya kepada media.
"Saya melihatnya aneh itu. Saya teringat Megawati, pola pikir seperti itu kepada pers dengan mengatakan memelintir. Padahal pers itu kan sahabat politisi, sahabat pemerintah. Bukan musuh. Jadi tidak usah tiru Megawati lah soal itu," ujar Maswadi saat berbincang dengan SINDO, Jumat 14 Agutus 2015.
"Apalagi pers itu mesti bersahabat, bukan dicurigai. Ini politik Megawati, ya Jokowi sepertinya terpengaruh Megawati dan salah," sambungnya.
Menurut pria bergelar profesor ini, selayaknya seorang presiden tidak memusuhi, menyalahkan dan menuduh media. Apalagi, sampai mengatakan apa yang dilakukan hanya ingin mencari sensasi.
"Seperti yang dikatakan Puan. Saya ingin katakan mereka ini kok kompak banget menuduh yang salah," sesal Maswadi.
Maswadi berpendapat, pidato kenegaraan tahunan ini selaiknya digunakan untuk menyampaikan sikap presiden atas peristiwa yang terjadi selama satu tahun terakhir. "Jadi tidak laik lah pidato kenegaraan itu untuk kata-kata menghujat pers," tegasnya.
Dia pun menyarankan agar Presiden Jokowi sebaiknya merangkul media untuk menjelaskan program-program pemerintahannya. "Justru presiden itu harus secara rutin bertemu dengan pimpinan redaksi, pimpinan pemberitaan untuk menjelaskan kebijakan pemerintah. Supaya tidak berspekulasi," tuntasnya.
PILIHAN:
Bos Nasdem Bela Jokowi Soal Kritik Media
Seskab Klaim Pidato Jokowi Sesuai dengan Janji Kampanye
Sikap seperti ini menurut Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Maswadi Rauf sama dengan yang ditunjukkan pendahulunya, Megawati Soekarnoputri yang kerap melontarkan kritikan serta ketidaksukaannya kepada media.
"Saya melihatnya aneh itu. Saya teringat Megawati, pola pikir seperti itu kepada pers dengan mengatakan memelintir. Padahal pers itu kan sahabat politisi, sahabat pemerintah. Bukan musuh. Jadi tidak usah tiru Megawati lah soal itu," ujar Maswadi saat berbincang dengan SINDO, Jumat 14 Agutus 2015.
"Apalagi pers itu mesti bersahabat, bukan dicurigai. Ini politik Megawati, ya Jokowi sepertinya terpengaruh Megawati dan salah," sambungnya.
Menurut pria bergelar profesor ini, selayaknya seorang presiden tidak memusuhi, menyalahkan dan menuduh media. Apalagi, sampai mengatakan apa yang dilakukan hanya ingin mencari sensasi.
"Seperti yang dikatakan Puan. Saya ingin katakan mereka ini kok kompak banget menuduh yang salah," sesal Maswadi.
Maswadi berpendapat, pidato kenegaraan tahunan ini selaiknya digunakan untuk menyampaikan sikap presiden atas peristiwa yang terjadi selama satu tahun terakhir. "Jadi tidak laik lah pidato kenegaraan itu untuk kata-kata menghujat pers," tegasnya.
Dia pun menyarankan agar Presiden Jokowi sebaiknya merangkul media untuk menjelaskan program-program pemerintahannya. "Justru presiden itu harus secara rutin bertemu dengan pimpinan redaksi, pimpinan pemberitaan untuk menjelaskan kebijakan pemerintah. Supaya tidak berspekulasi," tuntasnya.
PILIHAN:
Bos Nasdem Bela Jokowi Soal Kritik Media
Seskab Klaim Pidato Jokowi Sesuai dengan Janji Kampanye
(kri)