Idul Fitri Islam Nusantara

Rabu, 15 Juli 2015 - 11:10 WIB
Idul Fitri Islam Nusantara
Idul Fitri Islam Nusantara
A A A
Idul Fitri menghadirkan renungan bagi kaum muslim untuk kembali menyucikan diri. Secara mendasar, Idul Fitri bermakna kembali kepada kesucian. Setelah melalui proses berpuasa selama satu bulan, umat Islam mendapatkan berkah kesucian hati dan kejernihan jiwa.

Suci dalam hal ini tidak sekadar pencapaian fisik, akan tetapi juga proses peningkatan kualitas batin. Dalam Islam, yang fisik dan spiritual tersambung oleh proses kekhusyukan ibadah, yang dzahir (lahiriah) dan batin terkoneksi oleh ritualritual. Inilah keindahan Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang membentuk peradaban manusia selama lebih dari 13 abad di muka bumi ini.

Dalam Idul Fitri kita diajak untuk saling memaafkan, saling menghormati satu sama lain. Karena manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang sering berbuat salah dan lalai. Meski menjadi khalifah fil ardh, manusia pada dasarnya memiliki kekurangan karena simpul kesalahan dan kekhilafan yang tak kunjung usai. Akan tetapi, manusia memiliki kecerdasan akal dan moral.

Dengan akal, manusia akan mampu mengetahui yang benar dan salah (haq wal bathil) dengan etika manusia akan memiliki basis standar untuk membedakan baik dan buruk. Untuk itu, proses permintaan maaf menjadi rujukan utama dalam etika kemanusiaan.

Alquran menggaris bawahi bahwa maaf menjadi substansi dalam relasi kemanusiaan: Fabimaa rahmatin minallahi linta lahum, walau kunta fadzdzan ghalidza al-qalbi lanfadhu min haulik, fa’fu ‘anhum wastaghfilahum wa syawirhum fil amri(maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut dari mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan, Ali Imron, 159). Dalam masyarakat Jawa, Idul Fitri tidak sekadar ritual pergantian momentum pasca- Ramadan. Idul Fitri juga menghadirkan proses untuk menyempurnakan proses menyucikan batin, dengan saling memaafkan.

Muslim Jawa memiliki ungkapan simbolik kupat (ketupat) dan lepet untuk menggambarkan indahnya Idul Fitri. Islam Jawa memberi ruang bagi hadirnya khazanah kebudayaan yang harmonis dengan nilai-nilai keislaman. Inilah bagian penting dari proses cerdas Islam Nusantara, yang tidak menyingkirkan tradisi, akan tetapi selaras dengan budaya.

Kupatdan lepet merupakan ungkapan simbolik masyarakat Jawa. Kupatbermakna ngaku lepat (mengaku bersalah), sedangkan lepet menghadirkan ungkapan silep ingkang rapet (ditutup/dipendam yang rapat). Artinya, ada proses yang terkoneksi antara ungkapan mengaku bersalah dan memaafkan secara tulus.

Kupatdan lepet menggambarkan keagungan batin manusia untuk menjadikan dirinya merendah dengan mengaku maaf, akan tetapi kerendahan ini ternyata akan meningkatkan kemuliaan. Memaafkan merupakan perasaan batin yang paling indah, karena dengan memaafkan akan terjalin kembali silaturahmi, akan bersemi cinta kasih dan hadir kebahagiaan.

Dengan demikian, kupat dan lepet tidak sekadar menjadi referensi ragam kuliner, tetapi menyimpan makna simbolik bagi umat Islam di negeri ini. Inilah keindahan Islam Nusantara yang secara harmonis menjembatani nilai-nilai keislaman, kebudayaan, dan kebangsaan.

KH SAID AQIL SIRADJ
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5111 seconds (0.1#10.140)