Jangan Remehkan Situasi Ekonomi

Minggu, 12 Juli 2015 - 10:36 WIB
Jangan Remehkan Situasi...
Jangan Remehkan Situasi Ekonomi
A A A
JAKARTA - Pemerintah didesak segera mengambil langkah-langkah cepat dan konkret untuk menyelamatkan perekonomian nasional. Dengan pertumbuhan melambat, pemerintah tidak bisa lagi melontarkan konsep-konsep yang hanya sebatas wacana dan pencitraan.

”Pemerintah jangan anggap remeh kondisi ekonomi yang lesu saat ini. Indonesia perlu solusi tepat sasaran dan dilakukan dengan cepat,” kata Ketua Umum DPP Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo( HT) diJakartakemarin. HT mengingatkan, kekuatan penopang ekonomi nasional telah berubah. Pada era 1970- an, ekonomi terbantu dengan oil boom di mana Indonesia masih negara pengekspor minyak dan anggota OPEC.

Pada akhir 1980-an dan 1990-an ekonomi nasional dibentengi basis industri sektor manufaktur yang berkembang sehingga investasi mengalir deras ke Tanah Air. Adapun pada 2000-2012, Indonesia mendapat windfall dengan melonjaknya harga komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit. Sekarang situasinya berbeda. Indonesia bukan lagi pengekspor, melainkan pengimpor minyak.

Basis industri manufaktur anjlok dan bergeser ke konsumsi serta harga komoditas di pasaran internasional terjun bebas. ”Jadi tidak ada satu kekuatan ekonomi yang solid yang menopang ekonomi nasional saat ini. Ekonomi kita bahkan bergantung pada konsumsi yang juga menurun akibat pelemahan ekonomi dan kurs,” kata HT.

Lebih ironis, berbagai jenis bahan pokok yang menjadi makanan utama rakyat seperti beras, kedelai, gula, garam, dan cabai merupakan hasil impor. Investasi yang bisa menjadi andalan pertumbuhan ekonomi juga tidak tercapai karena kurang jelasnya arah kebijakan pembangunan dan menurunnya ekonomi internasional.

”Banyak konsep disampaikan, tetapi itu tidak menyentuh solusi yang dibutuhkan bangsa. Jika pemerintah tidak hatihati, target pembangunan pasti tidak akan tercapai, akan banyak PHK (pemutusan hubungan kerja) dan daya saing nasional menurun dalam menghadapi MEA,” lanjut dia.

HT kembali menegaskan, situasi ekonomi saat ini juga berimbas pada menurunnya kualitas hidup masyarakat golongan ekonomi lemah seperti pengusaha mikro/kecil, petani, nelayan, dan buruh. Selain itu, pengangguran juga meningkat. ”Harus ada tindakan untuk mengatasi persoalan ini. Harus ada program-program tepat sasaran,” katanya.

Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Darmin Nasution mengatakan, motor penggerak ekonomi Indonesia sejak 2006 yang sangat diandalkan adalah pengelolaan sumber daya alam. Dia mengakui siklus ekonomi dunia sudah berubah. ”Harga komoditas kalau di-tunggu 10 tahun lagi belum tentu akan membaik,” kata Darmin.

Seperti diberitakan, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 sebesar 4,7%, turun dibandingkan periode sama tahun lalu 5,2%. Sepanjang 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu di atas 5%. Kuartal II/2014 sebesar 5,12%, kuartal III dan IV masing-masing mencapai 5,01%. Bank Indonesia sebelumnya mengingatkan bahwa perlambatan pertumbuhan kuartal I/2015 dapat menggerus pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun.

Bank Sentral memperkirakan pertumbuhan bisa mengarah ke batas bawah kisaran 5,4- 5,8%. Pencapaian pertumbuhan itu akan bergantung pada realisasi berbagai proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, ekspansi kegiatan usaha diperkirakan melambat pada kuartal III/2015.

Tidak hanya itu, tekanan kenaikan harga jual juga diperkirakan melemah, khususnya pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, sektorperdagangan, serta hotel dan restoran.

Kunthi fahmar sandy
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1083 seconds (0.1#10.140)