Sentimen Anti-Trump Semakin Menguat

Senin, 10 Agustus 2015 - 10:34 WIB
Sentimen Anti-Trump Semakin Menguat
Sentimen Anti-Trump Semakin Menguat
A A A
Para pendukung Partai Republik mulai marah dengan berbagai ejekan yang diungkapkan kandidat calon presiden (capres) Donald Trump dalam berbagai kesempatan. Respons pendukung dan politisi Partai Republik terhadap Trump menjadi risiko sebagai seorang kandidat capres yang menentang gravitasi politik.

Apalagi, kekuatan Partai Republik juga tidak pernah berpihak kepada Trump. Semakin Trump menjauhi Partai Republik, dia justru semakin populer. Trump tidak diundang dalam forum aktivis konservatif atau RedState pada Sabtu (8/8) malam di Atlanta, Amerika Serikat (AS).

Padahal, pertemuan itu merupakan pertemuan bergengsi bagi kandidat capres untuk meningkatkan dukungan. ”Saya tidak akan mengundang Trump karena pernyataannya dalam wawancara di CNN tentang Megyn Kelly,” tutur Pemimpin Red- State Erick Erickson, dikutip Reuters .

Erickson justru mengundang Kelly untuk menggantikan Trump dalam konferensi tersebut. Dia membatalkan undangan Trump karena miliarder itu tidak ingin seseorang di panggung mendapatkan pertanyaan dari seorang perempuan. Dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN, Trump mengejek Kelly - host debat kandidat capres Partai Republik.

”Darah keluar dari matanya (Kelly) dan apa pun,” ejek Trump. Kemarahan miliarder properti itu setelah Kelly menanyakan tentang isu perempuan kepada Trump dalam debat kandidat capres Partai Republik yang disiarkan Fox News pada Kamis (6/8). Tim kampanye Trump meralat pernyataan di mana kata ”apa pun” bermaksud hidung.

Selain itu, mereka juga menyatakan Trump memecat penasihat politik senior Roger Stone. Itu menjadi pemecatan kedua setelah staf seniornya jugadipecat pekanlalu.”Stonedipecat karena dia menggunakan kampanye Trump untuk popularitas pribadinya,” demikian keterangan tim kampanye Trump.

Sabtu (8/8) waktu setempat, Trump menegaskan kembali tentang sikap politik benar yang menjadi isu dalam debat kandidat capres sebelumnya. ”Begitu banyak kebodohan politik yang benar di negara kita,” tulisnya dalam akun Twitter. Dia menyerukan agar semua pihak untuk kembali bekerja.

”Hentikan buang waktu dan energi untuk omong kosong,” tambahnya. Kemarahan Partai Republik juga direpresentasikan para kandidat capres lain seperti Lindsey Graham. Senator asal South Carolina itu menyatakan sudah cukup bagi Trump untuk menciptakan kontroversi.

”Sebagai partai, kita lebih baik menghadapi risiko kehilangan DonaldTrumpdaripada menang(pemilu 2016) bersama dia,” kata Graham. Menurut dia, Partai Republik menentang segala serangan dan ejekan Trump terhadap Megyn Kelly dan lainnya. Dalam forum RedState itu, Jeb Bush juga mengkritik Trump.

”Apakah kita akan menang? Apakah kita akan mengejek 53% pemilih?” tanya Jeb Bush tanpa menyebut Trump. Hal senada juga diungkapkan mantan Gubernur Arkansas Mike Huckabee yang menyatakan frustrasi atas kegilaan yang dilakukan Trump.

”Apakah kita memiliki pertanyaan selain Trump?” tanya Huckabee, dikutip BBC. Dia menegaskan dirinya maju sebagai capres dan ingin ditanya tentang isu yang krusial. Sebenarnya Trump memiliki sejarah panjang melontarkan penghinaan kepada orang-orang yang dianggap telah memperlakukannya dengan tidak adil.

Dalam bukunya yang berjudul Trump: How to Get Rich, Trump menyarankan kepada pembacanya untuk melakukan hal yang sama. ”Selama bertahun-tahun saya sudah mengatakan bahwa bila ada orang yang menjahati Anda, jahati balik,” tulis Trump. ”Ketika seseorang melukai Anda, perlakukan mereka dengan sejahat mungkin,” imbuhnya dalam buku tersebut.

Trump masih memiliki banyak pendukung Partai Republik. Mereka adalah pendukung Republik yang memiliki pemikiran terbuka. Myra Adams, penulis dari Alexandria, Virginia, mengungkapkan Trump sebagai politikus yang otentik.

”Trump sangat otentik dalam arena politik dan kepresidenan di mana Anda akan memainkan beberapa peraturan - diplomasi, penghormatan,” katanya. Dia mengungkapkan, Trump belum memiliki penyaring dalam hal itu.

Andika Hendra M
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6010 seconds (0.1#10.140)
pixels