Panglima TNI Siap Latih Personel Brimob Polri
A
A
A
SEMARANG - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyetujui permintaan agar TNI melatih personel Brimob Polri, khusus untuk kemampuan bertahan hidup dan penjejakan.
”Disetujui latihan survival dan penjejakan, bukan kemampuan Raider,” kata Panglima TNI seusai memberi pengarahan pada taruna TNIPolri yang akan dilantik menjadi perwira di Akademi Kepolisian Semarang kemarin. Menurut dia, latihan bisa diberikan di mana saja, mengingat seluruh kodam memiliki fasilitas tersebut. Adapun untuk pelaksanaannya, lanjut dia, bergantung keputusan karena TNI siap setiap saat.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, peningkatan kemampuan personel Brimob ini dinilai penting, terutama dalam pengejaran pelaku terorisme. Dalam pengejaran teroris kelompok Santoso, kata dia, polisi dihadapkan medan seperti hutan dan gunung.
”Brimob belum terlatih untuk pengejaran di hutan dan gunung, oleh karena itu perlu peningkatan kemampuan,” katanya. Kemampuan yang perlu ditingkatkan, kata dia, antara lain penjejakan dan kemampuan bertahan hidup di hutan untuk waktu yang lama. ”Bukan kemampuan berperang, melainkan hanya item tertentu untuk minta pelatihan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan latihan bersama antara Raider dan Brimob itu bisa berdampak buruk kepada kedua satuan itu. Menurutnya, sejak awal kedua satuan tersebut dibentuk dengan tujuan yang berbeda. Brimob didirikan untuk pengamanan masyarakat, adapun pembentukan Raider bertujuan untuk menjaga kesatuan Republik Indonesia. ”Brimob memang tidak seharusnya di-upgrade menjadi pasukan yang siap diterjunkan di perang seperti layaknya Raider. Mereka harus dibedakan,” ujarnya.
Desmond juga mengatakan, terkait daerah-daerah yang terdapat perlawanan separatisme seperti Papua dan Aceh, memang dibutuhkan Brimob dengan kemampuan seperti yang dimiliki TNI. Namun untuk daerah seperti di Jawa, hal ini bisa berbahaya karena akan membuat polisi menjadi arogan.
”Kita harus berhati-hati menyikapinya. Kalau bilang perlu, ya perlu. Tapi seberapa banyak keperluannya kita harus bedakan. Kapolri harus hati-hati menempatkan orang, karena Brimob dengan gaya Kopassus ini meng khawatirkan dan justru bisa menimbulkan masalah di sebagian wilayah nantinya,” katanya. Menurutnya, jika Brimob memiliki kemampuan seperti Kopassus maka bisa menghilangkan unsur pendekatan Linmas dan Sabhara yang dimiliki Polri.
”Lagi pula apakah semua anggota Brimob akan berkarier di Brimob, kan tidak,” tambahnya. Hal senada juga diungkapkan anggota DPR Komisi III lainnya, Muslim Ayub. Dia mengatakan permintaan latihan bersama Raider memang salah satu upaya menyiasati penumpasan aksi terorisme di Tanah Air. Tapi yang harus diperjelas, tuturnya, adalah pengkhususan tugas Polri dengan TNI dalam menghadapi ancaman masyarakat sipil serta bukan separatisme dan terorisme.
”Karena kan Brimob tugasnya banyak menghadapi demonstran. Jadi harus dipilah yang masuk ke hutan dan yang menghadapi demonstran,” tegasnya kemarin saat dihubungi. Politikus PAN ini mengungkapkan agar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mempertimbangkan permintaan Kapolri tersebut. Muslim juga berharap Kapolri membuat pemetaan yang jelas mengenai personel Brimob yang akan mengikuti pelatihan Raider. ”Sepanjang bermanfaat bagi kepentingan negara, dan tidak ada unsur politis,” ujarnya.
Mula akmal
”Disetujui latihan survival dan penjejakan, bukan kemampuan Raider,” kata Panglima TNI seusai memberi pengarahan pada taruna TNIPolri yang akan dilantik menjadi perwira di Akademi Kepolisian Semarang kemarin. Menurut dia, latihan bisa diberikan di mana saja, mengingat seluruh kodam memiliki fasilitas tersebut. Adapun untuk pelaksanaannya, lanjut dia, bergantung keputusan karena TNI siap setiap saat.
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan, peningkatan kemampuan personel Brimob ini dinilai penting, terutama dalam pengejaran pelaku terorisme. Dalam pengejaran teroris kelompok Santoso, kata dia, polisi dihadapkan medan seperti hutan dan gunung.
”Brimob belum terlatih untuk pengejaran di hutan dan gunung, oleh karena itu perlu peningkatan kemampuan,” katanya. Kemampuan yang perlu ditingkatkan, kata dia, antara lain penjejakan dan kemampuan bertahan hidup di hutan untuk waktu yang lama. ”Bukan kemampuan berperang, melainkan hanya item tertentu untuk minta pelatihan,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa mengatakan latihan bersama antara Raider dan Brimob itu bisa berdampak buruk kepada kedua satuan itu. Menurutnya, sejak awal kedua satuan tersebut dibentuk dengan tujuan yang berbeda. Brimob didirikan untuk pengamanan masyarakat, adapun pembentukan Raider bertujuan untuk menjaga kesatuan Republik Indonesia. ”Brimob memang tidak seharusnya di-upgrade menjadi pasukan yang siap diterjunkan di perang seperti layaknya Raider. Mereka harus dibedakan,” ujarnya.
Desmond juga mengatakan, terkait daerah-daerah yang terdapat perlawanan separatisme seperti Papua dan Aceh, memang dibutuhkan Brimob dengan kemampuan seperti yang dimiliki TNI. Namun untuk daerah seperti di Jawa, hal ini bisa berbahaya karena akan membuat polisi menjadi arogan.
”Kita harus berhati-hati menyikapinya. Kalau bilang perlu, ya perlu. Tapi seberapa banyak keperluannya kita harus bedakan. Kapolri harus hati-hati menempatkan orang, karena Brimob dengan gaya Kopassus ini meng khawatirkan dan justru bisa menimbulkan masalah di sebagian wilayah nantinya,” katanya. Menurutnya, jika Brimob memiliki kemampuan seperti Kopassus maka bisa menghilangkan unsur pendekatan Linmas dan Sabhara yang dimiliki Polri.
”Lagi pula apakah semua anggota Brimob akan berkarier di Brimob, kan tidak,” tambahnya. Hal senada juga diungkapkan anggota DPR Komisi III lainnya, Muslim Ayub. Dia mengatakan permintaan latihan bersama Raider memang salah satu upaya menyiasati penumpasan aksi terorisme di Tanah Air. Tapi yang harus diperjelas, tuturnya, adalah pengkhususan tugas Polri dengan TNI dalam menghadapi ancaman masyarakat sipil serta bukan separatisme dan terorisme.
”Karena kan Brimob tugasnya banyak menghadapi demonstran. Jadi harus dipilah yang masuk ke hutan dan yang menghadapi demonstran,” tegasnya kemarin saat dihubungi. Politikus PAN ini mengungkapkan agar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mempertimbangkan permintaan Kapolri tersebut. Muslim juga berharap Kapolri membuat pemetaan yang jelas mengenai personel Brimob yang akan mengikuti pelatihan Raider. ”Sepanjang bermanfaat bagi kepentingan negara, dan tidak ada unsur politis,” ujarnya.
Mula akmal
(ars)